Minggu, 31 Mei 2020

Inilah Surat Pilihan yang Dibaca Rasulullah dalam Shalat

 


Inilah Surat Pilihan yang Dibaca Rasulullah dalam Shalat

Shalat lima waktu diwajibkan atas setiap muslim. Salah satu rukunnya adalah membaca surat Al Fatihah, dan salah satu sunatnya adalah membaca surat atau dalam al-qur’an selain Al Fatihah.

Jika dikalkulasikan, seorang muslim membaca surat atau ayat tersebut sebanyak sepuluh kali dalam sehari. Jika, masing-masing surat itu berbeda-beda, maka ada 10 surat yang dibaca per harinya. Namun, adakalanya seseorang hanya mengulang-ulang surat tertentu saja. Biasanya surat pendek. Jadi jatuhnya setiap sholat yang dibaca surat itu lagi itu lagi. Tidak ada variasi.

Nah, sebenarnya bagaimana sih perihal surat pilihan yang disunahkan dalam sholat ini?

Rasulullah SAW bersabda, “Shalat lah seperti kalian melihat aku shalat.” Jadi, tuntunan tentang shalat ini jelas berasal dari rasulullah SAW, maka sunahnya pun merujuk padanya.

Komite Riset Departemen Fatwa yang diketuai oleh Syeikh Abdul Wahhab Al-Turairi menjelaskan pula soal ini.

1. Shalat subuh

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam membaca surat-surat yang berbeda dari Al-Quran ketika shalat Subuh. Beberapa riwayat yang shahih menjelaskan bahwa beliau membaca Surat Al-Waqi’ah, Surat At-Takwir, Surat Al-Zalzalah di kedua rakaat. Juga diriwayatkan bahwa beliau terbiasa membaca 60 ayat dari surat-surat yang panjang di dalam Quran, seperti Surat Ar-Ruum, Surat Yaasin, dan Surat As-Shaffat.

Ketika bepergian, beliau terbiasa membaca Surat Al-Falaq dan Surat An-Nisa di shalat Subuh

Di hari Jumat ketika shalat Subuh, beliau terbiasa membaca Surat As-Sajdah di rakaat pertama dan Surat Al-Insan di rakaat kedua.

Beliau juga biasa membaca Ayat 136 Surat Al-Baqarah dan Ayat 64 Surat Ali-Imran ketika shalat sunnah dua rakaat sebelum Subuh.

2. Shalat Zuhur

Ketika shalat Zuhur, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbiasa membaca sekitar 30 ayat di dua rakaat pertama. Di lain kesempatan, beliau membaca Surat At-Tariq, Surat Al-Buruj, dan Surat Al-Lail. Beliau biasa memanjangkan bacaan di rakaat pertama daripada di rakaat kedua.

3. Shalat Ashar

Ketika shalat Ashar, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbiasa membaca sekitar 15 ayat di dua rakaat pertama. Juga, diriwayatkan bahwa beliau terbiasa membaca beberapa surat yang beliau baca di Shalat Zuhur.

4. Shalat Maghrib

Ketika Shalat Maghrib, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam membaca Surat At-Tiin, Surat Muhammad, Surat At-Tuur, Surat Al-A’raaf, dan Surat Al-Anfal di dua rakaat pertama.

5. Shalat Isya

Dan akhirnya di Shalat Isya’, beliau terbiasa membaca Surat As-Syam, Surat Al-Insyiqaq, dan Surat At-Tiin.

Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tidak menyarankan seorang imam Shalat Isya’ untuk membaca surat-surat yang panjang. Beliau menyuruh Muadz untuk membaca surat-surat seperti Asy-Syams, Al-A’la, Al-Alaq, dan Surat Al-Lail. Kemudian beliau bersabda, “Beberapa yang shalat di belakangmu sudah berusia tua, lemah, dan ada pula yang memiliki urusan untuk dilakukan,” (HR Bukhari & Muslim).

6. Shalat Jumat

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam terbiasa membaca Surat Al-Jumuah di rakaat pertama Shalat Jumat, dan Surat Al-Munafiqun di rakaat kedua. Juga diriwayatkan bahwa beliau membaca Surat Al-A’la di rakaat pertama dan Surat Al-Ghasiyah di rakaat kedua.

7. Shalat Witir

Beliau terbiasa membaca Surat Al-A’la, Al-Kafirun, dan Surat Al-Ikhlas di Shalat Witir.

Demikianlah surat-surat pilihan yang bisa jadi amalan sunah dalam shalat sesuai yang dilakukan Rasulullah SAW.


Shalat Dhuha, Haruskah Baca 2 Surat Ini?

MAKAN nasi tak akan lengkap jika tidak ada lauk pauknya. Begitu pula dalam melaksanakan ibadah, terutama shalat. Shalat lima waktu memanglah kewajiban. Dan akan lebih lengkap jika kita juga melaksanakan shalat sunnah. Sebab, kita tak pernah tahu apakah shalat wajib yang kita laksanakan itu telah sempurna atau kah tidak. Salah satu shalat sunnah yang baik untuk kita laksanakan ialah di pagi menjelang siang. Itulah shalat dhuha. Shalat yang dikenal sebagai pintu rezeki. Maka, orang-orang yang memiliki tujuan ingin dibukakan pintu rezeki, maka laksanakanlah shalat dhuha. Biasanya kebanyakan orang yang melaksanakan shalat dhuha membaca dua surat yang menurut mereka dianjurkan, yakni Asy-Syam dan Ad-Dhuha. Sebagaimana berdalih pada suatu keterangan, “Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.” Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan, “Barangsiapa yang mengamalkannya maka dia diampuni.” Hadis di atas diriwayatkan oleh Ar Ruyani dalam Musnad¬-nya dan Ad Dailami (2:242) dari jalur Musyaji’ bin ‘Amr. Hadis ini juga disebutkan oleh Al Hafidz Ibn Hajar dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari dan tidak dikomentari. Beliau hanya menyatakan bahwa bacaan surat tersebut ada kesesuaian bacaan dengan shalat yang dikerjakan. Namun yang benar, hadis di atas adalah hadis palsu. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Al Albani, beliau mengatakan, “Hadis ini palsu, cacatnya ada pada Musyaji’ bin Amr. Ibn Ma’in berkomentar tentang Musyaji’, “Yang saya tahu dia (musyaji’) adalah seorang pendusta,” (Silsilah Hadis Dhaif dan Palsu, hadis ke-3774). Hadis ini juga didhaifkan oleh Al Munawi dalam Faidlul Qodir dengan alasan adanya perawi yang bernama Musyaji’ bin Amr. Imam Ad Dzahabi dalam Ad Dlu’afa’ mengatakan dengan menukil perkataan Ibn Hibban, “Dia memalsukan hadis dari Ibn Lahi’ah dan dia adalah dhaif,” (Faidlul Qodir, 4:201). Dari dua penjelasan ini, dapat diambil kesimpulan dengan yakin bahwa hadis yang menganjurkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu adalah hadis dhaif. Artinya tidak ada anjuran untuk mengkhususkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu, baik di rakaat pertama, rakaat kedua, maupun doa setelah shalat dhuha. Islam tidak memberatkan. Kita tidak dituntut untuk melakukan hal di luar kekuasaan kita. Kita bisa membaca surat apa saja sesuai dengan kemampuan kita. Sebagaimana As Syaikh Ibn Baz Rahimahullah pernah ditanya tentang bacaan surat As-Syamsi dan Ad-Dhuha ketika shalat dhuha. Beliau menjawab, “Adapun yang sesuai sunah, engkau membaca surat yang mudah menurutmu setelah membaca Al-Fatihah. Dalam bacaan tersebut tidak ada batasan tertentu, karena yang wajib hanya Al-Fatihah sedangkan tambahannya adalah sunah. Maka jika setelah Al-Fatihah engkau membaca surat As Syamsi, Al Lail, Ad dhuha, Al Insyirah, dan surat-surat yang lainnya, ini adalah satu hal yang baik,” (Majmu’ Fatawa dan Maqalat Ibn Bazz, 11). Jika kita ingin membaca kedua surat tersebut, maka tidak ada larangan untuk itu. Bahkan, itu adalah hal yang baik. Meski hadis tersebut dhaif, tetapi tidak ada salahnya jika kita membacanya dalam shalat dhuha. Jika belum hafal surat tersebut, maka surat lain pun tidak masalah.