KALA Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, dilindungi pamannya dan didukung kaumnya dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, sontak hal itu membuat orang-orang Quraisy gagal menghentikan tindakan-tindakan beliau, maka mulailah mereka mengejek, mencibir dan menantangnya berduel.
Wahyu pun turun mengisahkan dengan lengkap tentang perilaku orang Quraisy dan orang-orang yang menabuh genderang permusuhan kepadanya. Ada yang namanya disebutkan dengan jelas oleh Al-Qur’an kepada kita, ada pula di antara mereka yang namanya disebut Allah secara umum sebagai orang-orang kafir saja. Di antara orang-orang Quraisy yang kisah disebutkan Al-Qur’an dengan jelas untuk kita ialah paman Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, Abu Lahab bin Abdul Muthalib dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah.
Allah menamainya dengan “sang pembawa kayu bakar,” hal itu karena mereka senahtiasa mengganggu Rasulullah dengan mengumpulkan kayu bakar lalu meletakkannya di jalan yang selalu dilalui Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam. Tentang kedua orang ini yang sekaligus pasangan hidup dunia, Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat berikut:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaidah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al-Masad: 1-5).
Ibnu Hisyam menuturkan: Kata al-jiid dalam ayat di atas artinya adalah leher dan kata jamaknya ajyaadu. Sedangkan al-masad artinya pohon yang telah dihaluskan sebagaimana pohon rami dihaluskan kemudian dibuat tali. Kata tunggalnya masadah.
Ketika Ummu Jamil sang pembawa kayu bakar mendengar ayat Al-Qur’an yang diturunkan tentang perihal diri dan suaminya, ia segera datang kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam yang waktu itu sedang duduk di masjid di sisi Ka’bah ditemani Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ummu Jamil datang dengan membawa batu besar segenggam tangannya.
Ketika berdiri di depan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar, Allah memalingkan pandangannya dari Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam sehingga dia hanya melihat Abu Bakar. Ia berkata, “Wahai Abu Bakar, mana sahabatmu? Aku dengar sahabatmu mencibir kelakuanku. Demi Allah, apabila aku berjumpa dengannya, pasti aku sumpal mulutnya dengan batu ini. Demi Allah, aku seorang penyair.”
Kemudian ia juga berkata:
Mudzammam (lawan dari Muhammad) kami tantang dirinya
Kami bangkang semua perintahnya
Dan agamanya membuat kami marah
Selesai mengatakan itu, Ummu Jamil pergi. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, apakah Ummu Jamil tidak melihatmu?”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ia tidak mampu melihatku, karena Allah cabut penglihatannya dariku.”
Mayoritas orang-orang Quraisy menamakan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam Mudzammam, kemudian mereka mencela habis-habisan nama Mudzammam tersebut. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah, tidakkah kalian merasa takjub bagaimana Allah melindungiku dari gangguan orang-orang Quraisy? Mereka mencela dan mengolok-olok nama Mudzammam, sedangkan aku adalah Muhammad.” []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran dari pembaca sangat berguna bagi kami demi perbaikan penulisan maupun isi dari blog ini.
silahkan isi komentar anda!