1. Meluruskan niat
Sebelum seseorang melaksanakan ibadah ia tentunya harus berniat dalam hati. Dengan memiliki niat yang lurus dan hanya mengharapkan ridha Allah SWT maka seseorang akan lebih mudah menjalankan ibadahnya dan tidak mudah tergoda pada hal-hal yang bisa menghalangi ibadahnya. Niat juga merupakan penentu suatu ibadah dan ia mendapatkan pahala atau ganjaran sesuai dengan niat ibadah dalam hatinya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini.
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”.
-HR. Bukhari Muslim
Sesungguhnya, setiap perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan
niatkan.
2. Berdoa
Sebab terbesar yang mampu menopang seorang hamba untuk teguh diatas jalan hijrah adalah do’a. Oleh karena itu, do’a yang paling sering dilantunkan Rasulullah adalah :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi )
Demikian pula Allah ta’ala mengabarkan pula bahwa di antara doa orang beriman adalah:
“Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Ali Imron: 147).
3.Memperbanyak Amal Shalih
Memperbanyak amal shalih termasuk perkara yang dapat meneguhkan langkah seorang hamba di atas jalan hijrah. Allah berfirman:
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka.”
(QS. Al Baqoroh: 265).
Maka selain untuk menambah pundi-pundi pahala, amal shalih juga berfungsi untuk mengokohkan hati agar tegar di jalan hijrah.
4. Memperbanyak Baca Al-Qur’an
Perbanyaklah berinteraksi dengan Al-Qur’an, dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkannya. Sebab, selain kelak akan menjadi syafaat bagi hamba, Al-Qur’an juga dapat meneguhkan hati agar teguh ketika menapaki jalan hijrah.
Allah ta’ala berfirman:
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl: 102).
5. Berteman Dengan Orang Shalih.
Jika seseorang ingin kebaikan maka hendaknya ia berteman dengan orang baik. Sebagaimana jika seseorang ingin pandai dalam berdagang, maka hendaknya berteman dengan para pedagang, bukan dengan para petani atau nelayan.
Bagaimana mungkin orang yang ingin taubat dari dosa zina, namun ia masih berkumpul dan berteman dengan para pezina. Atau ingin agar istiqomah dalam mengerjakan shalat, namun ia sering berpergian dengan teman yang tidak mengerjakan shalat.
Allah ta’ala berfirman :
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS. Al Kahfi: 28).
Hal terpenting dalam masalah pertemanan ini adalah keberanian diri untuk menolak setiap tawaran teman yang berupaya menarik kita kembali ke jalan yang buruk.
6. Berteman Dengan Orang Shalih.
Jika seseorang ingin kebaikan maka hendaknya ia berteman dengan orang baik. Sebagaimana jika seseorang ingin pandai dalam berdagang, maka hendaknya berteman dengan para pedagang, bukan dengan para petani atau nelayan.
Bagaimana mungkin orang yang ingin taubat dari dosa zina, namun ia masih berkumpul dan berteman dengan para pezina. Atau ingin agar istiqomah dalam mengerjakan shalat, namun ia sering berpergian dengan teman yang tidak mengerjakan shalat.
Allah ta’ala berfirman:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
(QS. Al Kahfi: 28).
Sumber :