Berkaitan dengan doa, kita sebagai seorang muslim hendaknya senantiasa husnudzon pada Alloh dengan segala ketetapanNYA, baik yang telah berlalu, kini, ataupun nanti.
Sebab tolok ukur kebaikan bukanlah di mata kita, melainkan di mata Alloh Jalla wa ‘Alaa.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqoroh : 216)
Jadi, tidak cukup hanya dengan mengetahui bahwa kalau sakit itu sebagai penggugur dosa, lantas ia pasrah dengan sakitnya. Juga tidak cukup hanya dengan sabar saat mengetahui hajatnya belum dikabulkan oleh Alloh.
Sebab bagi seorang hamba selain berdoa ia juga harus memaksimalkan ikhtiar dan terus husnudzon padaNya.
Kalau kita masih berpikir kenapa tidak Alloh kabulkan saja hajat baik ini, toh didalamnya ada mashlahat besar?
Ini namanya kita belum benar-benar husnudzon dengan taqdir Alloh, karena masih mengira kebaikan itu dari sudut pandang kita.
Bisa jadi kita minta mobil dan tidak dikabulkan karena ada bibit sombong yang besar dalam diri kita, sedangkan Alloh tidak menyukai kesombongan.
Kita pun juga harus terus ikhtiar untuk mendapatkan hajat, betapapun kuatnya doa kita, betapapun besarnya husnudzon kita, tetap ikhtiar adalah syarat mutlak untuk mendapatkan hasil, sebagaimana firman Alloh:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d 11)
Termasuk dalam hal ikhtiar sikap, adalah peka terhadap sinyal baik yang Alloh kirimkan melaluinya.
Misal:
– Jika ada seseorang yang ingin mejadi sholih dan sudah berdoa kepada Alloh, tapi ketika mendengar adzan justru berpaling dariNya, tidak menjawab seruanNya, bagaimana mungkin Alloh kabulkan yang demikian?
– Jika ada seseorang ingin menjadi pribadi yang sabar, sudah berdoa pada Alloh, namun saat sedang ada konflik dengan temannya ia justru menjadi tuli ketika mendengar nasihat, acuh saat ada yang melerai, maka bagaimana mungkin Alloh akan mengabulkannya?
»Ini seperti seseorang yang ingin minum kopi, tapi membuang gula yang ada di depannya, membuang gelas yang ada di sampingnya, dan melempar sendok yang ada di tangannya.
Kenapa? Karena ketika ia menginginkan kopi, ia berharap ada segelas kopi yang tiba-tiba muncul di hadapannya, instan! Padahal ketika Alloh mengirimkan gula di depannya itu adalah sinyal baik dan tanggapan atas doanya. Semuanya tetap butuh proses dan kesabaran!
Ingatlah, bahwa bisa jadi sikap kita yang tergesa-gesa itulah justru menjadi penghalang utama dari terkabulnya suatu doa, sebagaimana yang disampaikan oleh
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Doa kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah lama berdoa, tetapi tidak kunjung dikabulkan’.” [Muttafaqun ‘Alaih]
Padahal kalau kita terus berdoa, sembari husnudzon dan ikhtiar yang disertai kesabaran, Insya Alloh akan diijabah hajat-hajat kita selama itu adalah sebuah kebaikan dan bukan pemutus silaturrohmi, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ ، قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Alloh akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut:
Alloh akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya . Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Alloh lebih banyak lagi.” [HR Ahmad 11133]
Semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang pandai mengambil hikmah dari setiap kisah pada kehidupan kita, menyadari bahwa Alloh memberi yang kita butuhkan dengan kacamata kebaikan menurutNya, bukan yang kita inginkan dengan kacamata kebaikan menurut kita. Sebab ketiga bentuk ijabah Alloh terhadap doa kita, semuanya pasti demi kebaikan kita .
Wallahu ‘Alam.