Minggu, 12 Desember 2021

Begini Cara Mengganti Puasa yang Tak Terhitung Jumlahnya, Ustadz Adi Hidayat: Anda Nggak Usah Hitung

 

PortalJember.com - Berikut ini penjelasan Ustadz Adi Hidayat tentang cara mengganti puasa yang sudah lama ditinggalkan.


Bahkan, cara ini pada dasarnya berfungsi untuk mengganti puasa wajib yang ditinggalkan dan sudah tak terhitung jumlahnya.


Sebaiknya ikuti penjelasan Ustadz Adi Hidayat ini sampai selesai agar tahu cara yang dimaksud.


Dilansir PortalJember.com dari video yang diunggah kanal YouTube Jalan Lurus pada Selasa, 11 Mei 2021 menjelaskan tentang cara mengganti puasa wajib itu.


Sebagai seorang manusia yang dibekali hawa nafsu oleh Allah, sudah sewajarnya melakukan dosa.


Pada dasarnya, dosa merupakan perilaku yang tak sesuai perintah Allah karena godaan setan yang memanfaatkan hawa nafsu.


Setan akan terus menerus menggoda manusia agar hidupnya semakin jauh dari perintah Allah SWT.


Akan tetapi, Allah juga tidak tinggal diam dengan perilaku setan yang semakin kuat untuk menggoda.


Allah akan memberikan hidayah kepada umat-Nya agar mau kembali kr jalan yang diridhoi-Nya.


Bahkan, Allah akan selalu memberikan petunjuk bagi orang yang mau bertaubat itu.


Salah satu dosa yang cukup banyak dilakukan oleh seorang manusia ialah meninggalkan puasa wajib.


Puasa wajib itu ditinggalkan karena beragam alasan yang tidak disertai dengan udzur syar'i, sehingga hukumnya dosa.


Menurut Ustadz Adi Hidayat, bagi orang yang ingin mengganti puasa wajibnya itu caranya cukup mudah.


Bahkan, bagi yang jumlah puasa wajibnya tidak terhitung sekalipun tetap ada jalan untuk menggantinya.


Adapun cara pertama yang bisa dilakukan ilaha menunaikan puasa saat ada waktu senggang.


"Boleh kemudian meniatkan qodho yang lampau di masa senggangnya, jadi silahkan kalau merasa tak terhitung anda punya waktu luang puasa silahkan," ujarnya.


Caranya hanya dengan menunaikan puasa di hari-hari sunnah, seperti Senin dan Kamis namun diniatkan untuk meng-qodho atau mengganti.


"Orang lain puasa Senin misalnya sunnah anda niatkan qodho, orang lain puasa Kamis sunnah anda niatkan qadha, anda nggak usah hitung," ujarnya.


Seseorang tak perlu menghitung jumlahnya karena Allah hanya melihat keseriusan seorang hamba untuk kembali.


"Maka Allah tidak melihat berapa banyak yang kita tinggalkan, tapi Allah melihat kesungguhan yang kita lakukan di sini," tutup Ustadz Adi Hidayat.***

Inilah Keutamaan Orang yang Menjauhi Syirik



Asal kita termasuk dalam kalangan ahli tauhid, yaitu orang yang tidak mengerjakan perbuatan syirik atau kalau sudah terjerumus dalam syirik lalu bertaubat, maka pasti masuk surga. Inilah keutamaan orang yang menjauhi perbuatan syirik, baik itu tradisi dan lainnya, maka pasti ia masuk surga apa pun amalnya, walaupun juga ia ahli maksiat. Ini juga menunjukkan bahwa amalan tauhid bisa menghapuskan berbagai dosa. 


Dari ‘Ubadah bin Ash Shomit, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ


“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; begitu juga bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya (yaitu Allah menciptakan Isa dengan kalimat ‘kun’, -pen) yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya; juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkan-Nya dalam surga apa pun amalnya.” (HR. Bukhari no. 3435 dan Muslim no. 28)


Dalam lafazh Muslim disebutkan,


أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ


“Allah akan memasukkannya ke pintu surga mana saja dari delapan pintu yang ia suka.”


Maksud hadits ‘ala maa kaana minal ‘amal terdapat dua makna:


1- Allah akan memasukkannya ke dalam surga walaupun ia ahli maksiat dan penuh dosa karena orang yang bertauhid (tidak berbuat syirik) pasti masuk surga.


2- Allah akan memasukkannya dalam surga dan kedudukannya dalam surga tergantung amalnya.


Faedah dari hadits di atas:


1- Keutamaan tauhid dan tauhid bisa menghapuskan berbagai macam dosa.


2- Luasnya karunia dan kebaikan Allah pada hamba-Nya.


3- Wajib menjauhkan diri dari sikap melecehkan Rasul dan orang sholih, begitu pula sikap berlebihan terhadap mereka. Jika Rasul (utusan Allah), maka tidak boleh didustakan. Jika hamba, maka tidak boleh diangkat kedudukannya secara berlebihan.


4- Akidah tauhid menyelisihi agama kufur lainnya baik Nashrani, Yahudi atau agama orang musyrik.


5- Ahli tauhid namun penuh dosa tidak kekal dalam neraka.


6- Hal ini bukan berarti kita boleh meremehkan maksiat karena ahli tauhid yang menyempurnakan tauhidnya dengan menjauhi maksiat akan lebih mulia kedudukannya di surga dan lebih selamat dari siksa neraka.

Do’a Meminta Petunjuk dan Kebenaran



 Do’a Meminta Petunjuk dan Kebenaran


اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ


“Allahumma inni as-alukal huda was sadaad” [Ya Allah, meminta kepada-Mu petunjuk dan kebenaran]


Dari ‘Ali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadanya,


قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ


“Ucapkanlah do’a: Allahumma inni as-alukal huda was sadaad” [Ya Allah, meminta kepada-Mu petunjuk dan kebenaran]”. (HR. Muslim no. 2725)


Faedah hadits:


Pentingnya meminta hidayah yaitu berupa hidayah ilmu (berupa penjelasan) dan hidayah tawfiq (berupa petunjuk untuk beramal). Karena boleh jadi seseorang sudah mendapat penjelasan ilmu, namun belum bisa mengamalkannya.


Pentingnya meminta as sadaad, yaitu mencocoki kebenaran, baik dalam ucapan, perbuatan dan keyakinan (i’tiqod).


Hendaklah setiap hamba banyak meminta tolong pada Allah dalam setiap urusannya.