Sabtu, 17 Desember 2022

Bolehkah kita mencintai seseorang belum tentu menjadi suami kita ?



Saat kita mencintai seseorang, rasanya kita ingin memberikan semua isi dunia untuknya. 


Apapun rela kita lakukan untuknya, tapi hal ini bisa sangat berbahaya.


 Bagaimana kalau ternyata dia bukan jodoh yang sebenarnya?


Di sinilah pentingnya untuk mencintai dengan cara sewajarnya saja. 


Tak perlu berlebihan. 

        Jangan sampai membuat kita kehilangan akal sehat. 

         Karena banyak kasus di mana yang sehati pun belum tentu bisa saling memiliki.


Jangan Keburu Memberikan Hati Bila Belum Ada Kepastian


Jangan sampai karena sudah telanjur cinta, kamu jadi jatuh dalam jebakan orang yang salah. 


Orang yang sebenarnya cuma pura-pura baik di hadapanmu tapi tak pernah ada niatan untuk memperjuangkan cintamu.


Jika belum ada kepastian apa-apa, janganlah terlalu tergesa-gesa memberikan hatimu untuknya.


Cinta Sejati Tak Seharusnya Membutakan


Biasanya sih sekalinya kita jatuh cinta pada seseorang, kita akan menjadi "buta". 


Kita rela melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak kita suka demi dirinya. 


Tapi terlalu memaksakan pada akhirnya hanya akan memperlebar jarak. 


Sekalipun sehati tapi kalau tidak ada ketulusan di dalamnya, pada akhirnya sulit untuk benar-benar bersatu.


Jangan Bermain dengan Hati dan Perasaanmu Sendiri


Benar memang kalau kita sudah berurusan dengan hati, berbagai hal terasa lebih kompleks dan rumit.


 Segaris luka di hati bahkan bisa butuh waktu berbulan-bulan untuk sembuh. 


Menata hati bagaimana pun sangat berbeda dengan membalikkan telapak tangan. 


Jangan sampai kita bermain dengan hati dan perasaan sendiri.


 Setidaknya selalu ingatkan diri bahwa akal sehat tetaplah penting dalam berhubungan dengan orang lain.


Kemungkinan Terburuk Itu Selalu Ada


Kemungkin tak bisa saling memiliki itu selalu ada. Ya, memang itu adalah kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di saat yang tak pernah kita sangka. 


Itulah kenapa ketika jatuh cinta, kita perlu tetap mengendalikan akal sehat. 

      Jika pada akhirnya kamu harus melepasnya, tak ada jalan lain selain mengikhlaskannya.


Kalau saat ini kamu sedang berusaha untuk move on karena ternyata kamu dan dia tak bisa bersatu, semoga dipermudah jalannya. 


Meski terasa sulit pada awalnya, kamu pasti bisa melewatinya.


#In_sya_Allah

Manfaat Dan Keutamaan Sholat Jum'at

Shalat Jumat merupakan kewajiban setiap muslim laki-laki. 


Hal ini tercantum dalam Al Qur'an dan Hadits berikut ini:


- Al Qur'an Al Jumu'ah ayat 9 yang artinya: 

”Wahai orang-orang yang percaya, apabila kamu diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah mengingat Allah dan meninggalkanlah jual beli, dan itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. ” 

(QS 62: 9)


- “Hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat Jum'at atau kalau tidak, Allah akan menutup hati mereka, kemudian mereka akan menjadi orang yang lalai.” 

(HR.Muslim)


- “Sungguh aku berniat menyuruh seseorang (menjadi imam) shalat bersama-sama yang lain, kemudian aku akan membakar rumah orang-orang yang meninggalkan shalat Jum'at.” 

(HR.Muslim)


- ,“Shalat Jum'at itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksanakan secara berjama'ah empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang sakit.” 

(HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

 

Adapun tata cara pelaksanaan shalat Jum'at, yaitu :


1. (Pada beberapa masjid) mengumandangkan Adzan Dzuhur sebagai adzan pertama


2. Khatib naik ke atas mimbar setelahnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.


3. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.

    Pada beberapa masjid adzan ini adalah adzan kedua.


4. Khutbah pertama: 

    Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. 


Kemudian nasihat kepada para jama'ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan Allah SWT dan RasulNya, yang mendorong mereka untuk melakukan kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari mengingatkan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji Allah SWT serta ancaman- ancaman Allah Subhanahu wa Ta'ala.


5. Khatib duduk sebentar di antara dua khutbah


6. Khutbah kedua : 

    Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. 

   Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai


7. Khatib kemudian turun dari mimbar. 

    Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan salat. 


Kemudian memimpin shalat berjama'ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan .

 

Dari Aus bin Aus, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata:

 

“Barangsiapa mandi pada hari Jum'at dan mengeramasi, cepat-cepat dan membaca, mendekat, diam dan mendengarkan, maka dengan setiap langkah yang diayunkannya, serupa dengan pahala satu tahun, puasa dan shalat sunatnya,”  

(Diriwayatkan At-Tirmidzy, yang kepemimpinan, ini hadits hasan, dan ibnu Khuzaimah). 

 

Pada shalat Jumat setiap muslim dianjurkan untuk memperhatikan hal-hal berikut:


1. Mandi, berpakaian rapi, memakai wewangian dan bersiwak (menggosok gigi).


2. Meninggalkan transaksi beli ketika adzan sudah mulai berkumandang.


3. Menyegerakan pergi ke masjid.


4. Melakukan shalat-shalat sunnah di masjid sebelum salat Jum'at selama Imam belum datang.


5. Tidak melangkahi pundak-pundak orang yang sedang duduk dan memisahkan/menggeser mereka.


6. Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia apabila imam telah datang.


7. Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW pada malam Jum'at dan setiap hari


8. Doanya untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa karena hari Jumat adalah waktu yang  mustajab  untuk dikabulkannya doa.

 

Berikut adalah manfaat dari shalat jumat :


1. Simbol pertemuan sesama Umat Islam dengan berkumpul, beribadah bersama dengan barisan shaf yang rapat dan rapi.


2. Untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antar sesama manusia. 

     Semua sama antara yang miskin, kaya, tua, muda, pintar, bodoh, dan lain sebagainya.


3. Menurut hadis, doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT akan dikabulkan.


4. Sebagai syiar Islam.

 

Shalah Jum'at memiliki hukum wajib 'ain bagi laki-laki / pria dewasa beragama islam, merdeka dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu. 

   Jadi bagi para wanita / perempuan, anak-anak, orang sakit dan budak, sholat jumat wajib hukumnya.

 

Nah, buat para laki-laki, jangan sampai meninggalkan Shalat Jumat ya. 


Udah tau pahalanya kan?



Rabu, 14 Desember 2022

Stop Mengucapkan Kalimat Ini Kepada Anak




Sering tanpa orang tua sadari dalam kehidupan sehari-hari kita mengucapkan kalimat-kalimat yang memberikan dampak negatif terhadap anak, dampak yang mungkin terjadi boleh jadi tidak akan berlaku cepat dalam kehidupan anak, namun jika dilakukan terus menerus oleh orang tua sedikit demi sedikit akan mengakibatkan dan membangun perubahan karakter anak yang cenderung negatif dan tidak diinginkan oleh orang tua manapun. 


Berikut ini adalah beberapa kalimat yang harus dihindari tersebut:


#Pergi! 

#Jangan_Ganggu_Ayah_Ibu

Ketika Orang tua sedang melakukan kegiatan tertentu atau sedang tergesah–gesah sebaiknya sebagai Orang tua tidak seharusnya mengucapkan kalimat tersebut, karena Anak akan mencap dirinya tidak berguna dan hanya menjadi pengganggu. 

           Selain itu, jika Anda terbiasa mengatakan hal ini kepada anak, maka kebiasaan tersebut akan terbawa ketika anak sudah dewasa dan mengatakan hal yang sama kepada orang lain serta menjadi karakter anak yang tidak disukai orang lain.


Daripada mengucapkan kalimat tersebut sebaiknya Anda menjelaskan apa yang sedang Anda lakukan, seperti ;

        “Tunggu, Ibu sedang menjahit. Nanti setelah selesai Ibu akan menyusul”. 


Tanpa menyuruhnya pergi, anak akan langsung memahami kesibukan yang dilakukan Orang tua.


#Dasar_Kamu_Pemalas

    Seperti yang sering dinasehatkan Orang Tua dahulu “Ucapan Adalah Doa”, dengan memberi label anak dengan kata–kata negatif maka kalimat tersebut akan melekat pada diri mereka. 

        BbDan anak akan menganggap dirinya sendiri bodoh, pemalas, nakal dan sebagainya. 

        Perbuatan yang harus dihindari ketika mendidik anak.


Sebaiknya Anda mengucapkan kalimat yang positif dan membangkitkan semangat anak, seperti “Kamu Anak yang Rajin”.


 Dengan begitu anak akan berusaha menjadi anak yang rajin karena melihat pengharapan Orang Tua yang besar terhadap dirinya.


#Kenapa_Kamu_Tidak_Seperti_Dia

       Membandingkan anak dengan kakak atau temannya tidak akan menjadikan sang anak menjadi lebih baik, justru hal tersebut akan mengurangi rasa percaya diri anak dan menyakitkan hatinya dan dapat berdampak terhadap kesulitan belajar dan mengganggu kesehatan mental dalam pertumbuhan sang Anak. 


Anak memiliki fase tersendiri untuk belajar dan memiliki tingkat kesabaran masing-masing, juga kepribadiannya yang pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya.


 Sebaiknya Anda sebagai Orang Tua memberikan pujian agar mendorong sang anak melakukan hal tersebut.


#Jangan_Membantah

   Kalimat ini sering diutarakan ketika Anda memarahi mereka lalu anak menjawab. 

    Seharusnya dengarkan penjelasan yang diucapkan anak Anda, jangan menganggap itu sebuah bantahan.  

    Karena hal tersebut merupakan proses kematian awal dari sebuah inisiatif yang mulai ditanamkan tanpa disadari oleh Orang Tua, anak akan seperti robot yang hanya akan mengikuti tanpa mengeluarkan pendapatnya.


#Pokoknya_Kamu_Harus_Nurut!

   Mengawasi perilaku anak bukan berarti Anda membatasi ruang geraknya dengan mengikuti semua yang diperintahkan, tetapi tanpa memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan. 

       Hal ini akan berpengaruh pada rasa percaya diri dan perkembangan anak serta bertentangan dengan cara melatih mental yang baik.


 Seharusnya Anda membebaskan aktivitas yang anak ingin lakukan, tentu dengan pengawasan.


#Diam_Disini, Diluar Ada Badut yang Menyeramkan


Melarang anak dengan cara menakut–nakuti bukan cara yang baik, hal ini akan membuat anak memiliki sifat penakut. Anakpun akan selalu berpikiran negatif tentang hal–hal yang Orang Tua sering takut-takuti terhadap Anak dan akan mudah cengeng.


Perkataan negatif akan menciptakan dampak yang negatif pula, maka dari itu Anda selaku orang tua sedapat mungkin mengucapkan kalimat–kalimat positif yang membangun rasa percaya diri anak sejak pendidikan anak usia dini.


 Karena bisa jadi anak memiliki perilaku yang buruk bukan karena sifat yang dimilikinya, tetapi akibat kalimat negatif yang sering Orang Tua ucapkan dan dari pendidikan keluarga. 


Jadi berhati–hatilah dalam berucap

Janganlah Berburuk Sangka Kepada Allah



Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa Alloh adalah Dzat yang maha sempurna, baik dari Nama, Sifat maupun perbuatan-Nya. 


Tidak ada satupun aib atau cela yang terdapat pada Alloh.


Sebagai bentuk realisasi tauhid, kita dilarang mengingkari nama dan sifat yang telah ditetapkankan oleh Alloh Ta’ala. 


Kita wajib percaya dan menerima sesuatu yang telah ditetapkan Alloh kepada para hambaNya.


Segala Sesuatu Diciptakan Dengan Hikmah.


Alloh menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya tentu mengandung hikmah yang agung dan tidak dalam rangka kesia-siaan.


 Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, 

            “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). 

    Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…”

(Ash-Shood: 27). 

Termasuk tatkala Alloh memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu 


mudhorot


 (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga mengandung hikmah yang agung di dalamnya.


Untuk itu kita harus selalu ber


husnuzhon


 (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Alloh tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.


Rahasia di Balik Musibah


Para pembaca yang budiman, tidaklah Alloh menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mu’min kecuali untuk tiga hal:


 1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Alloh tetapkan.


 2. Sebagai cobaan bagi dirinya.


 3. Sebagai pelebur dosa, atas dosanya yang telah lalu.


Su’udzon


 Itu Tercela


Su’udzon


 (berprasangka buruk) pada Alloh merupakan sifat tercela yang harus dijauhi dari diri setiap orang yang beriman karena hal ini merupakan salah satu dari dosa besar. 


Sikap seperti ini juga merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafiq. 


Mereka berprasangka kepada Alloh dengan prasangka yang buruk dan mengharapkan kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. 


Akan tetapi Alloh membalik tipu daya mereka serta mengancam mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat.


Alloh berfirman yang artinya, 

      “Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Alloh. 

          Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Alloh memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. 

   Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.”


 (Al-Fath: 6)

Adzab dunia yang akan diterima oleh orang kafir dan munafiq adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka tatkala melihat keberhasilan kaum muslimin. 


Adapun adzab akhirat, mereka akan mendapatkan murka Alloh serta dijauhkan dari rahmat Alloh dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.


Berprasangka buruk pada Alloh merupakan bentuk cemooh atau ingkar pada takdir Alloh, Misalnya dengan mengatakan 


“Seharusnya kejadiannya begini dan begitu.”


 Atau ucapan, 


“Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang…”


 serta bentuk ucapan-ucapan yang lain. 

     Banyak orang berprasangka buruk pada Alloh baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. 


Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat Alloh. 


Maka sudah selayaknya bagi orang yang berakal dan mau membenahi diri, hendaklah ia memperhatikan permasalahan ini dan mau bertobat serta memohon ampun terhadap prasangka buruk yang telah ia lakukan.


Jauhi Prasangka Buruk Kepada Alloh


Sikap berburuk sangka merupakan sikap orang-orang jahiliyah, yang merupakan bentuk kekufuran yang dapat menghilangkan atau mengurangi tauhid seseorang. 


Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, 

       “Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Alloh seperti sangkaan jahiliyah. 


Mereka berkata: ‘Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?’


 Katakanlah: ‘Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Alloh.’   

   Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: ‘Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.’


 Katakanlah: ‘Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.’ Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.”


 (Ali-Imran: 154)


Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka buruk kepada Alloh dapat terjadi pada tiga hal, yaitu:


Berprasangka bahwa Alloh akan melestarikan kebatilan dan menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. 


Alloh berfirman yang artinya, 

   “Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya (terbunuh dalam peperangan, pen) dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.”


 1. (Al-Fath: 12)

Perbuatan seperti ini tidak pantas ditujukan pada Alloh karena tidak sesuai dengan hikmah Alloh janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang kafir dan Neraka Wail-lah tempat mereka kembali.


 2. Mengingkari Qadha’ dan Qadar Alloh yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak Alloh dan taqdir Alloh. Seperti pendapat Sekte Qodariyah.


 3. Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Alloh. Sebagaimana pendapat Sekte Jahmiyah dan Sekte Asy’ariyah.


Iman dan tauhid seorang hamba tidak akan sempurna sehingga ia membenarkan semua yang dikabarkan oleh Alloh, baik berupa nama dan sifat-sifat-Nya, kesempurnaan-Nya serta meyakini dan membenarkan janji-Nya bahwa Dia akan menolong agama ini


Untuk itu sekali lagi marilah kita instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang seperti ini (orang gemar berprasangka buruk pada Alloh) sehingga kita dijauhkan dari surga Alloh yang kekal? Kita berdo’a kepada Alloh agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepadaNya. 


Wallohu a’lam.

Selasa, 13 Desember 2022

Bagaimana cara menghadapi orang-orang yg selalu mengejek kita ?

<


Allah Ta’ala berfirman,


فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ۖوَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَىٰ


“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” 

(QS. Thaha: 130)


فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِوَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ


“Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya). Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai shalat.” 

(QS. Qaaf: 39-40)


وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَفَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَوَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ


“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu ajal.” 

(QS. Al-Hijr: 97-99)


Ingatlah bahwa orang yang suka menghina, mencemooh, dan mencerca sebenarnya adalah orang yang sudah kalah, derajatnya berada di bawah kita.

 


Maka jangan sampai kita turun ke derajat mereka.


Allah Ta’ala berfirman,


فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ


“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”

 (QS. Al-Hijr: 94)


فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖوَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ


“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.”

(QS. Ar-Rum: 60)


Mengingatkan orang yang dicemooh atau dibicarakan jelek bahwa dia tidak sendirian dan bentuk penghinaan itu tidak diperuntukkan untuk dirinya sendiri.

 


Kita bisa renungkan ayat berikut,


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚقُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَلَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚإِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ


“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, 

            “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. 


Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” 

       Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.


 Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” 

(QS. At-Taubah: 65-66)


Kisah tentang ayat di atas disebutkan dalam hadits berikut ini.


Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qatadah, disebutkan bahwa pada suatu perjalanan perang (yaitu perang Tabuk), ada orang di dalam rombongan tersebut yang berkata, 

    “Kami tidak pernah melihat seperti para ahli baca Al-Qur’an ini (yang dimaksudkan adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya), kecuali sebagai orang yang paling buncit perutnya, yang paling dusta ucapannya dan yang paling pengecut tatkala bertemu dengan musuh.”


(Mendengar hal ini), ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata kepada orang tersebut, “Engkau dusta, kamu ini munafik. Aku akan melaporkan ucapanmu ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”


Maka ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu pun pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sebelum ‘Auf sampai, wahyu telah turun kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (tentang peristiwa itu). 

       Kemudian orang yang bersenda gurau dengan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bahan candaan itu mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sudah berada di atas untanya. 


Orang tadi berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami tadi hanyalah bersenda gurau, kami lakukan itu hanyalah untuk menghilangkan kepenatan dalam perjalanan sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam perjalanan!”


Ibnu Umar (salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berada di dalam rombongan) bercerita, 

        “Sepertinya aku melihat ia berpegangan pada tali pelana unta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan kakinya tersandung-sandung batu sembari mengatakan, “Kami tadi hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”


Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya (dengan membacakan firman Allah yang artinya), “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” 

,(QS. At-Taubah: 65-66).


Beliau mengucapkan itu tanpa menoleh orang tersebut dan beliau juga tidak bersabda lebih dari itu.” (HR. Ibnu Jarir Ath-Thabariy dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Umar dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad min Asbabin Nuzul mengatakan bahwa sanad Ibnu Abi Hatim hasan)


Mufti Kerajaan Saudi Arabia pada masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah ketika ditanya mengenai orang yang menghina ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti menghinan jenggot, cadar, atau celana di atas mata kaki, beliau lantas memberikan jawaban sebagai berikut.


“Adapun mengolok-olok orang yang memelihara (memanjangkan) jenggot, yang menaikkan celana di atas mata kaki (tidak isbal), atau semacamnya yang hukumnya masih samar (bagi sebagian orang), maka ini perlu diperinci lagi. Tetapi setiap orang wajib berhati-hati melakukan perbuatan semacam ini.


Kami menasihati kepada orang-orang yang melakukan perbuatan olok-olok seperti ini untuk segera bertaubat kepada Allah dan hendaklah komitmen dengan syariat-Nya. Kami menasihati untuk berhati-hati melakukan perbuatan mengolok-olok orang yang berpegang teguh dengan syariat ini dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Lihat Kayfa Nuhaqqiqut Tauhid, Madarul Wathon Linnashr, hlm. 61-62)


Ingatlah bahwasanya dai yang dihina sebenarnya tidak sendirian, Allah akan membalas penghinaan yang dilakukan oleh orang yang mengolok-olok. 


Allah Ta’ala berfirman,


الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙسَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ


“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”

(QS. At-Taubah: 79)


Edisi berikutnya insya Allah akan membahas bagaimanakah sikap orang Quraisy dalam menghadapi dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara-cara fisik.


Semoga Allah beri kita kekuatan untuk terus bersabar.

Senin, 12 Desember 2022

Inilah Keutamaan Orang yang Menjauhi Syirik



Asal kita termasuk dalam kalangan ahli tauhid, yaitu orang yang tidak mengerjakan perbuatan syirik atau kalau sudah terjerumus dalam syirik lalu bertaubat, maka pasti masuk surga. Inilah keutamaan orang yang menjauhi perbuatan syirik, baik itu tradisi dan lainnya, maka pasti ia masuk surga apa pun amalnya, walaupun juga ia ahli maksiat. Ini juga menunjukkan bahwa amalan tauhid bisa menghapuskan berbagai dosa. 


Dari ‘Ubadah bin Ash Shomit, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ


“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; begitu juga bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya (yaitu Allah menciptakan Isa dengan kalimat ‘kun’, -pen) yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya; juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkan-Nya dalam surga apa pun amalnya.” (HR. Bukhari no. 3435 dan Muslim no. 28)


Dalam lafazh Muslim disebutkan,


أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ


“Allah akan memasukkannya ke pintu surga mana saja dari delapan pintu yang ia suka.”


Maksud hadits ‘ala maa kaana minal ‘amal terdapat dua makna:


1- Allah akan memasukkannya ke dalam surga walaupun ia ahli maksiat dan penuh dosa karena orang yang bertauhid (tidak berbuat syirik) pasti masuk surga.


2- Allah akan memasukkannya dalam surga dan kedudukannya dalam surga tergantung amalnya.


Faedah dari hadits di atas:


1- Keutamaan tauhid dan tauhid bisa menghapuskan berbagai macam dosa.


2- Luasnya karunia dan kebaikan Allah pada hamba-Nya.


3- Wajib menjauhkan diri dari sikap melecehkan Rasul dan orang sholih, begitu pula sikap berlebihan terhadap mereka. Jika Rasul (utusan Allah), maka tidak boleh didustakan. Jika hamba, maka tidak boleh diangkat kedudukannya secara berlebihan.


4- Akidah tauhid menyelisihi agama kufur lainnya baik Nashrani, Yahudi atau agama orang musyrik.


5- Ahli tauhid namun penuh dosa tidak kekal dalam neraka.


6- Hal ini bukan berarti kita boleh meremehkan maksiat karena ahli tauhid yang menyempurnakan tauhidnya dengan menjauhi maksiat akan lebih mulia kedudukannya di surga dan lebih selamat dari siksa neraka.

Begini Cara Mengganti Puasa yang Tak Terhitung Jumlahnya,



Berikut ini penjelasan Ustadz Adi Hidayat tentang cara mengganti puasa yang sudah lama ditinggalkan.


Bahkan, cara ini pada dasarnya berfungsi untuk mengganti puasa wajib yang ditinggalkan dan sudah tak terhitung jumlahnya.


Sebaiknya ikuti penjelasan Ustadz Adi Hidayat ini sampai selesai agar tahu cara yang dimaksud.


Sebagai seorang manusia yang dibekali hawa nafsu oleh Allah, sudah sewajarnya melakukan dosa.


Pada dasarnya, dosa merupakan perilaku yang tak sesuai perintah Allah karena godaan setan yang memanfaatkan hawa nafsu.


Setan akan terus menerus menggoda manusia agar hidupnya semakin jauh dari perintah Allah SWT.


Akan tetapi, Allah juga tidak tinggal diam dengan perilaku setan yang semakin kuat untuk menggoda.


Allah akan memberikan hidayah kepada umat-Nya agar mau kembali kr jalan yang diridhoi-Nya.


Bahkan, Allah akan selalu memberikan petunjuk bagi orang yang mau bertaubat itu.


Salah satu dosa yang cukup banyak dilakukan oleh seorang manusia ialah meninggalkan puasa wajib.


Puasa wajib itu ditinggalkan karena beragam alasan yang tidak disertai dengan udzur syar'i, sehingga hukumnya dosa.


Menurut Ustadz Adi Hidayat, bagi orang yang ingin mengganti puasa wajibnya itu caranya cukup mudah.


Bahkan, bagi yang jumlah puasa wajibnya tidak terhitung sekalipun tetap ada jalan untuk menggantinya.


Adapun cara pertama yang bisa dilakukan ilaha menunaikan puasa saat ada waktu senggang.


"Boleh kemudian meniatkan qodho yang lampau di masa senggangnya, jadi silahkan kalau merasa tak terhitung anda punya waktu luang puasa silahkan," ujarnya.


Caranya hanya dengan menunaikan puasa di hari-hari sunnah, seperti Senin dan Kamis namun diniatkan untuk meng-qodho atau mengganti.


"Orang lain puasa Senin misalnya sunnah anda niatkan qodho, orang lain puasa Kamis sunnah anda niatkan qadha, anda nggak usah hitung," ujarnya.


Seseorang tak perlu menghitung jumlahnya karena Allah hanya melihat keseriusan seorang hamba untuk kembali.


"Maka Allah tidak melihat berapa banyak yang kita tinggalkan, tapi Allah melihat kesungguhan yang kita lakukan di sini," .***

Minggu, 11 Desember 2022

Cara Mendoakan Orang Tua yang Sudah Tiada

 



Soal:


Assalamu ‘Alaikum . . . Ustadz,, bagaimanakah cara kita mendoakan orang tua kita yang sudah meninggal yang sesuai syariah? Juga tata cara kita bila berdoa ke makam (kuburan)..


Jawab: 


Wa’alaikumus Salam Warahmatullah,, Akhi yang mulia. Kita memuji Allah dan bersholawat dan salam atas Rasulillah dan keluarganya.


Memintakan ampunan dan doa kebaikan untuk orang tua termasuk hak orang tua atas anak-anaknya. Termasuk bentuk birrul walidain dan berbuat baik kepada keduanya yang memiliki pahala sangat besar di sisi Allah Ta’ala.


Mendoakan orang tua kita yang sudah tiada dengan memintakan ampunan dan rahmat untuknya. Redaksi yang bisa kita pilih dari Al-Qur'an antara lain,


رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ


“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 41)


Bisa juga dengan doa yang sudah sangat masyhur,


رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْراً


“Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan rahmati keduanya sebagaimana mereka telah mengasuhku sejak kecil.”


Sebagaimana doa Nabi Nuh ‘alaihis salam,


رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ 


“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku. . . ” (QS. Nuuh: 28)


Juga perintah untuk memintakan rahmat bagi orang tua,


وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا


“Dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24)


Doa-doa ini bisa dibaca dalam shalat atau di luar shalat. Bisa dibaca saat berada di tempat atau waktu mustajab.


Ketika di luar shalat disempurnakan dengan adab-adab lainnya; salah satunya dengan mengangkat tangan.


Doa Saat Ziarah


Apabila Anda berziarah kubur, saat memasuki area kuburan berdoa dengan doa yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,


اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ أهْلَ الدِّيَارِ، مِنَ الـمُؤْمِنِينَ، والـمُسْلِمِينَ، وَإنَّا إنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحِقُونَ، - وَيَرْحَمُ اللَّهُ الـمُستَقْدِمينَ مِنَّا والـمُستأخِرينَ - أَسألُ اللَّهَ لنَا وَلَكُمُ العَافِيَةَ


“Salam kesejahteraan atas kalian wahai penghuni kubur dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Dan insya Allah kami akan menyusul kalian.Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang kemudian. Saya meminta ‘afiyah kepada Allah untuk kami dan kalian.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan selainnya)


Memintakan ‘afiyah untuk orang yang sudah wafat adalah agar Allah menyelamatkannya dari adzab dan meringankan hisab. Juga meminta agar Allah memberikan nikmat kubur.


Dianjurkan bagi peziarah agar banyak berdoa untuk penghuni kubur yang diziarahinya dan seluruh mayit dari kalangan kaum muslimin. Di antara doa terbaik adalah memintakan ampunan dan rahmat untuk mayit. Boleh ditambahkan doa-doa kebaikan untuk mayit seperti dilapangkan kuburnya, disinari kuburnya, dan kelak dimasukkan ke dalam surga. Wallahu A’lam.

Rabu, 07 Desember 2022

Berapa usia anda saat ini

 


#30 #40 #50 #60

dari sekian usia yang Allah titipkan. 

     Berapa waktu yang telah terbuang selama ini untuk berbuat yang salah.

    dengan cita-cita surga yang diharapkan itu apakah sebanding ?


      Jika anda menyadari bahwa yang dulu sudah banyak yang salah maka setidaknya yang tersisa kita gunakan  untuk membentuk yang Sholeh.

    

 Tutup yg salah jadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk memulai hidup baru yang lebih baik.


    Abaikan pernyataan Manusia 

    Abaikan pandangan Manusia 


Siapapun anda, apakah pernah bertempat di suatu tempat tertentu, berbuat keburukan tertentu.

     Boleh jadi itu jalan dari Allah supaya anda merasakan kenikmatan taubat dan meninggalkan perbuatan itu untuk kembali pada ridho Allah Subhana wa ta'ala.

    Jika anda tak mampu berlomba dengan orang Sholeh meningkatkan ketaatan setidaknya berlomba dengan para pendosa untuk bertaubat dihadapan Allah.

#In_Sya_Allah


@syam_alam

Julu siri

Selasa, 15 November 2022

Pindah tempat untuk mengerjakan shalat sunnah, apakah dianjurkan ?

 




Bismillah walhamdulillah.


 Tidak ada keterangan yang lugas dari Nabi ﷺ bahwa kita mesti berpindah tempat ketika akan shalat sunnah, setelah selesai dzikir dari shalat wajib. 


Tapi, ada keterangan yang implisit menunjukkan hal itu, yaitu dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:


 أيعجز أحدكم أن يتقدم أو يتأخر عن يمينه أو عن شماله فى الصلاة يعنى فى السبحة 


Apa yang membuat kalian lemah untuk maju atau mundur dari kanannya atau dari kirinya ketika sedang shalat? 

           Yakni pada saat As Subhah. (H.R. Abu Daud No. 1006, Ibnu Majah No. 1427, Ahmad No. 9492, Ibnu Abi Syaibah No. 6011, Ad Dailami No. 1596. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani (Shahihul Jami’ No. 2662), dan diikuti oleh Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr dalam Syarh Sunan Abi Daud [126]) Makna As Subhah adalah shalat tathawwu’ atau nafilah (sunnah). (Imam Al ‘Aini, Syarh Sunan Abi Daud, 4/291, Lihat juga Imam Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 9/436, Lihat juga Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad, Syarh Sunan Abi Daud No.126, pembahasan: Syarh Hadits Al Intiqaal Littathawwu’ ba’dal Maktubah). 


Maksud hadits ini adalah anjuran untuk berpindah tempat jika ingin melakukan shalat sunnah. 


Berkata Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Hafizhahullah: 


ومعنى الحديث: أن المصلي يغير المكان تقدماً أو تأخراً أو بأن يذهب إلى جهة اليمين أو جهة الشمال، أي: يصلي النافلة في مكان آخر غير المكان الذي صلى فيه الفرض 


Makna hadits ini: 

           bahwa orang yang shalat mengubah tempat shalatnya baik maju atau mundur, atau dia berjalan menuju arah kanan atau kiri, yaitu saat shalat nafilah (sunnah) berpindah ke tempat lain, bukan tempat dia shalat wajib. 

(Syarh Sunan Abi Daud, Ibid)


 Imam Badruddin Al ‘Aini Rahimahullah menjelaskan:


 وبهذا الحديث استدل أصحابنا أن الرجل لا يتطوع في مكان الفرض، وإليه ذهب ابن عباس، وابن الزبير، وابن عمر، وأبو سعيد، وعطاء، وعامر الشعبي. 


Dengan hadits ini, para sahabat kami beralasan bahwasanya seseorang janganlah shalat sunnah di tempat shalat wajib. Inilah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Az Zubeir, Ibnu Umar, Abu Sa’id, ‘Atha, dan Amir Asy Sya’biy. (‘Umdatul Qari, 9/436) 


Selain alasan itu, berpindahnya tempat saat shalat sunnah juga dalam rangka memperluas area permukaan bumi yang dijadikan tempat kebaikan. 


Demikian itu akan menjadi saksi kebaikan bagi pelakunya di akhirat nanti. 


Beliau – Hafizhahullah– menjelaskan saat membahas 


“Bab Fir Rajul Yatathawa’u fi Makaanihi alladzi Shalla fiihil Maktuubah”


 (Bab tentang Seseorang yang Shalat Sunnah di Tempat Dia Melakukan Shalat Wajib) :


 ومعنى هذا أنه جائز، ولكن الأولى أن يغير المكان؛ لأنه إذا غير المكان يكون فيه فصل بين الفرض والنفل، وأيضاً فيه أن البقاع تشهد للإنسان بالصلاة فيها، وقد جاء في القرآن: يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا [الزلزلة:4] أي: أن الأرض تشهد بما حصل على ظهرها من خير أو شر، وقد جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم في الجملة ما يدل على مثل ذلك، وهو أنه كان إذا خرج لصلاة العيد يذهب من طريق ويرجع من طريق، وقيل في ذلك أقوال كثيرة، منها: أن ذلك ليشهد له الطريقان. 


Maknanya adalah hal itu (tidak berpindah) dibolehkan, tapi lebih utama adalah ke tempat lain. 


Sebab, jika tempatnya berbeda maka terdapat pemisahan antara shalat wajib dan sunnah, dan juga sebagai tempat yang menjadi kesaksian bagi yang shalat di atasnya. 


Dalam Al Quran disebutkan: 

“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” 

(Q.S. Az Zalzalah: 4), yaitu bahwasanya bumi menjadi saksi terhadap apa yang terjadi pada permukaannya baik perbuatan baik atau buruk. 


Dalam hadits Nabi ﷺ secara umum juga menunjukkan hal itu, yaitu jika seseorang keluar menuju shalat ‘Id, dia hendaknya pergi lewat sebuah jalan dan pulang lewat jalan yang lain, dan banyak pendapat dalam menjelaskan maksud hal ini, di antara penjelasannya adalah bahwa yang dia lakukan disaksikan oleh dua jalan yang dilaluinya. 


(Syarh Sunan Abi Daud, Ibid) Seperti yang disebutkan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad, ini hanyalah keutamaan, bukan kewajiban sebab sebagian sahabat Nabi ﷺ ada yang shalat sunnah dan wajib di tempat yang sama. 


Imam Ibnu Hajar Rahimahullah memaparkan, bahwa Nafi’ bercerita bahwa Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma pernah shalat sunnah di tempat shalat wajibnya. 


Ibnu Abi Syaibah menceritakan dari ‘Ubaidillah bin Umar bahwa dirinya melihat Al Qasim (cucu Abu Bakar) dan Salim shalat sunnah di tempat shalat wajibnya. 

(Lihat Fathul Bari, 2/335)


Sebagian ulama memakruhkan tidak berpindah tempat bagi imam.

      Sebagian imam kaum muslimin, memakruhkan tidak berpindah tempat bagi imam. 


Hendaknya imam berpindah dari tempatnya. 


Sebagian lain menganggap tidak apa-apa menetap. 


Sedangkan bagi makmum umumnya ulama membolehkannya. 


Secara ringkas dijelaskan oleh Imam Ibnu Rajab Rahimahullah berikut ini:


 وقد اختلف العلماء في تطوع الإمام في مكان صلاته بعد الصلاة ، فأما قبلها فيجوز بالاتفاق – : قاله بعض أصحابنا : فكرهت طائفةٌ تطوعه في مكانه بعد صلاته ، وبه قال الأوزاعي والثوري وأبو حنيفة ومالكٌ وأحمد وإسحاق . وروي عن علي – رضي الله عنه – ، أنه كرهه . وقال النخعي : كانوا يكرهونه ورخص فيه ابن عقيلٍ من أصحابنا ، كما رجحه البخاري ، ونقله عن ابن عمر والقاسم بن محمدٍ . فأما المروي عن ابن عمر ، فإنه لم يفعله وهو إمامٌ ، بل كان مأموماً ، كذلك قال الإمام أحمد ، . وأكثر العلماء لا يكرهون للمأموم ذلك ، وهو قول مالكٍ وأحمد . 


Para ulama berbeda pendapat tentang shalat ba’diyah sunnah bagi imam di tempat dia shalat wajib, ada pun shalat qabliyah dibolehkan sama tempatnya berdasarkan kesepakatan ulama. 


Sebagian sahabat kami (Hambaliyah) berkata: “Dimakruhkan shalat sunnah ba’diyah dilaksanakan di tempat shalat wajib”. Inilah pendapat Al Auza’iy, Ats Tsauriy, Abu Hanifah, Ahmad, dan Ishaq. Diriwayatkan dari Ali Radhiallahu ‘Anhu bahwa dia memakruhkannya. An Nakha’iy mengatakan: “Dahulu mereka (para sahabat) memakruhkan.” Namun, diantara para sahabat kami seperti Ibnu ‘Aqil ada memberikan keringanan (boleh), dan ini pendapat yang dikuatkan oleh Al Bukhari, dan dinukil dari Ibnu Umar serta Al Qasim bin Muhammad. Ada pun apa riwayat tentang Ibnu Umar bahwa dia tidak pernah pindah saat jadi imam, sebenarnya itu saat dia menjadi ma’mum, demikian pula dikatakan Imam Ahmad. Mayoritas ulama tidak memakruhkan bagi ma’mum untuk tidak pindah, inilah pendapat Malik dan Ahmad. (Fathul Bari, 5/263) 


Selesai. Wallahu A’lam.

Jangan Lakukan Hal ini, Dosanya Lebih Besar daripada Zina

 


PADA suatu hari, seorang wanita datang kepada Nabi Musa AS. Wanita tersebut datang dengan wajah lesu, berbaju lusuh, dan seakan penuh penyesalan. 


Nabi Musa yang terheran-heran pun bertanya kepada wanita tersebut,


“Untuk apa kau kemari?”


“Wahai Nabi Musa, aku datang kemari untuk memintamu agar mau memohonkan ampun kepada Allah atas dosa-dosaku yang sangat banyak,” jawab wanita itu.


“Dosa apa yang telah kau lakukan?” tanya Nabi Musa


“Maafkan aku wahai Nabi, tetapi aku malu untuk mengatakannya,” jawab wanita itu tidak mau menyebutkan dosa yang ia lakukan.


“Bagaimana aku bisa memohonkan ampun sedangkan aku tidak tau dosa apa yang akan kumintakan ampunan?” jawab Nabi Musa dengan nada meninggi.


Wanita itupun akhirnya mau untuk bercerita apa adanya “Wahai Nabi, aku telah meminum minuman keras hingga aku kehilangan akal sehatku.


 Kemudian aku berzina dengan kondisi pikiranku yang belum stabil itu. 


Setelah anakku lahir, aku tak ingin orang-orang tahu bahwa aku berzina, sehingga aku mencekik bayiku itu hingga meninggal.”


Setelah mendengar cerita wanita itu, Nabi Musa marah besar. beliau mengatakan “Cepat pergi dari rumahku ini! Aku takut Allah akan segera menimpakan mushibah akibat dosa-dosa yang telah engkau lakukan!”


Nabi Musa mengusir wanita itu dan menyuruhnya untuk segera pergi dari daerah tersebut.


 Wanita itu menangis dan putus asa. Ia berpikir, seorang Nabi saja tidak mau menerimanya apalagi masyarakat di luar.


 Ia sangat menyesali perbuatanya, ia pergi dari desa itu sambil menangis dan tidak tau harus kemana lagi ia harus meminta ampun.


Seketika itu, malaikat Jibril datang kepada Nabi Musa. Ia mengatakan:


“Wahai Musa, mengapa engkau mengusir orang yang ingin bertaubat kepada Allah?”


“Aku takut Allah akan menimpakan adzabnya di rumahku,” jawab Nabi Musa


“Musa, apakah engkau tau bahwa ada orang di daerah ini yang dosanya melebihi dosa wanita itu? tanya malaikat


“Siapakah dia?Adakah dosa yang lebih besar dari meminum khamr, berzina, dan membunuh?” tanya Musa terheran


“Ada,” jawab malaikat


“Siapakah dia?”


“Orang-orang yang meninggalkan shalat dosanya lebih besar daripada dosa wanita itu. 


Cepat kejar dia! Tuntun dia untuk kembali pada Allah” jawab Malaikat.


Tanpa berpikir panjang, Nabi Musa langsung mengejar wanita itu dan segera memintakan ampunan kepada Allah SWT. 


Wanita itupun dibimbing agar dapat bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.


Dari kisah tersebut, ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil.


1. Allah maha penerima taubat. Telah banyak disebutkan dalam ayat al-Qur’an maupun alhadis bahwa Allah maha luas kasih sayangnya. Allah maha menerima taubat, bahkan Allah selalu memotivasi hambanya agar tidak putus asa terhadap rahmat yang Dia berikan.


Allah SWt berfirman,


Katakanlah: 

“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.


 Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 

(QS Az-Zumar: 53)


2. Meninggalkan shalat adalah dosa yang sangat besar. 


Secara hukum fikih, meninggalkan shalat terbagi dalam dua macam.


 Pertama, 

meninggalkan sholat karena malas.


 Orang yang meninggalkan sholat karena malas harus diingatkan agar mau melaksanakan shalat. 


Apabila ia masih mau melaksanakan shalat, maka ia terbebas dari hukuman.

        Namun apabila ia tidak mau melaksanakan sholat hingga waktu kompensasi yang telah ditentukan, maka ia terkena hudud (dibunuh).


3. Meninggalkan shalat karena ia meyakini bahwa shalat bukan sesuatu hal yang wajib. 


Kondisi kedua ini harus diperingatkan terlebih dahulu agar bertaubat. 

         Apabila ia masih tidak meyakini kewajiban shalat, maka ia dihukumi murtad dan terkena hudud.


 Perbedaan kondisi pertama yang kedua adalah: 

      pada kondisi pertama, ia meninggal dalam keadaan iman dan jenazahnya masih wajib untuk dimandikan, dikaffani, dishalati dan dikubur secara Islami. 

       Adapun kondisi kedua tidak wajib dilakukan hal seperti itu.


Namun, kita sebagai orang di Indonesia yang tidak dapat melaksanakan hudud tersebut, maka kita tidak boleh serta-merta memberlakukannya kepada yang meninggalkan shalat. 

        Cukup kita menjadi orang yang mengajak kepada kebenaran, bukan menjadi hakim yang menentukan hukuman dan hudud.


4. Ada perbedaan syariat zaman dahulu dengan sekarang.


 Pada zaman Nabi Musa, adzab Allah langsung diturunkan di dunia. 

        Maka tidak heran jika Nabi Musa langsung mengusir wanita tersebut karena takut Allah akan segera menimpakan adzab di rumahnya.


 Berbeda dengan umat Nabi Muhammad yang adzabnya ditangguhkan hingga hari kiamat.

         Penangguhan adzab ini adalah sebagai rasa kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad.


 Allah tidak langsung menimpakan adzab agar manusia yang berdosa dapat bertaubat di kemudian hari.


Selain itu, pada zaman Nabi Musa, shalat juga sudah disyariatkan.


 Bahkan Nabi Muhammad sebelum isra` mi`raj juga telah melaksanakan sholat. 

        Namun tatacara shalat pada umat terdahulu berbeda dengan sholat yang sekarang. 


Menurut beberapa pendapat, sholatnya umat Nabi Muhammad adalah penyempurnaan yang paling sempurna dari sholatnya umat-umat terdahulu. []


SUMBER: ISLAMI

Senin, 14 November 2022

*Jadikan Orangtuamu Raja, Maka Rezekimu Akan Seperti Raja’*


- Budi menjalani kehidupan yang sangat berat sejak memutuskan pergi ke ibu kota. Ia yang hanya lulusan STM itu nekat meninggalkan kampung halamannya di Banyuwangi. Bekal utamanya hanya satu, yakni doa dan restu orangtua.


Budi mengalami banyak sekali derita mencari kerja, dari menjadi buruh namun terkena PHK, menjadi TKI gelap di Malaysia, bahkan bekerja sebagai tukang las keliling. Namun siapa sangka usahanya yang terakhir itu berkembang dengan sangat besar.


Budi kini memiliki sebuah perusahaan sendiri di bidang konstruksi baja yang ia rintis sejak tahun 2004 lalu. Bayangkan! Dari seorang buruh yang terkena PHK, ia mampu menjadi bos perseroan terbatas. Dari seorang tukang las keliling, ia berhasil membangun workshop ribuan meter persegi dengan setumpuk proyek konstruksi.


“Saya cuma lulusan STM. Tapi sekarang anak buah saya ada yang insinyur, sarjana ekonomi,” ujar Budi dalam sebuah wawancara dilansir detik.


Siapakah Budi itu? Ia bukan lain adalah Budi Harta Winata, pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan, salah satu perusahaan konstruksi baja besar di Indonesia. Ia disebut-sebut sebagai orang yang sukses di usia muda dan berhasil membangun perusahaannya dari nol. Namun sebenarnya Budi memiliki rahasia di balik kesuksesan yang ia raih.


Saat ditanya rahasia kesuksesannya, Budi menjawab dengan tegas, “Jadikan orangtuamu sebagai raja, maka rezekinya seperti raja.”


Ternyata selama ini, Budi selalu memperlakukan orang tuanya layaknya raja. Meski ia hidup susah dan merantau ke Jakarta, Budi tak pernah membantah apalagi durhaka. Sebaliknya, Budi bersikap menghormati, melayani dan memprioritaskan ibu bapaknya. Bahkan ketika ia telah sukses membangun perusahaan, sifatnya itu tak pernah diubahnya.


“Jangan perlakukan orangtua seperti pembantu. Sudah tahu orangtua yang melahirkan dan membesarkan kita, lho kok masih tega-teganya kita minta uang kepada mereka padahal kita sudah dewasa. Atau orangtua diminta merawat anaknya sementara ia sibuk bekerja. Bila ini terjadi maka rezeki orang itu, rezeki pembantu karena memperlakukan orangtuanya sebagai pembantu,” kata Budi.

Subhanallah, benar terjadilah apa yang dikatakan Budi. Bukan pemandangan yang sulit dicari tentang suami istri yang sibuk bekerja lalu orangtuanya menjadi pengasuh bayi. Seorang nenek yang telah tua harus mengurus bayi ataupun balita dengan kerepotan yang sangat.


Namun ternyata gaji suami istri tersebut terus saja kurang dan tidak berkah. Sebagaimana ucapan Budi, “Rezeki orang itu, rezeki pembantu karena memperlakukan orangtuanya sebagai pembantu.”


Berkat Doa Orangtua


Budi merupakan sosok yang shaleh dan mengutamakan shalat. Nampak dari slogan perusahaannya yang unik, yakni “Utamakan Shalat dan Keselamatan Kerja”. Bahkan ia selalu menghentikan semua peralatan mesin konstruksi ketika waktu shalat tiba. Hal itu dilakukan agar karyawannya dapat menunaikan ibadah shalat terlebih dahulu.


Selain itu, Budi pula sosok pekerja keras. Ia tak pernah mengeluh di setiap fase kehidupannya hingga menjadi pengusaha sukses. Ia pula gemar belajar autodidak segala hal terkait proyek konstruksi.


Namun segala kelebihan yang dimiliki Budi tersebut tidaklah membuatnya sombong. Ia pun tak merasa bahwa hal tersebutlah yang membuatnya sukses seperti sekarang. Baginya, doa orangtuanya lah yang telah menghantarkannya ke puncak usaha, puncak kesuksesan. Berkat bapak dan ibu yang ikhlas memanjatkan doa kepada Allah, Budi memiliki kemampuan dan jalan untuk sukses.


Betapa apik pemikiran Budi tentang birrul walidain. Sosoknya pula hendaknya menjadi panutan pemuda masa kini yang sibuk mengejardunia, entah belajar atau bekerja.


Mereka lupa, kunci kesuksesan sejatinya berada sangat dekat, yakni di dalam bakti kepada ibu dan bapak. Sebagaimana ucapan Budi yang mengena di hati; jadikan orangtuamu raja, maka rezekimu akan seperti raja.

Minggu, 13 November 2022

Panggilan Suami-Istri yang Dilarang Dalam Islam



Pada umumnya pasangan suami istri memiliki panggilan tersendiri yang berbeda satu sama lain. Setiap negara dan daerah bahkan memiliki tradisi yang berbeda beda. Misalnya pada adat Jawa sering terdengar panggilan "Mas" dan "Dik" untuk pasangan suami istri. Sedangkan masyarakat di kota-kota besar sering menggunakan panggilan "Ayah" dan "Bunda". Jika mengikuti sunnah Rasulullah SAW, ada baiknya pasangan suami istri memiliki panggilan sayang agar semakin mesra. Namun bagaimana hukum memanggil pasangan dengan panggilan seperti adat atau kebiasaan masyarakat di daerah tertentu?


Menurut Ibnu Taimiyah, “Hukum asal adat (kebiasaan masyarakat) adalah tidaklah masalah selama tidak ada yang dilarang oleh Allah di dalamnya” (Majmu’ah Al-Fatawa, 4: 196).


Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata pula, “Adat adalah kebiasaan manusia dalam urusan dunia mereka yang mereka butuhkan. Hukum asal kebiasaan ini adalah tidak ada larangan kecuali jika Allah melarangnya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 29: 16-17)


Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri berkata, “Hukum asal adat adalah boleh, tidak kita katakan wajib, tidak pula haram. Hukum boleh bisa dipalingkan ke hukum lainnya jika (1) ada dalil yang memerintah, (2) ada dalil yang melarang.” (Syarh Al-Manzhumah As-Sa’diyyah, hal. 88).


Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanadnya dari Abu Tamimah Al-Juhaimi, “Ada seorang laki-laki yang berkata kepada istrinya, ‘Wahai Ukhti!’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah istrimu itu saudarimu?’ Beliau membencinya dan melarangnya.” (HR. Abu Daud: 1889)


Akan tetapi, hadits ini dhaif (lemah) karena pada sanadnya ada rawi yang majhul (tidak disebut namanya). Dijelaskan pula di dalam Syarah Sunan Abu Daud, yaitu ‘Aunul Ma’bud: 5/93, bahwa haditsnya mudhtharrib (guncang) sehingga tidak bisa dijadikan dalil.


Dari keterangan di atas maka sebaiknya suami tidak memanggil istrinya dengan panggilan “Ummi” (yang berarti “wahai ibuku”) atau “Ukhti” (yang berarti “wahai saudariku”) walaupun belum mempunyai anak, tetapi boleh memanggil dia dengan namanya atau lebih utama dipanggi nama kunyahnya seperti “Ummu Muhammad”.


Demikian pula istri, sebaiknya tidak memanggil suaminya dengan panggilan “Abi” (yang berarti “ayahku”) atau “Akhi” (yang berarti “saudara laki-lakiku”), tetapi panggil nama aslinya dan lebih utama dipanggil dengan nama kunyah atau gelarnya seperti Abu Muhammad, baik dia mempunyai anak yang bernama Muhammad maupun tidak, karena memberi kunyah atau julukan adalah sunnah, seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil seorang anak perempuan kecil dengan panggilan “Ummu Khalid”. (HR. Bukhari: 18/141)


Namun ada baiknya memanggil suami atau istri dengan panggilan sayang seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.


Bagaimana, lebih senang panggilan sayang atau ayah-bunda?

Kamis, 10 November 2022

Kepada siapa sajakah wanita boleh membuka jilbab ?



Seorang wanita dibolehkan terlihat sebagian auratnya di depan laki-laki yang menjadi mahram baginya serta di depan sesama wanita muslimah. Sedangkan kepada laki-laki yang bukan mahram dan juga dengan sesama wanita tapi yang bukan muslimah, maka yang boleh terlihat hanya wajah dan kedua tapak tangannnya saja.


Sebaliknya, di depan suami sendiri seorang wanita dibolehkan terlihat semua bagian tubuhnya dengan halal dan sah.


Daftar Mahram


Istilah mahram sebenarnya mengacu kepada kata haram. Maksudnya, wanita atau laki-laki yang haram untuk dinikahi.Pada dasarnya ada dua jenis kemahraman.


Pertama mahram yang bersifat abadi, atau disebut juga dengan mahram muabbad


Kedua, mahram yang bersifat sementara, yaitu kemahraman yang sewaktu-waktu berubah menjadi tidak mahram, tergantung tindakan-tindakan tertentu yang terkait dengan syariah yang terjadi. Kepada mahram yang seperti ini, seorang wanita tetap diharamkan untuk terlihat sebagian auratnya.


1. Mahram Yang Bersifat Abadi (Muabbad)


Para ulama membagi mahram yang bersifat abadi ini menjadi tiga kelompok berdasarkan penyebabnya. Yaitu karena sebab hubungan nasab, karena hubungan pernikahan (perbesanan dan karena hubungan akibat persusuan.


a. Mahram Karena Nasab


Al-Umm, yaitu Ibu kandung dengan anak laki-lakinya adalah mahram. Dan demikian jugaseterusnya ke atas seperti antara nenek dengan cucu laki-lakinya.

Al-Bint, yaitu anak wanita dengan ayah kandungnya adalah mahram, dan seterusnya ke bawah seperti anak perempuannya anak perempuan.

Al-ukht, yaitu saudara kandung wanita kepada saudara laki-lakinya.

`Ammat, yaitu seorang bibi dengan keponakan laki-lakinya.

Khaalaat, yaitu seorang bibi (saudara wanita ibu) dengan keponakan laki-lakinya.

Banatul Akh / Anak wanita dari saudara laki-laki dengan pamannya.

Banatul Ukht/ anak wnaita dari saudara wanita dengan pamannya.

b. Mahram Karena Mushaharah (besanan/ipar) Atau Sebab Pernikahan


Ibu dari isteri (mertua wanita) dengan menantu laki-lakinya.

Anak wanita dari isteri (anak tiri) dengan ayah tirinya.

Isteri dari anak laki-laki (menantu peremuan) dengan mertua laki-lakinya.

Isteri dari ayah (ibu tiri) kepada anak tiri laki-lakinya.


C. Mahram Karena Penyusuan


Selain karena dua sebab di atas, kasus di mana seorang anak laki-laki pernah disusui oleh seorang wanita yang bukan ibunya, juga menjadi penyebab kemahraman. Ketika masih kecil, nabi Muhammad SAW pernah disusui oleh seorang wanita dari Bani Sa’ad yang bernama Halimah As-Sa’diyah.


Maka untuk selamanya, Halimah menjadi seorang wanita yang hukumnya mahramnya dengan beliau SAW. Tidak boleh terjadi pernikahan antara mereka, namun Halimah dibolehkan terlihat sebagian auratnya di depan beliau SAW.


Halimah juga punya seorang anak wanita yang bernama Syaima’. Statusnya juga sama dengan Halimah, Syaima’ terhitung sebagai saudara beliau SAW sesusuan, maka sebagian auratnya boleh terlihat di depan beliau SAW.


Di antara mereka yang bisa menjadi mahram karena disusui adalah:


Ibu yang menyusui dengan anak laki-laki yang disusuinya.

Ibu dari wanita yang menyusui (nenek) dengan anak laki-laki yang disusui anak perempuannya.

Ibu dari suami yang isterinya menyusuinya (nenek juga).

Anak wanita dari ibu yang menyusui (saudara wanita sesusuan).

Saudara wanita dari suami wanita yang menyusui.

Saudara wanita dari ibu yang menyusui.


2. Mahram Yang Bersifat Sementara


Kemahraman jenis yang kedua adalah kemahraman ini bersifat sementara. Maksudnya, seorang wanita diharamkan menikah dengan seorang laki-laki karena alasan yang bersifat sementara saja.


Namun bila terjadi sesuatu, keharaman itu bisa langsung hilang dan kemudian mereka boleh menikah.


Hubungan kemahraman yang seperti ini tidak membolehkan terlihatnya sebagian aurat. Yang membolehkan hanya bila hubungan kemahraman bersifat abadi (muabbad).


Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabara

Rabu, 09 November 2022

Tidak Ada Shalat Qabliyah Jumat

 


Bismillah

Diantara kebiasaan di banyak masjid, jika azdan Jum'at dikumandangkan, setelah itu para jemaah bersama-sama bangkit untuk mendirikan shalat Sunah qabliyah Jum'at dua rakaat. Kebiasaan ini tidak tepat, karena shalat sunah qabliyah Jum'at tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak dikenal oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad menyebutkan, “Jika bilal telah mengumandangkan adzan Jum'at, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung berkhotbah dan tidak ada seorang pun berdiri melaksanakan shalat dua rakaat kala itu. (Di masa beliau), azdan Jum'at hanya dikumandangkan sekali. Ini menunjukkan bahwa shalat Jum'at itu seperti shalat id yaitu sama-sama tidak ada shalat sunah qobliyah sebelumnya. Inilah di antara pendapat ulama yang lebih tepat dan inilah yang didukung hadist.


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu pernah keluar dari rumah beliau, lalu beliau langsung naik mimbar dan Bilal pun mengumandangkan adzan. Jika adzan telah selesai berkumandang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkhotbah dan tidak ada selang waktu (untuk shalat Sunah kala itu). Inilah yang disaksikan di masa beliau”.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Kesimpulan: Tidak ada shalat sunah qabliyah Jum'at. Apalagi jika shalat ini dilaksanakan setelah adzan. Adapun shalat sunah yang dikerjakan ketika makmum masuk masjid di hari Jum'at sambil menunggu imam, maka itu adalah shalat sunah mutlak, sehingga shalat ini bisa dikerjakan tanpa batasan jumlah raka'at.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Naah sejak kapan niih kamu tahu kalau tidak ada shalat sunah qobliyah Jumat?


Source: Rumayshocom


Gabung grup :

👇👇👇👇

https://www.facebook.com/groups/1691910880996601/?ref=share&exp=e8c2 


2 Penyakit yang Menghilangkan Pahala Sedekah



KITA telah sering membahas tentang pahala sedekah. 

Kita juga sering mendengar ganjaran dan balasan yang berkali lipat untuk orang yang mau bersedekah, sesuai dengan ayat-ayat Alquran dan riwayat dari Nabi Muhammad saw.


Tapi ada hal yang sering luput dari perhatian. Pahala yang begitu besar ini bisa habis begitu saja jika tidak benar-benar dijaga. 

Ketika kita ingat tentang besarnya pahala sedekah, jangan lupakan bahwa ada pula api yang bisa membakar habis pahala itu.


Allah Berfirman,


Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima). (QS.Al-Baqarah:264)


Ada dua penyakit yang menghilangkan pahala sedekah, yaitu:


– Al-Mannu (Mengungkit-ungkit pemberian).


– Al-Adza (Menyakiti perasaan penerima sedekah).


Penyakit pertama adalah Al-Mannu. Penyakit ini muncul dari perasaan aku telah berbuat baik. 

Hasilnya, ia ingin dipuji, dihormati dan kebaikannya selalu diingat-ingat. Dulu aku telah membantumu, telah memberimu ini dan itu


Terkadang penyakit ini tidak terasa, kebaikan itu selalu diingat dan diungkit hingga tak bersisa pahala sedikitpun.


Penyakit kedua adalah Al-Adza. Terkadang kita tak senang hati melihat ada orang memerlukan bantuan datang mengetuk rumah. 

Kita merasa terganggu ketika jalan kita dihalangi orang yang memelas meminta belas kasihan.


Akhirnya kita ngomel, marah atau pasang muka benci dan tak suka. Walau kita memberi sesuatu kepadanya, tapi perlakuan buruk itu telah menyakiti hatinya. 

Hasilnya, pahala sedekah yang begitu besar itu habis tak bersisa.


Pada ayat sebelumnya, Alquran telah memberi solusi jika kita tidak bisa menahan diri untuk marah atau bermuka masam. 

Lebih baik kita berkata dengan lembut untuk meminta maaf karena tidak bisa memberi daripada harus memberi sedekah tapi menyakiti hatinya. Allah Berfirman,


Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. (QS.Al-Baqarah: 263)


Nah, untuk melawan kedua penyakit ini kita harus sadari bahwa :


Harta yang kita sedekahkan sangat sedikit dibanding pemberian Allah swt.

 Lalu kenapa harus merasa bangga atau tak senang hati?Harta itu hanyalah titipan dari Allah untuk kita berikan kepada orang yang membutuhkan. Pantaskah seorang tukang pos merasa bangga karena telah memberi sesuatu kepada orang yang menerima paketnya? Hai, itu bukan pemberian kita ! Tugas kita hanya mengantar!


Karena itu, jangan kita hanya fokus kepada besarnya pahala sedekah. Tapi jagalah selalu pahala itu agar tidak diserang oleh kedua penyakit di atas. Semoga Allah menjaga amal-amal kita hingga Hari Pembalasan nanti. (Inilah)

Niat Sholat Taubat, Tata Cara, Doa, Bacaan dan Keutamaan

 


Sholat taubat adalah shalat sunnah dalam rangka bertaubat kepada Allah. Bagaimana tata cara, niat sholat taubat, doa, bacaan dan keutamaannya? Berikut ini pembahasannya.


Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Dosa-dosa kecil bisa dihapus dengan istighfar. Dosa-dosa besar, tidak cukup hanya dengan istighfar. Perlu taubatan nasuha. Salah satu bentuknya adalah dengan sholat taubat.


Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, sholat ini termasuk sholat sunnah karena ada hadits dalam kitab Sunan Abu Dawud dan Sunan Tirmidzi yang menerangkan tentang sholat ini.


Keutamaan Sholat Taubat


Seperti namanya, sholat sunnah ini dikerjakan dalam rangka meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah. Sholat taubat memiliki keutamaan yang luar biasa, antara lain sebagai berikut:


1. Diampuni Allah


Keutamaan sholat taubat yang pertama, orang yang mengerjakan sholat ini akan mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:


مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ


“Tiada seorang pun yang berdosa kemudian ia berwudhu lalu mengerjakan sholat serta memohon ampun kepada Allah melainkan ia diampuni olehNya.” Selanjutnya beliau membaca ayat (QS. Ali Imran: 135, yang artinya), “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; hasan)


مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعاً – شَكَّ سَهْلٌ – يُحْسِنُ فِيهِمَا الذِّكْرَ وَالْخُشُوعَ ثُمَّ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ غَفَرَ لَهُ


“Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu mendirikan sholat dua rakaat atau empat rakaat, ia menyempurnakan dzikir dan khusyu’ kemudian memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah mengampuninya.”  (HR. Ahmad; hasan)


2. Dicintai Allah


Allah mencintai hamba-Nya yang bertaubat. Mengerjakan sholat ini merupakan bentuk kesungguhan seorang hamba untuk benar-benar bertaubat dari dosa dan maksiat.


إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ


“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)


3. Didoakan malaikat


Orang yang bertaubat akan didoakan oleh para malaikat. Mereka memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang yang bertaubat.


الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا


“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat.” (QS. Ghafir: 7)


4. Dimasukkan ke dalam surga


Pada akhirnya, orang yang bertaubat, mereka akan dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At-Tahrim: 8)


Tata Cara Sholat Taubat


Tidak semua kitab fiqih membahas sholat taubat. Bahkan Fiqih Empat Madzhab yang ditulis Syaikh Abdurrahman Al Juzairi tidak membahas sholat sunnah ini. Sedangkan dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu dan Fiqih Sunnah ada pembahasan sholat sunnah ini.


Bagaimana tata cara sholat taubat? Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah di atas, sholat ini minimal dikerjakan dua rakaat. Setelah sholat kemudian memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Berikut ini tata cara sholat taubat secara praktis:


Niat sholat taubat

Takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah

Membaca surat Al Fatihah

Membaca surat dari Al Qur’an

Ruku’ dengan tuma’ninah

I’tidal dengan tuma’ninah

Sujud dengan tuma’ninah

Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

Sujud kedua dengan tuma’ninah

Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua

Membaca surat Al Fatihah

Membaca surat dari Al Qur’an

Ruku’ dengan tuma’ninah

I’tidal dengan tuma’ninah

Sujud dengan tuma’ninah

Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

Sujud kedua dengan tuma’ninah

Tahiyat akhir dengan tuma’ninah

Salam


Niat Sholat Taubat


Seluruh ulama sepakat bahwa niat tempatnya di hati. Dalam Fiqih Manhaji dijelaskan, untuk keabsahan sholat, niat harus diiringi dengan takbiratul ihram. Caranya, hati harus awas bahwa akan mengerjakan sholat ketika melafadzkan takbir, sambil mengingat sholat apa dan fardlu atau sunnah. Dalam hal ini tidak disyaratkan melafadzkan niat secara lisan.


Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, jumhur ulama mensunnahkan melafadzkan niat karena bisa membantu hati menghadirkan niat. Namun menurut madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena Rasulullah tidak mengajarkannya.


Bagi yang melafadzkan niat, berikut ini niat sholat taubat:


أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى


(Ushollii sunnatat taubati rok’ataini lillaahi ta’aalaa)


Artinya: Aku niat sholat sunnah taubat dua raka’at karena Allah Ta’ala


Doa Sholat Taubat


Usai sholat taubat, disunnah memperbanyak membaca istighfar. Memohon ampun kepada Allah atas segala dosa. Bertaubat dari segala maksiat.


Berikut ini beberapa contoh istighfar yang bisa dibaca sebagai doa sholat taubat:


1. Sayyidul Istighfar


Istighfar ini merupakan istighfar terbaik. Rasulullah menyebutnya sayyidul istighfar. Imam Bukhari menyebutnya istighfar yang paling utama.


اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ


Artinya: Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau.


2. Istighfar Nabi Adam


Berikut ini adalah istighfar dan doa taubat Nabi Adam dan Hawa yang diabadikan Allah dalam Surat Al A’raf ayat 23:


رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ


Artinya: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.


3. Istighfar Rasulullah


Istighfar ini sering dibaca Rasulullah. Bahkan dalam riwayat Tirmidzi dan Abu Daud, Umar bin Khattab menghitung dalam sebuah majlis Rasulullah mengucapkan istighfar ini seratus kali.


رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَّابُ رَحِيْمٌ


Artinya: Ya Allah ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan maha penyayang.


4. Istighfar Pendek


Berikut ini adalah istighfar pendek yang paling umum diucapkan. Jika kesulitan istighfar lainnya, setelah sholat taubat bisa memperbanyak istighfar ini.


أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمِ


Artinya: Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.

Selasa, 08 November 2022

Suami tidak mau shalat, bagaimana solusinya ?



Salat adalah sebuah kewajiban yang tidak akan gugur dari seorang manusia selagi dia bernafas dan punya ingatan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda kepada Imran ibn Husain radhiallahu anhu:


صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِداً، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلىَ جَنْبٍ


“Salatlah dalam keadaan berdiri, jika anda tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan (berbaring) di atas lambung.” (Al-Bukhari, 1006).


Berikan kesempatan terakhir kepada suami agar dia beristiqamah, jika tidak maka perceraian adalah lebih utama dikarenakan dengan hal tersebut telah jelaslah kekufuran dan kesengajaannya meninggalkan salat.


Selain itu, bisa dengan melakukan hal-hal berikut:


1. Menyandarkan diri kepada Allah SWT, tunduk kepada-Nya demi hidayah kepada laki-laki tersebut, dan yang benar adalah kita berdoa untuk seseorang di waktu malam, dan mendakwahinya di waktu siang, sesuai dengan kadar keikhlasan dan kejujuran kita, maka kebaikan dan pengabulan akan datang.


2. Mengambil jalan masuk yang baik menasihatinya, mengetengahkan kata-kata yang indah, memilih waktu-waktu yang sesuai, dan sebutkanlah kebaikan-kebaikan serta sifat-sifatnya yang baik. Dan berusahalah membantunya untuk mempersiapkan kepercayaan dirinya dengan mengatakan, misalnya: “Kamu alhamdulillah adalah seorang yang baik, kamu bertanggung jawab, dan manusia menyebutmu dengan kebaikan, dan akan sangat bagus lagi kalau kamu konsisten mengerjakan salat lima waktu. Karena sesungguhnya aku senang melihat suamiku keluar seperti laki-laki lain bersama keluarganya menuju rumah-rumah Allah.”


3. Mendorong orang-orang saleh dari mahrammu untuk menziarahinya dan mengajaknya salat tanpa dia merasa bahwa hal tersebut adalah sebuah kesepakatan di antara kalian. Dan lebih memilih waktu-waktu salat dalam ziarah hingga dia bisa pergi ke masjid bersama mereka.


4. Membeli kaset-kaset, dan buku-buku kecil yang menjelaskan hukum orang yang meninggalkan salat, serta hukuman orang yang meremehkan pelaksanaan salat pada waktunya, dan meletakkan kaset-kaset serta buku-buku kecil tersebut pada tempat yang biasa dia jangkau dengan tangannya.


5. Berambisi agar dia konsisten dalam mengerjakan salat lima waktu untuk pertama kalinya, kemudian mendakwahinya agar mendirikannya dengan kekhusyuannya, rukuknya dan tumakninahnya.


6. Jadikanlah waktu-waktu makan setelah waktu-waktu salat.


7. Menjelaskan bahayanya meninggalkan salat tepat pada waktunya. Mushab ibn Sa'd ibn Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada bapaknya saat membaca firman Allah SWT : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,” (QS. Al-Ma’un: 5).


Dia berkata, “Wahai bapakku, apakah mereka adalah orang-orang yang tidak salat?” Maka berkatalah Sa’d: “Tidak, seandainya mereka meninggalkan salat, maka mereka telah kafir, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang mengakhirkan (menunda)nya dari waktunya.” (H.r. Al-Bazzar 1145, dan Thabarani dalam Al-Aushath 2276).


8. Menggunakan sarana-sarana dan senjata berpengaruh yang dimiliki oleh seorang wanita untuk memaksanya agar rutin mengerjakan salat, seperti menolak makan bersamanya, duduk dengannya, serta menolak tidur di pembaringan, dan tidak ada larangan menyampaikan keinginan cerai jika dia tidak menjaga pelaksanaan salat.