Rabu, 23 Februari 2022
Senin, 21 Februari 2022
Bolehkan Shalat Tahajud Saat Hampir Subuh?
Mau shalat tahajud tapi waktu sudah hampir mendekati subuh, apakah masih boleh?
Sebagaimana diketahui, shalat tahajud merupakan ibadah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari.
Waktu terbaik mengerjakan shalat tahajud adalah sepertiga malam akhir atau setengah malam terakhir.
Akan tetapi, terkadang sebagian umat muslim ada yang tidak bisa mengerjakan shalat tahajud di waktu-waktu terbaik itu dengan berbagai alasan.
Misalnya seperti terlambat bangun dari tidur malam, sehingga waktu terbaik itu terlewatkan.
Kadang kala, ada yang baru terbangun beberapa saat menjelang waktu subuh.
Memang, di waktu ini kondisi langit masih terlihat gelap, namun sudah hampir mendekati waktu subuh.
Lalu, apakah masih boleh mengerjakan shalat tahajud pada waktu ini?
Shalat Tahajud menjelang waktu Subu
Selagi belum memasuki waktu subuh, maka shalat tahajud masih berlaku. bagaimana mengetahui waktu subuh jika dilihat berdasarkan gelap-terang langit.
"Kalau Anda menghadap ke arah timur, ke arah terbitnya matahari, maka menjelang subuh itu kan gelap dulu,"
"Kalau di sudah di negeri Hongkong itu terang, kita sudah tertutup dengan sinar-sinar yang memancar dari kota-kota yang ada disana.
Tapi kalau seandainya kita di negeri yang jauh dari sinar akan terlihat, nanti di ufuk timur itu ada suatu sinar yang merata,.
Sinar merata dari ufuk timur, yang membentang dari utara hingga selatan itu disebut dengan fajar shadiq.
Jika fajar shadiq sudah terlihat, itu menandakan bahwa waktu subuh sudah tiba.
Hal ini juga berlaku jika berada di luar negeri sekalipun.
Shalat tahajud tetap diukur berdasarkan waktu subuh di masing-masing daerah.
Opsi lainnya untuk mengetahui waktu subuh juga bisa dilihat melalui aplikasi-aplikasi yang tersedia di smartphone.
Pada intinya, shalat tahajud masih bisa dikerjakan selagi belum memasuki waktu subuh.
Tapi batasnya bukan azan subuh, melainkan waktunya sudah memasuki subuh atau belum.
"Selagi belum subuh, Anda tahajud, masih sah.
Baru setelah itu masuk waktu subuh, biarpun belum azan kalau jamnya sudah jam subuh, maka itu waktu subuh tiba. Bukan waktu Tahajud lagi,"
Waktu mengerjakan shalat tahajud
Waktu pelaksanaan shalat tahajud adalah malam hari dan dibagi menjadi tiga bagian.
Mengutip buku risalah tuntunan shalat lengkap, waktu melaksanakan shalat Tahajud dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sepertiga Pertama, yaitu dari pukul 19.00 sampai pukul 22.00, ini saat utama.
2. Sepertiga Kedua, yaitu dari pukul 22.00 sampai pukul 01.00, ini saat yang paling utama
3. Sepertiga Ketiga, yaitu pukul 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh, ini adalah saat yang paling utama.
Sholat tahajud menurut Ustad Abdul Somad
Sementara itu, Ustadz Abdul Somad mengatakan, Rasulullah SAW saat di Makkah melaksanakan shalat tahajud di Masjidil Haram.
Hal itu dilakukan Rasulullah SAW karena pada waktu malam sunyi, tidak ada orang.
Sehingga tak mendapat gangguan dari kafir Quraisy musyrik.
Menurut Ustadz Abdul Somad, setelah melaksanakan shalat Isya, Nabi Muhammad SAW tidur.
Itulah sebabnya Nabi SAW mudah terbangun untuk melaksanakan sholat tahajud pada sepertiga malam.
"Kenapa kita payah bangun tahajjud? Habis Isya tak tidur," kata UAS.
"Boleh bicara setelah Isya dengan syarat bicara agama. Selain daripada itu makruh hukumnya," urainya.
Karena itu, Ustadz Abdul Somad menyarankan agar setelah Isya agar langsung tidur.
"Itu maka orang-orang dulu itu sehat-sehat badannya. Habis Isya tidur. TV tak ada. Internet tak ada. Makan ikan asin kangkung, tidur, besok anak 10," jelasnya.
Oleh sebab itu maka, kata UAS, kalau mau tidur yang berkualitas adalah setelah Isya.
"Itu tidur berkualitas. Nabi SAW tidur tak banyak. Sikit tapi berkualitas. Bukan macam kita, sikit-sikit tidur," jelasnya.
Tata cara pengerjaan shalat tahajud sama seperti shalat lima waktu.
Yaitu dimulai dengan niat dan diakhiri dengan salam.
Yang membedakan hanya pada niat dan waktu pelaksanaannya.
Untuk lebih jelas, simak tata caranya berikut ini.
1. Niat
Bagi yang melafadzkan niat, niat sholat tahajud adalah sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
(Ushalli sunnatat tahajudi rak’ataini lillahi ta’aalaa)
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala”
2. Takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah (Kumpulan doa iftitah)
3. Membaca surat Al Fatihah
4. Membaca surat atau ayat Al Qur’an
5. Ruku’ dengan tuma’ninah
6. I’tidal dengan tuma’ninah
7. Sujud dengan tuma’ninah
8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Sujud kedua dengan tuma’ninah
10. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
11. Membaca surat Al Fatihah
12. Membaca surat atau ayat Al Qur’an. Rasulullah biasa membaca surat yang panjang.
13. Ruku’ dengan tuma’ninah
14. I’tidal dengan tuma’ninah
15. Sujud dengan tuma’ninah
16. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
17. Sujud kedua dengan tuma’ninah
18. Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
19. Salam
Demikian bagi yang ingin melaksanakan sholat tahajud dua rakaat.
Jika melaksanakan lebih dari dua rakaat, tinggal mengulang lagi seperti langkah-langkah di atas.
Rabu, 16 Februari 2022
#Pertanyaan Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
#Pertanyaan
Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
#Jawaban:
Inti dari shalat adalah zikir mengingat Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt.
وَأَقِمِ ال لَّا صلَاةَ لِ ي
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. (Qs. Thaha *20+: 14).
Oleh sebab itu Allah Swt mengecam orang yang shalat tetapi tidak mengingat Allah:
) فَػوَ لٌ لِلْمُصَلدِّ ) 4( اللَّا نَ ىُمْ عَنْ صَلَاتِِِمْ سَاىُوفَ ) 5
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”. (Qs. al-Ma’un *107+: 4-5).
Zikir mengingat Allah Swt dalam shalat tidak dibangun sejak Takbiratul-Ihram, akan tetapi jauh sebelum itu. Rasulullah Saw sudah mengajarkan kekhusyu’an hati sejak berwudhu’. Dalam hadits disebutkan:
مَنْ تَػوَ لَّا ض فَمَضْمَضَ وَاسْتَػنْ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ فَمِوِ وَأَ فِوِ فَ ذَا اَسَلَ وَجْ وُ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ وَجْ وِ لَّاتَّ تَخْ جَ مِنْ تَحْتِ أَشْفَارِ عَيْػنَػيْوِ فَ ذَا اَسَلَ دَ وِ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ دَ وِ فَ ذَا مَسَحَ رَأْسَوُ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ رَأْسِوِ لَّاتَّ تَخْ جَ مِنْ أُذُ ػيَْوِ فَ ذَا اَسَلَ رِجْلَيْوِ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ رِجْلَيْوِ لَّاتَّ تَخْ جَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِ رِجْلَيْوِ وَ ا تْ صَلاَتُوُ وَمَ يُوُ إِلَذ الْمَسْ دِ افِلَة
“Siapa yang berwudhu’, ia berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, maka keluar dosanya dari mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh wajahnya maka keluar dosanya dari wajahnya hingga keluar dari kelopak matanya. Apabila ia membasuh kedua tangannya maka keluar dosanya dari kedua tangannya. Apabila ia mengusap kepalanya maka keluar dosanya dari kepalanya hingga keluar dari kedua telinganya. Apabila ia membasuh kedua kakinya maka keluar dosanya dari kedua kakinya hingga keluar dari bawah kuku kakinya. Shalatnya dan langkahnya ke masjid dihitung sebagai amal tambahan”. (HR. Ibnu Majah).
Wudhu’ bukan sekedar kebersihan fisik, tapi juga telah mengajak hati untuk khusyu’ kepada Allah Swt dan meninggalkan semua keduniawian yang dapat melalaikan hati dari Allah Swt, meskipun hal kecil, oleh sebab itu Rasulullah Saw melarang menjalinkan jari-jemari dan membunyikannya setelah berwudhu’ menjelang shalat:
إِذَا تَػوَ لَّا ض أَ دُ مْ فَ سَنَ وُضُوءَهُ ثُُلَّا خَ جَ عَامِدًا إِلَذ الْمَسْ دِ فَلاَ « عَنْ عْبِ بْنِ عُ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ بدِّكَ لَّا ن بػ أَصَابِعِوِ فَ لَّاوُ صَلاَةٍ .
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu berwudhu’, ia berwudhu’ dengan baik, kemudian ia pergi ke masjid, maka janganlah ia menjalinkan jari jemarinya, karena sesungguhnya ia berada dalam shalat”. (HR. at-Tirmidzi).
Menunggu dan menantikan kehadiran shalat dengan persiapan hati untuk memasukinya. Rasulullah Saw bersabda:
قَالُوا بػلََى ا .» أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يََْحُو الللَّاوُ بِوِ اتطَْطَا ا وَ ػ فَعُ بِوِ اللَّادرَجَاتِ « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ .» إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَ ثْػ ةُ اتطُْطَا إِلَذ الْمَسَاجِدِ وَا تِظَارُ ال لَّا صلاَةِ بػعَْدَ ال لَّا صلاَةِ فَ لِكُمُ الدِّ بَاطُ « رَسُوؿَ الللَّاوِ . قَاؿَ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku tunjukkan perbuatan yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan mengangkat derajat?”. Para shahabat menjawab: “Ya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw bersabda:
قَالُوا بػلََى ا .» أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يََْحُو الللَّاوُ بِوِ اتطَْطَا ا وَ ػ فَعُ بِوِ اللَّادرَجَاتِ « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ .» إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَ ثْػ ةُ اتطُْطَا إِلَذ الْمَسَاجِدِ وَا تِظَارُ ال لَّا صلاَةِ بػعَْدَ ال لَّا صلاَةِ فَ لِكُمُ الدِّ بَاطُ « رَسُوؿَ الللَّاوِ . قَاؿَ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku tunjukkan perbuatan yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan mengangkat derajat?”. Para shahabat menjawab: “Ya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ pada saat tidak menyenangkan, memperbanyak langkah kaki ke masjid, menunggu shalat setelah shalat. Itulah ikatan (dalam kebaikan)”. (HR. Muslim).
Menjawab seruan azan. Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا قَاؿَ الْمُ ذدِّفُ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . فَػ اؿَ أَ دُ مُ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . ثُُلَّا قَاؿَ أَشْ دُ أَفْ لاَ « - قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو . قَاؿَ أَشْ دُ أَفْ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاوُ ثُُلَّا قَاؿَ أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ . قَاؿَ أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ . ثُُلَّا قَاؿَ لَّا ى عَلَى ال لَّا صلاَة . قَاؿَ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ . ثُُلَّا قَاؿَ لَّا ى عَلَى الْفَلاَحِ . قَاؿَ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ . ثُُلَّا قَاؿَ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . .» قَاؿَ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . ثُُلَّا قَاؿَ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو . قَاؿَ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو . مِنْ قَػلْبِوِ دَخَلَ اتصَْنلَّاةَ
Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila mu’adzin mengucapkan
: * الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ]
(Allah Maha Besar). Salah seorang kamu menjawab dengan:
[ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ]
(Allah Maha Besar). Kemudian mu’adzin mengucapkan:
* أَشْ دُ أَفْ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو ]
(aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah). Ia menjawab dengan:
[ أَشْ دُ أَفْ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو ]
(aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah). Mu’adzin mengucapkan:
* أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ ]
(aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Ia menjawab dengan:
[ أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ ]
(aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Mu’adzin mengucapkan:
* لَّا ى عَلَى ال لَّا صلاَة ]
(Marilah melaksanakan shalat). Ia menjawab dengan:
[ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ ]
(tiada daya dan upaya selain dengan Allah). Mu’adzin mengucapkan:
* لَّا ى عَلَى الْفَلاَحِ ]
(Marilah menuju kemenangan). Ia menjawab dengan:
[ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ ]
(tiada daya dan upaya selain dengan Allah). Mu’adzin mengucapkan:
* الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ]
(Allah Maha Besar). Ia menjawab dengan:
[ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ]
(Allah Maha Besar). Mu’adzin mengucapkan:
* لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو ]
(tiada tuhan selain Allah). Ia menjawab: :
[ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو +
(tiada tuhan selain Allah), dari hatinya, maka ia masuk surga”. (HR. Muslim).
Menjawab ucapan mu’adzin dari hati membimbing hati ke dalam kekhusyu’an shalat. Menutup dengan doa wasilah. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ قَاؿَ سْمَعُ الندِّدَاء الللَّا لَّا م رَ لَّا ب ىَ هِ اللَّادعْوَةِ التلَّاالَّامةِ وَال لَّا صلاَةِ الْ ائِمَةِ آتِ تُػَ لَّا مدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْػعَثْوُ مَ امًا تَػْمُودًا اللَّا ى وَعَدْتَو للَّاتْ لَوُ شَفَاعَتَِّ ػوََْ الْ يَامَةِ
Siapa yang ketika mendengar seruan azan mengucapkan:
“Ya Allah Rabb Pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang didirikan, berikanlah kepada nabi Muhammad Saw al-Wasilah dan keutamaan, bangkitkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan”. Maka layaklah ia mendapat syafaatku pada hari kiamat”. (HR. al-Bukhari.
Memahami makna lafaz yang dibaca dalam shalat. Pemahaman tersebut mendatangkan kekhusyu’an di dalam hati. Ketika seorang muslim yang sedang shalat membaca:
إِ لَّا ف صَلاَتِى وَ سُكِى وَتَػْيَاىَ وَتَؽَاتِى لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam”. Ia fahami maknanya, maka akan mendatangkan kekhusyu’an yang mendalam, bahkan dapat meneteskan air mata karena penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allah Swt. Merasakan dialog dengan Allah Swt. Ketika sedang membaca al-Fatihah, seorang hamba sedang berdialog dengan Tuhannya. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan:
قَاؿَ الللَّاوُ تَػعَالَذ قَسَمْتُ ال لَّا صلاَةَ بػيَْنِِ وَبػ عَبْدِى صْفَ وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ فَ ذَا قَاؿَ الْعَبْدُ ) اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ (. قَاؿَ الللَّاوُ تَػعَالَذ تزَِدَنِِّ عَبْدِى وَإِذَا قَاؿَ )اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ (. قَاؿَ الللَّاوُ تَػعَالَذ أَثْػنَِ عَلَ لَّا ى عَبْدِى. وَإِذَا قَاؿَ )مَالِكِ ػوَِْ الدِّد نِ (. قَاؿَ تَغلَّادَنِِّ عَبْدِى - وَقَاؿَ مَلَّا ةً فَػلَّاوضَ إِ لََّا لذ عَبْدِى - فَ ذَا قَاؿَ )إِ لَّااؾَ ػعَْبُدُ وَإِ لَّااؾَ سْتَعِ (. قَاؿَ ىَ ا بػيَْنِِ وَبػ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ . فَ ذَا قَاؿَ )اىْدِ ا ال دِّ ص اطَ .» الْمُسْتَ يمَ صِ اطَ اللَّا نَ أَ ػعَمْتَ عَلَيْ مْ اَيْرِ الْمَ ضُوبِ عَلَيْ مْ وَلاَ ال لَّا ضالدِّ (. قَاؿَ ىَ ا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ
Allah berfirman: “Aku membagi shalat itu antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, bagi hamba-Ku apa yang ia mohonkan.
Ketika hamba-Ku itu mengucapkan:
[ اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ ]
(segala puji bagi Allah Rabb semesta alam). Allah menjawab:
[ تزَِدَنِِّ عَبْدِى ]
(hamba-Ku memuji Aku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan:
[ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ ]
(Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Allah menjawab:
[ أَثْػنَِ عَلَ لَّا ى عَبْدِى ]
(hamba-Ku menghormati Aku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan:
[ مَالِكِ ػوَِْ الدِّد نِ ]
(Raja di hari pembalasan). Allah menjawab:
[ تَغلَّادَنِِّ عَبْدِى ]
(hamba-Ku mengagungkan Aku). Dan
[ فَػلَّاوضَ إِ لََّا لذ عَبْدِى ]
(hamba-Ku melimpahkan (perkaranya) kepada-Ku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan:
[ إِ لَّااؾَ ػعَْبُدُ وَإِ لَّااؾَ سْتَعِ ]
(kepada Engkau kami menyembah dan kepada Engkau kami meminta tolong).
Allah menjawab:
[ ىَ ا بػيَْنِِ وَبػ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ ]
(ini antara Aku dan hamba-Ku, ia mendapatkan apa yang ia mohonkan). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan:
[ اىْدِ ا ال دِّ ص اطَ الْمُسْتَ يمَ صِ اطَ اللَّا نَ أَ ػعَمْتَ عَلَيْ مْ اَيْرِ الْمَ ضُوبِ عَلَيْ مْ وَلاَ ال لَّا ضالدِّ ]
(tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau berikan kepada mereka, bukan jalan orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang sesat). Allah menjawab:
[ ىَ ا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ ]
(ini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku itu mendapatkan apa yang ia mohonkan). (HR. Muslim).
Merasakan seolah-olah itulah shalat terakhir yang dilaksanakan menjelang kematian tiba sehingga tidak ada kesempatan untuk beramal shaleh sebagai bekal menghadap Allah Swt.
Kamis, 10 Februari 2022
Brikut adalah cara shalat hajat untuk untuk bayar hutang. Cara melunasi hutang versi Islam.
Shalat Hajat Khusus Bayar Hutang, Simak Caranya Berikut
Brikut adalah cara shalat hajat untuk untuk bayar hutang. Cara melunasi hutang versi Islam.
Shalat hajat adalah salah satu amalan sunah yang diajarkan dalam Islam, yang mana shalat ini bisa membantu mengabulkan segala hajat, salah satunya adalah hajat membayar hutang.
Masalah ekonomi tampaknya menjadi masalah utama dalam kehidupan. Hampir semua orang memiliki hutang, terlepas berapa pun jumlahnya.
Berapa pun jumlahnya, membayar hutang adalah wajib.
Dengan mengerjakan shalat hajat khusus bayar hutang ini secara konsisten dan istiqomah, hutang anda akan terlunasi secara berangsur-angsur.
Memang tidak serta-merta langsung lunas, namun setidaknya anda merasa lebih ringan membayarnya. Pintu rezeki senantiasa terbuka sehingga anda lebih mudah melunasi hutang-hutang anda.
Tata cara shalat hajat khusus bayar hutang
1. Selama anda berhutang, lakukan shalat hajat empat rakaat, yaitu dua kali salam, dan dilakukan di atas jam 12 malam.
Lafadz niat shalat hajat: Ushollii sunnatal haajati rok'aataini lillaahi ta'aala, yang artinya saya berniat mendirikan shalat sunat hajat dua rakaat karena Allah Taala.
2. Pada shalat hajat pertama, rakaat pertama setelah membaca surah Al-Fatihah, lanjutkan dengan membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 10 kali.
3. Kemudian, pada rakaat kedua bacalah surah Al-Ikhlas sebanyak 20 kali.
4. Pada shalat kedua, lakukan hal yang sama seperti poin ke dua. Hanya saja, pada rakaat pertama surah Al-Ikhlas dibaca 30 kali, dan pad rakaat kedua surah Al-Ikhlas dibaca sebanyak 40 kali.
5. Usai shalat, bacalah amalan shalat hajat khusus bayar hutang berikut ini, yang disebut Sholawat Ghazali:
Allahumma sholli alaa sayyidina Muhammad wa ala aali sayyidina Muhammad sholatan daa’imatan mustamirrotan taduumu bi dawaamika wa tabqoo bi baqoo’ika wa takhludu bi khuluudika wa laa duuna mardootika wa laa jazaa’a liqooilihaa wa musollihaa goiro jannatika wan nadzi ilaa wajhikal karim.
Insya Allah dengan mengamalkan shalat hajat khusus bayar hutang tersebut dengan rutin dan istiqomah minimal selama 41 hari berturut-turut, maka anda akan lebih mudah mencari rezeki, sehingga anda akan lebih mudah melunasi hutang.
Itulah cara melakukan shalat hajat khusus bayar hutang. Semoga bermanfaat, dan selalu dilancarkan rezekinya agar bisa terlepas dari lilitan hutang
Amalan Ringan Hanya 1 Menit, Hapus Dosa 100 Tahun dan Mendapatkan Harta Karun Surga
Amalan Ringan Hanya 1 Menit, Hapus Dosa 100 Tahun dan Mendapatkan Harta Karun Surga
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan yang mendatangkan dosa. Tidak ada manusia yang terbebas dari dosa.
Namun sebesar apapun kesalahan yang pernah dibuat manusia, Allah SWT memiliki sifat Maha Pengampun dan menerima taubat dari para makhluk-Nya.
Untuk membersihkan dosa-dosa yang diperbuat, ada amalan penghapus dosa-dosa yang bisa dilakukan.
berikut amalan ringan yang hanya 1 menit dilakukan untuk menghapus dosa dan mendapatkan harta karun surga.
1. Dengan 1 menit bisa mendapatkan ampunan dosa sebanyak 70 tahun
Pertama istighfar, bahwasanya istighfar 1 kali saja dapat menghapus dosa 70 tahun lamanya, bisa juga dosa 100 tahun diampuni dengan 1 kali istighfar. Bagaimana dengan 100 istighfar?
Sederhana, 1 menit saja sahabat sekalian dengan 1 menit bisa memberatkan timbangan di hari kiamat, jika 1 detiknya bisa mengucap "astagfirullah wa atubu ilahi", satu menit bisa 60 kali mengucapkan istighfar.
2. Dalam 1 menit bisa memberatkan timbangan amal dan dicintai Allah
Dua kalimat yang ringan di lidah, namun berat timbangannya di akhirat dan dicintai oleh Allah. Bayangkan saat dapat timbangan berat di akhirat dan bertambah mendapat cintanya Allah.
Bukan cintanya raja, bukan cintanya komandan, bukan cintanya bos melainkan cintanya Allah. Cintanya pencipta segala sesuatu. Kata Nabi hanya dengan mengucapkan "Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil Adzim" (HR Bukhari 7/168 dan Muslim 4/2072)
Coba praktikkan satu menit mengucapkan 40 kali dalam semenit. Berarti beratkan timbangan 40 beban kebaikan timbangan di hari kiamat dan mengundang 40 Cinta Allah.
3. Dalam 1 menit bisa memanen harta karunnya surga
Dalam 1 menit bisa memanen harta karunnya surga, caranya dengan mengucapkan "La haula walaa quwwata illa billah." Dalam 1 menit bisa mengucapkan kalimat mulia kurang lebihnya 30-40 kali. Bisa dibayangkan berapa banyak, harta karun di surga yang bisa dipanen kelak.
Kata Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam pada 'Abdullah bin Qois ," Wahai 'Abdullah bin Qois, katakanlah la haula walaa quwwata illa billah, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga." (HR Bukhari no. 7386).
4. Dengan 1 menit mendapatkan yang lebih baik dari dunia dan seluruh isinya
Dalam 1 menit saja bisa mendapatkan apa yang lebih baik, daripada dunia dan seluruh isinya. Caranya dengan mengucapkan dzikir, " Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illahu Allahu Akbar."
Dalam 1 menit bisa mengucapkan sekitar 20-40kali. Dari Abu Hurairah dia berkata," Rasullullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, sesungguhnya membaca subhanallah walhamdulillah wala ilaha illahu Allahu Akbar." (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar adalah lebih aku cinta daripada segala sesuatu yang terkena sinar matahari), (HR Muslim no. 2695).
5. Dalam 1 menit bisa mengundang rahmatnya Allah ratusan kali.
Tahukah jika dalam 1 menit saja, bisa mengundang rahmatnya Allah ratusan kali. Caranya adalah mengucapkan ," Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad."
Dengan bershalawat 1 kali, maka Allah akan memberi salam pada kita 10 kali yang artinya tambahan rahmat, berkah hidupnya mudah rejeki dan dimudahkan urusannya. Jika dalam 1 menit bisa mengucapkan 10 kali akan mendapatkan 100 kalo dan seterusnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda ," Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim no.408)
6. Dalam 1 menit bisa mendapatkan istana surga
Membaca surat Al Ikhlas 10 kali dalam 1 hari akan membuat seseorang dibangunkan istana di surga. Dari Mu'adz bin Anas Al-Juhaniy Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang membaca qul huwallahu ahad sampai ia merampungkannya (surah Al-Ikhlas), sebanyak 10 kali maka akan dibangunkan baginya rumah di surga." (HR. Ahmad , 3 : 347)
Betapa berharganya waktu 1 menit, karena itu jangan pernah sia-siakan waktu hanya untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat. Sayang sekali jika kesempatan untuk mendapatkan amalan yang bergunung-gunung harus terlewatkan begitu saja setiap harinya. Semoga Allah memudahkan kita untuk istiqamah
Minggu, 06 Februari 2022
Meninggalkan Shalat Subuh Dosanya Lebih Besar dari Berbuat Zina, Ini Penjelasannya
Meninggalkan Shalat Subuh Dosanya Lebih Besar dari Berbuat Zina, Ini Penjelasannya
Shalat Subuh merupakan salah satu shalat wajib dari shalat lima waktu. Sholat subuh dilakukan pada saat fajar hingga menjelang matahari terbit yang didahului dengan shalat sunah fajar sebanyak 2 rokaat.
Dosa meninggalkan shalat subuh sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Jika satu kali meninggalkan shalat subuh, maka hukumannya adalah masuk neraka selama 30 tahun, sedangkan satu hari di neraka sama dengan 60.000 tahun di dunia.
Artinya satu kali tidak melaksanakan shalat subuh, maka kita akan mendekam 60 ribu tahun di neraka.
Seringkali orang yang tidak menjalankan shalat subuh karena berbagai alasan misalnya malas untuk bangun tidur ataupun keenakan tidur dan pada akhirnya kesiangan.
Untuk itu diperlukan kemauan dan kesadaran diri untuk menjalankannya.
Waktu subuh sendiri merupakan salah satu waktu yang sangat istimewa dari beberapa waktu lainnya, sehingga Allah memilih waktu subuh untuk memerintahkan kepada umat-umatnya untuk mengerjakan shalat.
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan mengenai keutamaan shalat subuh, penjelasannya sebagai berikut :
“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh.” (QS. Ar Rum: 17)
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh tu disaksikan (oleh malaikat).” (Qs. Al-Isra’: 78)
Selain shalat subuh, perintah shalat-shalat lainnya pun sudah sangat jelas dalam Al-Qur’an, penjelasannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.al Muzammil : 20)
Sabtu, 05 Februari 2022
#Pertanyaan : Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
#Jawaban:
Banyak keutamaan shalat berjamaah menurut Sunnah Rasulullah Saw, berikut ini beberapa keutamaan tersebut:
1. Lipat ganda amal. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis:
.» صَلاَةُ اتصَْمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِ نَ دَرَجَةً «: عَنِ ابْنِ عُمَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh tingkatan”. (HR. Muslim).
2. Allah Swt menjaga orang yang melaksanakan shalat berjamaah dari setan. Rasulullah Saw bersabda:
إِ لَّا ف ال لَّا يْطَافَ ذِئْبُ الإِ سَافِ ئْبِ الْ نَمِ خُ ال لَّا اةَ الْ اصِيَةَ وَالنلَّاا يَةَ فَ لَّاا مْ وَال دِّ عَابَ وَعَلَيْكُمْ بِاتصَْماعَةِ وَالْعَالَّامةِ والْمَسْ دِ
“Sesungguhnya setan itu bagi manusia seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka janganlah kamu memisahkan diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang banyak dan senantiasa memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).
Dalam hadis riwayat Abu ad-Darda’ disebutkan:
مَا مِنْ ثَلاَثَةٍ قَػ ةٍ وَلاَ بَدْوٍ لاَ تػ اُ فِي مُ ال لَّا صلاَةُ إِلالَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْ مُ ال لَّا يْطَافُ فَػعَلَيْكَ بِاتصَْمَاعَةِ فَ لَّا ا لُ الدِّ ئْبُ الْ اصِيَة
“Ada tiga orang yang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak dilaksanakan shalat berjamaah, maka sungguh setan telah menguasai mereka. Maka laksanakan shalat berjamaah, karena sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari jamaah”. (HR. Abu Daud).
3. Keutamaan shalat berjamaah semakin bertambah dengan banyaknya jumlah orang yang shalat.
Berdasarkan hadits dari Ubai bin Ka’ab. Rasulullah Saw bersabda:
وَإِ لَّا ف صَلاَةَ اللَّا جُلِ مَعَ اللَّا جُلِ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ وَ دَهُ وَصَلاَتُوُ مَعَ اللَّا جُلَ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ مَعَ اللَّا جُلِ وَمَا ثػ فَػ وَ أَ بُّ إِلَذ الللَّاوِ تَػعَالَذ
“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud).
4. Dijauhkan dari azab neraka dan dijauhkan dari sifat munafik, bagi orang yang melaksanakan shalat selama empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbiratul ihram bersama imam. Berdasarkan hadits Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ صَللَّاى لِللَّاوِ أَرْبَعِ ػوَْمًا ترََاعَةٍ دْرِؾُ التلَّاكْبِيرَةَ الأُولَذ تِبَتْ لَوُ بػ اءَتَافِ بػ اءَةٌ مِنَ النلَّاارِ وَبػ اءَةٌ مِنَ الندِّػفَاؽِ
“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari berjamaah, ia mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan dari dua
perkara; dari neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi). Dalam hadis ini terdapat keutamaan ikhlas dalam shalat, karena Rasulullah Saw mengatakan: “Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt”. Artinya tulus ikhlas hanya karena Allah Swt semata. Makna dijauhkan dari kemunafikan dan azab neraka adalah: dilepaskan dan diselamatkan dari kedua perkara tersebut. Dijauhkan dari kemunafikan, artinya: selama di dunia ia diberi jaminan tidak melakukan perbuatan orang munafik dan selalu diberi taufiq oleh Allah Swt untuk selalu berbuat ikhlas karena Allah Swt. Maka di akhirat kelak ia diberi jaminan dari azab yang menimpa orang munafik. Rasulullah Saw memberi kesaksian bahwa ia bukan orang munafik, karena sifat orang munafik merasa berat ketika akan melaksanakan shalat.
5. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt hingga petang hari, berdasarkan hadis riwayat Jundub bin Abdillah. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ صَللَّاى الصُّبْحَ فَػ وَ ذِلَّامةِ الللَّاوِ
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt”. (HR. Muslim).
6. Mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah. Berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:
قَاؿَ قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاوِ .» مَنْ صَللَّاى الْ دَاةَ ترََاعَةٍ ثُُلَّا قَػعَدَ الللَّاوَ لَّاتَّ تَطْلُعَ ال لَّا مْسُ ثُُلَّا صَللَّاى رَ عَتَػ ا تْ لَوُ جْ لَّا ةٍ وَعُمْ ةٍ .» تَالَّامةٍ تَالَّامةٍ تَالَّامةٍ « - -صلى الله عليو وسلم
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah”. Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR. At-Tirmidzi).
7. Balasan shalat Isya’ dan shalat Shubuh berjamaah. Berdasarkan hadis riwayat Utsman bin ‘Affan. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ صَللَّاى الْعِ اءَ ترََاعَةٍ فَكَ لَّا ا قَاَ صْفَ الللَّايْلِ وَمَنْ صَللَّاى الصُّبْحَ ترََاعَةٍ فَكَ لَّا ا صَللَّاى الللَّايْلَ للَّاو
“Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”. (HR. Muslim).
8. Malaikat berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat Ashar. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
ػتََػعَاقَػبُوفَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِالللَّايْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنلَّاػ ارِ ، وَيََْتَمِعُوفَ صَلاَةِ الْفَ وَصَلاَةِ الْعَصْ ، ثُُلَّا ػعَْ جُ اللَّا نَ بَاتُوا فِيكُمْ ، فَػيَسْ تعُمُْ وَىْوَ أَعْلَمُ مْ يْفَ تَػ تُمْ عِبَادِى فَػيَػ ولُوفَ تَػ نَاىُمْ وَىُمْ صَلُّوفَ ، وَأَتَػيْػنَاىُمْ وَىُمْ صَلُّوفَ
“Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt bertanya kepada mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hamba- Ku?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
9. Allah Swt mengagumi shalat berjamaah karena kecintaan-Nya kepada orang-orang yang melaksanakan shalat berjamaah.
إِ لَّا ف الللَّاوَ لَيَػعْ بُ مِنَ ال لَّا صلاَةِ اتصَْمِيعِ
“Sesungguhnya Allah Swt mengagumi shalat yang dilaksanakan secara berjamaah”. (HR. Ahmad bin Hanbal).
10. Menanti shalat berjamaah. Menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:
لاَ ػلََاؿُ الْعَبْدُ صَلاَةٍ مَا افَ مُصَلالَّاهُ ػنَْتَظِ ال لَّا صلاَةَ وَتَػ وؿُ الْمَلاَئِكَةُ الللَّا لَّا م ااْفِ لَوُ الللَّا لَّا م ارْتزَْو . لَّاتَّ ػنَْصَ ؼَ أَوْ دِثَ
“Seorang hamba yang melaksanakan shalat, kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya menantikan pelaksanaan shalat, maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah rahmat-Mu kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim).
11. Keutamaan shaf pertama. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
لَوْ ػعَْلَمُ النلَّااسُ مَا الندِّدَاءِ وَال لَّا ص دِّ ف الأَلَّاوؿِ ، ثُُلَّا لدَْ يََِدُوا إِلالَّا أَفْ سْتَ مُوا عَلَيْوِ لاَسْتَػ مُوا
“Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya melainkan dengan diundi, pastilah mereka akan melakukan undian”. (HR. Al-Bukhari).
12. Ampunan dan cinta Allah Swt bagi orang yang ucapan “amin” yang ia ucapkan serentak dengan ucapan “amin” yang diucapkan malaikat. Berdasarkan hadits Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا أَلَّامنَ الإِمَاُ فَ دِّمنُوا فَ لَّاوُ مَنْ وَافَ تَ مِينُوُ تَ مِ الْمَلاَئِكَةِ اُفِ لَوُ مَا تَػ لَّادَ مِنْ ذَ بِوِ
“Apabila imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
13. Andai manusia mengetahui apa yang ada di balik shalat berjamaah, pastilah mereka akan datang walaupun merangkak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
لَوْ ػعَْلَمُ النلَّااسُ مَا الندِّدَاءِ وَال لَّا ص دِّ ف الأَلَّاوؿِ ، ثُُلَّا لدَْ يََِدُوا إِلالَّا أَفْ سْتَ مُوا « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ - صلى الله عليو وسلم - قَاؿَ . » عَلَيْوِ لاَسْتَػ مُوا ، وَلَوْ ػعَْلَمُوفَ مَا التلَّاػ يرِ لاَسْتَبَػ وا إِلَيْوِ ، وَلَوْ ػعَْلَمُوفَ مَا الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَػوْهَُُا وَلَوْ بْػوًا
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan cara melainkan diundi, mereka pasti akan melakukan undian. Andai mereka mengetahui apa yang ada di dalam Takbiratul-Ihram, pastilah mereka akan berlomba untuk mendapatkannya. Andai mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Isya’ dan shalat Shubuh pastilah mereka akan datang meskipun merangkak”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
#Pertanyaan : Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau Sirr?
#Pertanyaan : Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau Sirr?
#Jawaban:
Yang membaca Sirr berdalil dengan hadits:
عَنْ أَ سِ بْنِ مَالِكٍ أَ لَّاوُ لَّادثَوُ قَاؿَ صَللَّايْتُ خَلْفَ النلَّا دِِّ بِ -صلى الله عليو وسلم- وَأَبَِ بَكْ وَعُمَ وَعُثْمَافَ فَكَا وا سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ ( لاَ وفَ بِسْمِ الللَّاوِ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ أَلَّاوؿِ قِ اءَةٍ وَلاَ آخِ ىَا.
Dari Anas bin Malik, ia meriwayatkan: “Saya shalat di belakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’. Mereka tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan. (HR. Muslim).
Akan tetapi dalil ini dijawab oleh para ulama yang mengatakan Basmalah dibaca jahr.
Pertama, hadits ini mengandung ‘Illat, kalimat:
[ . [ لاَ وفَ بِسْمِ الللَّاوِ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ أَلَّاوؿِ قِ اءَةٍ وَلاَ آخِ ىَا
(Mereka tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan). Kalimat ini bukan ucapan Anas bin Malik, akan tetapi ucapan tambahan dari periwayat yang memahami bahwa makna kalimat:
[ فَكَا وا سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ +
(Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’), ia fahami membaca Alhamdulillahi Rabbil’alamin tanpa Basmalah. Padahal yang dimaksud Anas dengan kalimat:
[ فَكَا وا سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ ]
(Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’).
Maka makna hadits di atas adalah: mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Bukan memulai dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Ini didukung hadits:
] إذا ق أتم : } اتضمد لله { فاق ؤا : } بسم الله ال تزن ال يم { إنها أ ال آف وأ الكتاب والسبع اتظثاني و } بسم الله ال تزن ال يم { إ داىا [
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah itu adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu ayatnya. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
عن أبي ى ة ، عن النبِ صلى الله عليو وسلم ، أ و اف وؿ : اتضمد لله رب العاتظ سبع آ ات إ داىن : )بسم الله ال تزن ال يم( ، وىي السبع اتظثاني ، وال آف العظيم ، وىي أ ال آف ، وفاتحة الكتاب
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Alhamdulillah Rabbil’alamin itu tujuh ayat, salah satunya adalah: Bismillahirrahmanirrahim. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang, al-Qur’an yang Agung, Ummul Qur’an dan pembuka kitab (Fatihah al-Kitab)”. Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-Haitsami berkata:
رواه الطبراني في الأوسط ورجالو ث ات.
Diriwayatkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, para periwayatnya adalah Tsiqat (para periwayat yang terpercaya)13. Maka makna ucapan Anas bin Malik:
سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ (
Mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi Rabbil’alamin.
Kedua, para ahli hadits menjadikan hadits riwayat Anas diatas sebagai contoh hadits yang mengandung
‘Illat pada matn, hadits yang mengandung ‘Illat tidak dapat dijadikan dalil.
وقد مثلو ابن الصلاح والل ن بِد ث أ س ابن مالك في البسملة وىو مثاؿ العلة في اتظتن
Imam Ibnu ash-Shalah dan Imam Zainuddin memberikan contoh hadits riwayat Anas tentang Bismillah, hadits tersebut adalah contoh ‘Illat pada matn14.
Ketiga, riwayat Anas di atas bertentangan dengan riwayat lain yang juga diriwayatkan Anas bin Malik:
عَنْ قَػتَادَةَ قَاؿَ سُئِلَ أَ سٌ يْفَ ا تْ قِ اءَةُ النلَّا دِِّ بِ - صلى الله عليو وسلم - . فَػ اؿَ ا تْ مَدًّا . ثُُلَّا قَػ أَ بِسْمِ الللَّاوِ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ ، يََُدُّ بِبِسْمِ الللَّاوِ ، وَيََُدُّ بِاللَّا تزَْنِ ، وَيََُدُّ بِاللَّا يمِ
Dari Qatadah, ia berkata: “Anas bin Malik ditanya tentang bacaan Rasulullah Saw”. Anas menjawab: “Menggunakan Madd”. Kemudian ia membaca Bismillahirrahmanirrahim, menggunakan madd pada Bismillah. Menggunakan madd pada ar-Rahman. Dan menggunakan madd pada ar-Rahim. (HR. al- Bukhari).
Keempat, hadit riwayat Anas bin Malik terdapat perbedaan, antara yang menetapkan dan menafikan, kaedah menyatakan:
اتظثبت م د على النافي
Yang menetapkan lebih didahulukan daripada yang menafikan.
Kelima, salah satu alasan yang membaca Basmalah secara sirr adalah karena Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, maka dibaca Sirr. Sedangkan riwayat menyebutkan:
] إذا ق أتم : } اتضمد لله { فاق ؤا : } بسم الله ال تزن ال يم { إنها أ ال آف وأ الكتاب والسبع اتظثاني و } بسم الله ال تزن ال يم { إ داىا [
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah itu adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu ayatnya. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir. Jika Basmalah itu adalah bagian dari al-Fatihah berdasarkan hadits yang shahih, mengapa dibaca Sirr?!15 Adapun hadits yang menyatakan Rasulullah Saw membaca jahr, Imam an-Nawawi berkata:
وأما أ اد ث اتص فاتض ة قائمة بِا د لو بالصحة )من ا( وىو ما روى عن ستة من الصحابة أبي ى ة وأ سلمة وابن عباس وأ س وعلى بن أبَ طالب وتش ة بن جندب رضي الله عن م
Adapun hadits-hadits membaca Basmalah dengan cara Jahr adalah hujjah yang kuat terbukti keshahihannya (diantaranya) adalah hadits-hadits yang diriwayatkan dari enam orang shahabat Rasulullah Saw; Abu Hurairah, Ummu Salamah, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib dan Samurah bin Jundub semoga Allah Swt meridhai mereka semua16.