Sabtu, 05 Februari 2022

#Pertanyaan : Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?




#Jawaban:


Banyak keutamaan shalat berjamaah menurut Sunnah Rasulullah Saw, berikut ini beberapa keutamaan tersebut:


1. Lipat ganda amal. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis:


.» صَلاَةُ اتصَْمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِ نَ دَرَجَةً «: عَنِ ابْنِ عُمَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ


Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh tingkatan”. (HR. Muslim).


2. Allah Swt menjaga orang yang melaksanakan shalat berjamaah dari setan. Rasulullah Saw bersabda:


إِ لَّا ف ال لَّا يْطَافَ ذِئْبُ الإِ سَافِ ئْبِ الْ نَمِ خُ ال لَّا اةَ الْ اصِيَةَ وَالنلَّاا يَةَ فَ لَّاا مْ وَال دِّ عَابَ وَعَلَيْكُمْ بِاتصَْماعَةِ وَالْعَالَّامةِ والْمَسْ دِ


“Sesungguhnya setan itu bagi manusia seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka janganlah kamu memisahkan diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang banyak dan senantiasa memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).


Dalam hadis riwayat Abu ad-Darda’ disebutkan:


مَا مِنْ ثَلاَثَةٍ قَػ ةٍ وَلاَ بَدْوٍ لاَ تػ اُ فِي مُ ال لَّا صلاَةُ إِلالَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْ مُ ال لَّا يْطَافُ فَػعَلَيْكَ بِاتصَْمَاعَةِ فَ لَّا ا لُ الدِّ ئْبُ الْ اصِيَة


“Ada tiga orang yang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak dilaksanakan shalat berjamaah, maka sungguh setan telah menguasai mereka. Maka laksanakan shalat berjamaah, karena sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari jamaah”. (HR. Abu Daud).


3. Keutamaan shalat berjamaah semakin bertambah dengan banyaknya jumlah orang yang shalat.


Berdasarkan hadits dari Ubai bin Ka’ab. Rasulullah Saw bersabda:


وَإِ لَّا ف صَلاَةَ اللَّا جُلِ مَعَ اللَّا جُلِ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ وَ دَهُ وَصَلاَتُوُ مَعَ اللَّا جُلَ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ مَعَ اللَّا جُلِ وَمَا ثػ فَػ وَ أَ بُّ إِلَذ الللَّاوِ تَػعَالَذ


“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud).


4. Dijauhkan dari azab neraka dan dijauhkan dari sifat munafik, bagi orang yang melaksanakan shalat selama empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbiratul ihram bersama imam. Berdasarkan hadits Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ صَللَّاى لِللَّاوِ أَرْبَعِ ػوَْمًا ترََاعَةٍ دْرِؾُ التلَّاكْبِيرَةَ الأُولَذ تِبَتْ لَوُ بػ اءَتَافِ بػ اءَةٌ مِنَ النلَّاارِ وَبػ اءَةٌ مِنَ الندِّػفَاؽِ


“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari berjamaah, ia mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan dari dua  

perkara; dari neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi). Dalam hadis ini terdapat keutamaan ikhlas dalam shalat, karena Rasulullah Saw mengatakan: “Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt”. Artinya tulus ikhlas hanya karena Allah Swt semata. Makna dijauhkan dari kemunafikan dan azab neraka adalah: dilepaskan dan diselamatkan dari kedua perkara tersebut. Dijauhkan dari kemunafikan, artinya: selama di dunia ia diberi jaminan tidak melakukan perbuatan orang munafik dan selalu diberi taufiq oleh Allah Swt untuk selalu berbuat ikhlas karena Allah Swt. Maka di akhirat kelak ia diberi jaminan dari azab yang menimpa orang munafik. Rasulullah Saw memberi kesaksian bahwa ia bukan orang munafik, karena sifat orang munafik merasa berat ketika akan melaksanakan shalat.


5. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt hingga petang hari, berdasarkan hadis riwayat Jundub bin Abdillah. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ صَللَّاى الصُّبْحَ فَػ وَ ذِلَّامةِ الللَّاوِ


“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt”. (HR. Muslim).


6. Mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah. Berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:


قَاؿَ قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاوِ .» مَنْ صَللَّاى الْ دَاةَ ترََاعَةٍ ثُُلَّا قَػعَدَ الللَّاوَ لَّاتَّ تَطْلُعَ ال لَّا مْسُ ثُُلَّا صَللَّاى رَ عَتَػ ا تْ لَوُ جْ لَّا ةٍ وَعُمْ ةٍ .» تَالَّامةٍ تَالَّامةٍ تَالَّامةٍ « - -صلى الله عليو وسلم


“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah”. Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR. At-Tirmidzi).


7. Balasan shalat Isya’ dan shalat Shubuh berjamaah. Berdasarkan hadis riwayat Utsman bin ‘Affan. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ صَللَّاى الْعِ اءَ ترََاعَةٍ فَكَ لَّا ا قَاَ صْفَ الللَّايْلِ وَمَنْ صَللَّاى الصُّبْحَ ترََاعَةٍ فَكَ لَّا ا صَللَّاى الللَّايْلَ للَّاو


“Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”. (HR. Muslim).


8. Malaikat berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat Ashar. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:


ػتََػعَاقَػبُوفَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِالللَّايْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنلَّاػ ارِ ، وَيََْتَمِعُوفَ صَلاَةِ الْفَ وَصَلاَةِ الْعَصْ ، ثُُلَّا ػعَْ جُ اللَّا نَ بَاتُوا فِيكُمْ ، فَػيَسْ تعُمُْ وَىْوَ أَعْلَمُ مْ يْفَ تَػ تُمْ عِبَادِى فَػيَػ ولُوفَ تَػ نَاىُمْ وَىُمْ صَلُّوفَ ، وَأَتَػيْػنَاىُمْ وَىُمْ صَلُّوفَ


“Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt bertanya kepada mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hamba- Ku?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


9. Allah Swt mengagumi shalat berjamaah karena kecintaan-Nya kepada orang-orang yang melaksanakan shalat berjamaah.


إِ لَّا ف الللَّاوَ لَيَػعْ بُ مِنَ ال لَّا صلاَةِ اتصَْمِيعِ


“Sesungguhnya Allah Swt mengagumi shalat yang dilaksanakan secara berjamaah”. (HR. Ahmad bin Hanbal).


10. Menanti shalat berjamaah. Menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:


لاَ ػلََاؿُ الْعَبْدُ صَلاَةٍ مَا افَ مُصَلالَّاهُ ػنَْتَظِ ال لَّا صلاَةَ وَتَػ وؿُ الْمَلاَئِكَةُ الللَّا لَّا م ااْفِ لَوُ الللَّا لَّا م ارْتزَْو . لَّاتَّ ػنَْصَ ؼَ أَوْ دِثَ


“Seorang hamba yang melaksanakan shalat, kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya menantikan pelaksanaan shalat, maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah rahmat-Mu kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim).


11. Keutamaan shaf pertama. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:


لَوْ ػعَْلَمُ النلَّااسُ مَا الندِّدَاءِ وَال لَّا ص دِّ ف الأَلَّاوؿِ ، ثُُلَّا لدَْ يََِدُوا إِلالَّا أَفْ سْتَ مُوا عَلَيْوِ لاَسْتَػ مُوا


“Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya melainkan dengan diundi, pastilah mereka akan melakukan undian”. (HR. Al-Bukhari).


12. Ampunan dan cinta Allah Swt bagi orang yang ucapan “amin” yang ia ucapkan serentak dengan ucapan “amin” yang diucapkan malaikat. Berdasarkan hadits Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:


إِذَا أَلَّامنَ الإِمَاُ فَ دِّمنُوا فَ لَّاوُ مَنْ وَافَ تَ مِينُوُ تَ مِ الْمَلاَئِكَةِ اُفِ لَوُ مَا تَػ لَّادَ مِنْ ذَ بِوِ


“Apabila imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


13. Andai manusia mengetahui apa yang ada di balik shalat berjamaah, pastilah mereka akan datang walaupun merangkak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:


لَوْ ػعَْلَمُ النلَّااسُ مَا الندِّدَاءِ وَال لَّا ص دِّ ف الأَلَّاوؿِ ، ثُُلَّا لدَْ يََِدُوا إِلالَّا أَفْ سْتَ مُوا « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ - صلى الله عليو وسلم - قَاؿَ . » عَلَيْوِ لاَسْتَػ مُوا ، وَلَوْ ػعَْلَمُوفَ مَا التلَّاػ يرِ لاَسْتَبَػ وا إِلَيْوِ ، وَلَوْ ػعَْلَمُوفَ مَا الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَػوْهَُُا وَلَوْ بْػوًا


Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan cara melainkan diundi, mereka pasti akan melakukan undian. Andai mereka mengetahui apa yang ada di dalam Takbiratul-Ihram, pastilah mereka akan berlomba untuk mendapatkannya. Andai mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Isya’ dan shalat Shubuh pastilah mereka akan datang meskipun merangkak”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

#Pertanyaan : Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau Sirr?


 #Pertanyaan : Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau Sirr?


#Jawaban:


Yang membaca Sirr berdalil dengan hadits:


عَنْ أَ سِ بْنِ مَالِكٍ أَ لَّاوُ لَّادثَوُ قَاؿَ صَللَّايْتُ خَلْفَ النلَّا دِِّ بِ -صلى الله عليو وسلم- وَأَبَِ بَكْ وَعُمَ وَعُثْمَافَ فَكَا وا سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ ( لاَ وفَ بِسْمِ الللَّاوِ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ أَلَّاوؿِ قِ اءَةٍ وَلاَ آخِ ىَا.


Dari Anas bin Malik, ia meriwayatkan: “Saya shalat di belakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’. Mereka tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan. (HR. Muslim).


Akan tetapi dalil ini dijawab oleh para ulama yang mengatakan Basmalah dibaca jahr.


Pertama, hadits ini mengandung ‘Illat, kalimat: 


[ . [ لاَ وفَ بِسْمِ الللَّاوِ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ أَلَّاوؿِ قِ اءَةٍ وَلاَ آخِ ىَا 


(Mereka tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan). Kalimat ini bukan ucapan Anas bin Malik, akan tetapi ucapan tambahan dari periwayat yang memahami bahwa makna kalimat: 


[ فَكَا وا سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ + 


(Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’), ia fahami membaca Alhamdulillahi Rabbil’alamin tanpa Basmalah. Padahal yang dimaksud Anas dengan kalimat:


 [ فَكَا وا سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ ] 


(Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’). 


Maka makna hadits di atas adalah: mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Bukan memulai dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Ini didukung hadits:


] إذا ق أتم : } اتضمد لله { فاق ؤا : } بسم الله ال تزن ال يم { إنها أ ال آف وأ الكتاب والسبع اتظثاني و } بسم الله ال تزن ال يم { إ داىا [


“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah itu adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu ayatnya. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.


عن أبي ى ة ، عن النبِ صلى الله عليو وسلم ، أ و اف وؿ : اتضمد لله رب العاتظ سبع آ ات إ داىن : )بسم الله ال تزن ال يم( ، وىي السبع اتظثاني ، وال آف العظيم ، وىي أ ال آف ، وفاتحة الكتاب


Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Alhamdulillah Rabbil’alamin itu tujuh ayat, salah satunya adalah: Bismillahirrahmanirrahim. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang, al-Qur’an yang Agung, Ummul Qur’an dan pembuka kitab (Fatihah al-Kitab)”. Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-Haitsami berkata:


رواه الطبراني في الأوسط ورجالو ث ات.


Diriwayatkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, para periwayatnya adalah Tsiqat (para periwayat yang terpercaya)13. Maka makna ucapan Anas bin Malik:


سْتَػفْتِحُوفَ بِ )اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ (


Mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi Rabbil’alamin.


Kedua, para ahli hadits menjadikan hadits riwayat Anas diatas sebagai contoh hadits yang mengandung


‘Illat pada matn, hadits yang mengandung ‘Illat tidak dapat dijadikan dalil.


وقد مثلو ابن الصلاح والل ن بِد ث أ س ابن مالك في البسملة وىو مثاؿ العلة في اتظتن


Imam Ibnu ash-Shalah dan Imam Zainuddin memberikan contoh hadits riwayat Anas tentang Bismillah, hadits tersebut adalah contoh ‘Illat pada matn14.


Ketiga, riwayat Anas di atas bertentangan dengan riwayat lain yang juga diriwayatkan Anas bin Malik:


عَنْ قَػتَادَةَ قَاؿَ سُئِلَ أَ سٌ يْفَ ا تْ قِ اءَةُ النلَّا دِِّ بِ - صلى الله عليو وسلم - . فَػ اؿَ ا تْ مَدًّا . ثُُلَّا قَػ أَ بِسْمِ الللَّاوِ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ ، يََُدُّ بِبِسْمِ الللَّاوِ ، وَيََُدُّ بِاللَّا تزَْنِ ، وَيََُدُّ بِاللَّا يمِ


Dari Qatadah, ia berkata: “Anas bin Malik ditanya tentang bacaan Rasulullah Saw”. Anas menjawab: “Menggunakan Madd”. Kemudian ia membaca Bismillahirrahmanirrahim, menggunakan madd pada Bismillah. Menggunakan madd pada ar-Rahman. Dan menggunakan madd pada ar-Rahim. (HR. al- Bukhari).


Keempat, hadit riwayat Anas bin Malik terdapat perbedaan, antara yang menetapkan dan menafikan, kaedah menyatakan:


اتظثبت م د على النافي


Yang menetapkan lebih didahulukan daripada yang menafikan.


Kelima, salah satu alasan yang membaca Basmalah secara sirr adalah karena Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, maka dibaca Sirr. Sedangkan riwayat menyebutkan:


] إذا ق أتم : } اتضمد لله { فاق ؤا : } بسم الله ال تزن ال يم { إنها أ ال آف وأ الكتاب والسبع اتظثاني و } بسم الله ال تزن ال يم { إ داىا [


“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah itu adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu ayatnya. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir. Jika Basmalah itu adalah bagian dari al-Fatihah berdasarkan hadits yang shahih, mengapa dibaca Sirr?!15 Adapun hadits yang menyatakan Rasulullah Saw membaca jahr, Imam an-Nawawi berkata:


وأما أ اد ث اتص فاتض ة قائمة بِا د لو بالصحة )من ا( وىو ما روى عن ستة من الصحابة أبي ى ة وأ سلمة وابن عباس وأ س وعلى بن أبَ طالب وتش ة بن جندب رضي الله عن م


Adapun hadits-hadits membaca Basmalah dengan cara Jahr adalah hujjah yang kuat terbukti keshahihannya (diantaranya) adalah hadits-hadits yang diriwayatkan dari enam orang shahabat Rasulullah Saw; Abu Hurairah, Ummu Salamah, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib dan Samurah bin Jundub semoga Allah Swt meridhai mereka semua16.