Minggu, 23 Oktober 2022


 #Pertanyaan :

 Bagaimanakah cara shalat khusyu’?


#Jawaban:


Inti dari shalat adalah zikir mengingat Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt.


وَأَقِمِ ال لَّا صلَاةَ لِ ي


“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. (Qs. Thaha *20+: 14).


Oleh sebab itu Allah Swt mengecam orang yang shalat tetapi tidak mengingat Allah:


) فَػوَ لٌ لِلْمُصَلدِّ ) 4( اللَّا نَ ىُمْ عَنْ صَلَاتِِِمْ سَاىُوفَ ) 5


“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”. (Qs. al-Ma’un *107+: 4-5).


Zikir mengingat Allah Swt dalam shalat tidak dibangun sejak Takbiratul-Ihram, akan tetapi jauh sebelum itu. Rasulullah Saw sudah mengajarkan kekhusyu’an hati sejak berwudhu’. Dalam hadits disebutkan:


مَنْ تَػوَ لَّا ض فَمَضْمَضَ وَاسْتَػنْ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ فَمِوِ وَأَ فِوِ فَ ذَا اَسَلَ وَجْ وُ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ وَجْ وِ لَّاتَّ تَخْ جَ مِنْ تَحْتِ أَشْفَارِ عَيْػنَػيْوِ فَ ذَا اَسَلَ دَ وِ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ دَ وِ فَ ذَا مَسَحَ رَأْسَوُ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ رَأْسِوِ لَّاتَّ تَخْ جَ مِنْ أُذُ ػيَْوِ فَ ذَا اَسَلَ رِجْلَيْوِ خَ جَتْ خَطَا اهُ مِنْ رِجْلَيْوِ لَّاتَّ تَخْ جَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِ رِجْلَيْوِ وَ ا تْ صَلاَتُوُ وَمَ يُوُ إِلَذ الْمَسْ دِ افِلَة


“Siapa yang berwudhu’, ia berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, maka keluar dosanya dari mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh wajahnya maka keluar dosanya dari wajahnya hingga keluar dari kelopak matanya. Apabila ia membasuh kedua tangannya maka keluar dosanya dari kedua tangannya. Apabila ia mengusap kepalanya maka keluar dosanya dari kepalanya hingga keluar dari kedua telinganya. Apabila ia membasuh kedua kakinya maka keluar dosanya dari kedua kakinya hingga keluar dari bawah kuku kakinya. Shalatnya dan langkahnya ke masjid dihitung sebagai amal tambahan”. (HR. Ibnu Majah).


Wudhu’ bukan sekedar kebersihan fisik, tapi juga telah mengajak hati untuk khusyu’ kepada Allah Swt dan meninggalkan semua keduniawian yang dapat melalaikan hati dari Allah Swt, meskipun hal kecil, oleh sebab itu Rasulullah Saw melarang menjalinkan jari-jemari dan membunyikannya setelah berwudhu’ menjelang shalat:


إِذَا تَػوَ لَّا ض أَ دُ مْ فَ سَنَ وُضُوءَهُ ثُُلَّا خَ جَ عَامِدًا إِلَذ الْمَسْ دِ فَلاَ « عَنْ عْبِ بْنِ عُ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ بدِّكَ لَّا ن بػ أَصَابِعِوِ فَ لَّاوُ صَلاَةٍ .


Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu berwudhu’, ia berwudhu’ dengan baik, kemudian ia pergi ke masjid, maka janganlah ia menjalinkan jari jemarinya, karena sesungguhnya ia berada dalam shalat”. (HR. at-Tirmidzi).


Menunggu dan menantikan kehadiran shalat dengan persiapan hati untuk memasukinya. Rasulullah Saw bersabda:


قَالُوا بػلََى ا .» أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يََْحُو الللَّاوُ بِوِ اتطَْطَا ا وَ ػ فَعُ بِوِ اللَّادرَجَاتِ « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ .» إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَ ثْػ ةُ اتطُْطَا إِلَذ الْمَسَاجِدِ وَا تِظَارُ ال لَّا صلاَةِ بػعَْدَ ال لَّا صلاَةِ فَ لِكُمُ الدِّ بَاطُ « رَسُوؿَ الللَّاوِ . قَاؿَ


Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku tunjukkan perbuatan yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan mengangkat derajat?”. Para shahabat menjawab: “Ya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ pada saat tidak menyenangkan, memperbanyak langkah kaki ke masjid, menunggu shalat setelah shalat. Itulah ikatan (dalam kebaikan)”. (HR. Muslim).


Menjawab seruan azan. Rasulullah Saw bersabda:


إِذَا قَاؿَ الْمُ ذدِّفُ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . فَػ اؿَ أَ دُ مُ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . ثُُلَّا قَاؿَ أَشْ دُ أَفْ لاَ « - قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو . قَاؿَ أَشْ دُ أَفْ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاوُ ثُُلَّا قَاؿَ أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ . قَاؿَ أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ . ثُُلَّا قَاؿَ لَّا ى عَلَى ال لَّا صلاَة . قَاؿَ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ . ثُُلَّا قَاؿَ لَّا ى عَلَى الْفَلاَحِ . قَاؿَ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ . ثُُلَّا قَاؿَ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . .» قَاؿَ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ . ثُُلَّا قَاؿَ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو . قَاؿَ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو . مِنْ قَػلْبِوِ دَخَلَ اتصَْنلَّاةَ


Rasulullah Saw bersabda:


“Apabila mu’adzin mengucapkan: *


 الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ]


 (Allah Maha Besar). Salah seorang kamu menjawab dengan:


 [ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ] 


(Allah Maha Besar). Kemudian mu’adzin mengucapkan: *


 أَشْ دُ أَفْ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو ]


 (aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah). Ia menjawab dengan: 


[ أَشْ دُ أَفْ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو ]


 (aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah). Mu’adzin mengucapkan: *


 أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ ]


 (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Ia menjawab dengan:


 [ أَشْ دُ أَ لَّا ف تُػَ لَّا مدًا رَسُوؿُ الللَّاوِ ]


 (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Mu’adzin mengucapkan: * 


لَّا ى عَلَى ال لَّا صلاَة ]


 (Marilah melaksanakan shalat). Ia menjawab dengan:


 [ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ ]


 (tiada daya dan upaya selain dengan Allah). Mu’adzin mengucapkan: 


* لَّا ى عَلَى الْفَلاَحِ ]


 (Marilah menuju kemenangan). Ia menjawab dengan:


 [ لاَ وْؿَ وَلاَ قُػلَّاوةَ إِلالَّا بِالللَّاوِ ] 


(tiada daya dan upaya selain dengan Allah). Mu’adzin mengucapkan: * 


الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ] 


(Allah Maha Besar). Ia menjawab dengan: 


[ الللَّاوُ أَ بَػ الللَّاوُ أَ بَػ ] 


(Allah Maha Besar). Mu’adzin mengucapkan: *


 لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو ] 


(tiada tuhan selain Allah). Ia menjawab: :


 [ لاَ إِلَوَ إِلالَّا الللَّاو +


 (tiada tuhan selain Allah), dari hatinya, maka ia masuk surga”. (HR. Muslim).


Menjawab ucapan mu’adzin dari hati membimbing hati ke dalam kekhusyu’an shalat. Menutup dengan doa wasilah. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ قَاؿَ سْمَعُ الندِّدَاء الللَّا لَّا م رَ لَّا ب ىَ هِ اللَّادعْوَةِ التلَّاالَّامةِ وَال لَّا صلاَةِ الْ ائِمَةِ آتِ تُػَ لَّا مدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْػعَثْوُ مَ امًا تَػْمُودًا اللَّا ى وَعَدْتَو للَّاتْ لَوُ شَفَاعَتَِّ ػوََْ الْ يَامَةِ


Siapa yang ketika mendengar seruan azan mengucapkan:


“Ya Allah Rabb Pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang didirikan, berikanlah kepada nabi Muhammad Saw al-Wasilah dan keutamaan, bangkitkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan”. Maka layaklah ia mendapat syafaatku pada hari kiamat”. (HR. al-Bukhari.

Memahami makna lafaz yang dibaca dalam shalat. Pemahaman tersebut mendatangkan kekhusyu’an di dalam hati. Ketika seorang muslim yang sedang shalat membaca:


إِ لَّا ف صَلاَتِى وَ سُكِى وَتَػْيَاىَ وَتَؽَاتِى لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ


“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam”. Ia fahami maknanya, maka akan mendatangkan kekhusyu’an yang mendalam, bahkan dapat meneteskan air mata karena penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allah Swt. Merasakan dialog dengan Allah Swt. Ketika sedang membaca al-Fatihah, seorang hamba sedang berdialog dengan Tuhannya. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan:


قَاؿَ الللَّاوُ تَػعَالَذ قَسَمْتُ ال لَّا صلاَةَ بػيَْنِِ وَبػ عَبْدِى صْفَ وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ فَ ذَا قَاؿَ الْعَبْدُ ) اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ (. قَاؿَ الللَّاوُ تَػعَالَذ تزَِدَنِِّ عَبْدِى وَإِذَا قَاؿَ )اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ (. قَاؿَ الللَّاوُ تَػعَالَذ أَثْػنَِ عَلَ لَّا ى عَبْدِى. وَإِذَا قَاؿَ )مَالِكِ ػوَِْ الدِّد نِ (. قَاؿَ تَغلَّادَنِِّ عَبْدِى - وَقَاؿَ مَلَّا ةً فَػلَّاوضَ إِ لََّا لذ عَبْدِى - فَ ذَا قَاؿَ )إِ لَّااؾَ ػعَْبُدُ وَإِ لَّااؾَ سْتَعِ (. قَاؿَ ىَ ا بػيَْنِِ وَبػ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ . فَ ذَا قَاؿَ )اىْدِ ا ال دِّ ص اطَ .» الْمُسْتَ يمَ صِ اطَ اللَّا نَ أَ ػعَمْتَ عَلَيْ مْ اَيْرِ الْمَ ضُوبِ عَلَيْ مْ وَلاَ ال لَّا ضالدِّ (. قَاؿَ ىَ ا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ


Allah berfirman: “Aku membagi shalat itu antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, bagi hamba-Ku apa yang ia mohonkan.


Ketika hamba-Ku itu mengucapkan:


 [ اتضَْمْدُ لِللَّاوِ رَ دِّ ب الْعَالَمِ ] 


(segala puji bagi Allah Rabb semesta alam). Allah menjawab:


 [ تزَِدَنِِّ عَبْدِى ]


 (hamba-Ku memuji Aku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan:


 [ اللَّا تزَْنِ اللَّا يمِ ] 


(Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Allah menjawab:


 [ أَثْػنَِ عَلَ لَّا ى عَبْدِى ] 


(hamba-Ku menghormati Aku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan:


 [ مَالِكِ ػوَِْ الدِّد نِ ] 


(Raja di hari pembalasan). Allah menjawab: 


[ تَغلَّادَنِِّ عَبْدِى ]


 (hamba-Ku mengagungkan Aku). Dan


 [ فَػلَّاوضَ إِ لََّا لذ عَبْدِى ] 


(hamba-Ku melimpahkan (perkaranya) kepada-Ku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: 


[ إِ لَّااؾَ ػعَْبُدُ وَإِ لَّااؾَ سْتَعِ ] 


(kepada Engkau kami menyembah dan kepada Engkau kami meminta tolong). Allah menjawab: 


[ ىَ ا بػيَْنِِ وَبػ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ ] 


(ini antara Aku dan hamba-Ku, ia

 mendapatkan apa yang ia mohonkan). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: 


[ اىْدِ ا ال دِّ ص اطَ الْمُسْتَ يمَ صِ اطَ اللَّا نَ أَ ػعَمْتَ عَلَيْ مْ اَيْرِ الْمَ ضُوبِ عَلَيْ مْ وَلاَ ال لَّا ضالدِّ ] 


(tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau berikan kepada mereka, bukan jalan orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang sesat). Allah menjawab: 


[ ىَ ا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَ ؿَ ]


 (ini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku itu mendapatkan apa yang ia mohonkan). (HR. Muslim).


Merasakan seolah-olah itulah shalat terakhir yang dilaksanakan menjelang kematian tiba sehingga tidak ada kesempatan untuk beramal shaleh sebagai bekal menghadap Allah Swt.

Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja?

 


#Pertanyaan 

Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja?


#Jawaban:


الكبيرة الع وف ت ؾ الصلاة متعمدا


إف ال ارع اتضكيم قد أم اتظ من ب قامة الصلاة وأدائ ا والمحافظة علي ا والاىتما ا ف اؿ تعالذ : } إف الصلاة ا ت على اتظ من تابا موقوتا { وقاؿ تعالذ : } ال ن يموف الصلاة { والسنة لك . روي عن رسوؿ الله صلى الله عليو و سلم : ) أربع ف ض ن الله في الإسلا فمن أتى بثلاث لد ن عنو شيئا تَّ تي ن تريعا الصلاة والل اة وصيا رمضاف و ج البيت ( رواه أتزد . وروي


84 Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/105.


عن عم بن اتططاب رضي الله عنو قاؿ : قاؿ رسوؿ الله صلى الله عليو و سلم : ) من ت ؾ الصلاة متعمدا ا ب الله عملو وب ئت منو ذمة الله تَّ اجع الله عل و جل توبة ( رواه الأصف اني . وعن ابن عباس رضي الله عن ما قاؿ : ) من ت ؾ الصلاة ف د ف ( وعن ابن مسعود رضي الله عنو قاؿ : ) من ت ؾ الصلاة فلا د ن لو ( وعن جاب بن عبد الله رضي الله عن ما قاؿ : ) من لد صل ف و اف ( . وقد صح عن النبِ صلى الله عليو و سلم : أف تارؾ الصلاة اف و لك اف رأي أىل العلم من لدف النبِ صلى الله عليو و سلم : أف تارؾ الصلاة عمدا من اير ع ر تَّ ىب وقت ا اف لأ و تِ م على ت ؾ أم ه تعالذ وقد وري عن النبِ صلى الله عليو و سلم أ و قاؿ : ) ب ال جل وب الكف ت ؾ الصلاة (


Dosa besar yang kedua puluh adalah meninggalkan shalat secara sengaja. Pensyariat Yang Maha Bijaksana telah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menegakkan shalat, menunaikannya, menjaganya dan memperhatikannya.


 Allah Swt berfirman: 

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. 

(Qs. an-Nisa’ *4+: 103). Dan firman-Nya: “Orang-orang yang mendirikan shalat”.


Sunnah juga demikian, diriwayatkan dari Rasulullah Saw: 

“Empat perkara yang diwajibkan Allah dalam Islam, siapa yang melaksanakan tiga, maka itu tidak mencukupi baginya hingga ia melaksanakan semuanya; shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji ke baitullah”. (HR. Ahmad).


 Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab, Rasulullah Saw bersabda: 

“Siapa yang meninggalkan shalat secara sengaja, maka Allah menggugurkan amalnya, perlindungan Allah dijauhkan darinya (ia kafir), hingga ia kembali kepada Allah dengan bertaubat”. 

(HR. al-Ashfahani). 


Dari Ibnu Abbas, ia berkata:

 “Siapa yang meninggalkan shalat, maka kafirlah ia”. 


Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: 

“Siapa yang meninggalkan shalat, maka tidak ada agama baginya”. 


Dari jabir bin Abdillah, ia berkata: “Siapa yang tidak shalat, maka ia kafir”.


Hadits shahih dari Rasulullah Saw: “Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat itu kafir”.


 Demikian juga pendapat para ulama dari sejak masa Rasulullah Saw bahwa orang yang meninggalkan shalat secara sengaja tanpa udzur hingga waktunya berakhir, maka kafirlah ia, karena Allah Swt mengancam orang yang meninggalkan shalat. 

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw: “Antara seseorang dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”85.