DAMPAK BURUK DOSA,, Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 149


Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 149

Pada Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir No: 129 telah dijelaskan bahwa salah satu adab penting berdoa adalah mengawalinya dengan taubat. Sebab tumpukan dosa yang menggunung adalah salah satu penghalang terbesar dikabulkannya doa.

Yahya bin Mu’adz ar-Raziy rahimahullah (w. 258 H) berpetuah, “Jangan heran doamu lama terkabul. Jikalau engkau menutupi jalan terkabulnya doa dengan dosa-dosamu”.

Dosa dan maksiat itu memiliki dampak buruk yang teramat banyak. Di dunia maupun di akhirat. Dampak buruk itu antara lain:

Pertama: Nikmat akan dicabut

Nikmat yang Allah berikan kepada para hamba-Nya akan dicabut akibat dosa-dosa mereka. Lalu digantikan dengan musibah yang bertubi-tubi.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menjelaskan, “Musibah itu ditimpakan karena dosa. Sebaliknya musibah akan diakhiri dengan taubat”.

Allah ta’ala berfirman,

“ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ”

Artinya: “Begitulah ketentuan yang berlaku. Karena Allah tidak akan mengubah nikmat yang diberikan-Nya kepada suatu kaum, sampai mereka sendiri yang mengubahnya. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. QS. Al-Anfal (8): 53.

Kedua: Hamba akan hina di hadapan Allah

Siapapun yang hina di sisi Allah ta’ala, niscaya tidak akan ada yang bisa menjadikannya mulia. Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman-Nya,

“وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ”

Artinya: “Barang siapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya”. QS. Al-Hajj (22): 18.

Semakin hamba bertakwa, ia akan semakin mulia di sisi Allah. Sebaliknya, semakin banyak maksiat yang dilakukan, ia akan semakin hina di sisi Allah.

Ketiga: Hamba akan diterlantarkan Allah

Allah ta’ala berfirman,

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19)”

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. Sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang yang fasik”. QS. Al-Hasyr (59): 18-19.

Oleh Allah ta’ala, para pendosa dibuat lupa terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhiratnya. Sehingga seluruh urusannya pun menjadi sulit. Na’udzu billah min dzalik…


Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 13 Jumada Tsaniyah 1440 / 18 Februari 2019

Diringkas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari dari buku “Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr” karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (II/260-261).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran dari pembaca sangat berguna bagi kami demi perbaikan penulisan maupun isi dari blog ini.
silahkan isi komentar anda!