Sabtu, 07 Mei 2022

5 Shalat Sunnah Ini Boleh Dikerjakan Rutin Layaknya Shalat Wajib

Tidak semua shalat sunnah boleh dikerjakan secara rutin. Namun bagi seorang muslim yang merasakan nikmatnya shalat, 17 rakaat wajib tidaklah mencukupinya setiap hari. Shalat sunnah pun menjadi tambahan yang sangat sayang jika ditinggalkan.


Sunnah dalam hukum fiqh yakni mendapat pahala jika dikerjakan, namun tak berdosa jika ditinggalkan. Dalam hukum fiqh pula, tidak semua amalan sunnah boleh dikerjaan rutin sebagaimana amalan wajib. Namun ada 5 shalat sunnah yang dikecualikan darinya. Artinya, seseorang boleh merutinkan kelima shalat sunnah ini setiap harinya.


1. Shalat Rawatib

Shalat sunnah sebelum (qabliyah) dan setelah (ba’diyah) shalat wajib ini boleh dirutinkan pengamalannya. Mengingat keutamaan shalat rawatib sangatlah besar, yakni sebuah rumah di surga. Dari Ummu Habibah, Rasulullah bersabda,


“Barang siapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim).


Apa saja shalat rawatib itu? Masih dalam hadits yang diriwayatkan Ummu Habibah, nabiyullah menyebutkan, “Barang siapa sehari semalam mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 raka’at sebelum Dzuhur, 2 raka’at setelah Dzuhur, 2 raka’at setelah Maghrib, 2 raka’at setelah ‘Isya dan 2 raka’at sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).


Jika merasa berat untuk merutinkan 12 rakaat shalat rawatib, maka cukup rutinkan 2 rakaat sebelum shubuh. Shalat ini lah yang memiliki keutamaan lebih banyak dibanding sunnah rawatib yang lain. Nabiyullah pernah bersabda, “Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).


Rasulullah tak pernah merutinkan shalat sunnah kecuali dua rakaat sebelum shubuh. Sebagaimana yang dikabarkan Aisyah, “Rasulullah tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat (shalat sebelum) Shubuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).


2. Shalat Tahajud

Shalat malam atau tahajud merupakan kebiasaan orang-orang shalih. Merutinkan shalat sunnah ini tidaklah dilarang karena keutamaan shalat tahajud yang begitu banyak. Dalam Al Qur’an, Allah membedakan antara hamba-Nya yang shalat malam dan yang tidak. Rabb Ta’ala berfirman,


“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az Zumar: 9).


Rasulullah pun menyebut tahajud sebagai shalat yang paling utama setelah shalat wajib yang lima. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yakni Muharram). Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).


3. Shalat Witir

Rasulullah menyebut witir sebagai penutup shalat. Karena itulah shalat sunnah ini pun boleh dilakukan secara rutin setiap harinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Shalat witir dilakukan dalam rakaat ganjil seusai shalat malam atau shalat isya. Sebagaimana sabda nabi, kerjakanlah witir sebagai penutup setiap shalat sebelum memulai hari di waktu shubuh.


4. Shalat Dhuha

Ulama berbeda pendapat tentang bolehnya merutinkan shalat dhuha. Namun menurut beberapa ulama, salah satunya Imam Asy Syaukani, berpendapat bahwa sudah sepantasnya shalat dhuha dapat dikerjakan rutin mengingat keutamaannya yang sangat banyak. Salah satu keutamaan shalat dhuha yakni dua rakaatnya saja mampu mencukupi sedekah seluruh sendi manusia sejumlah 360 persendian.


Dari Abu Dzar, Rasulullah bersabda, “Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha 2 raka’at.” (HR. Muslim).


5. Shalat Isyraq

Yakni shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktu. Lebih tepatnya, ketika matahari setinggi tombak atau 15 menit setelah terbitnya matahari. Shalat ini tidaklah dikerjakan kecuali setelah berdiam diri di masjid seusai shalat Shubuh berjamaah. Balasan shalat sunnah Isyraq sungguh luar biasa, yakni senilai haji dan umrah mabrur.


Sebagaimana sabda Rasulullah, “Barang siapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna.” (HR. Ath Thabrani).


Masya Allah, lima shalat sunnah di atas memiliki keutamaan dan balasan pahala luar biasa. Maka sangat disayangkan jika seorang muslim yang mencintai Allah dan rasul-Nya, meninggalkan keutamaan lima shalat sunnah tersebut. Sangatlah disayangkan pula jika seorang muslim yang menginginkan pahala surga yang indah, melewatkan begitu saja shalat sunnah yang diperbolehkan untuk dirutinkan. Jadi, siap tambah kuantitas shalatmu?