Jumat, 31 Desember 2021

Ini Cara Menyikapi Orang Berilmu yang Akhlaknya Kurang Baik

 


Ini Cara Menyikapi Orang Berilmu yang Akhlaknya Kurang Baik


Terkadang, jika mengetahui orang yang sudah “ngaji” lalu akhlaknya terhadap orang lain itu tidak baik, kita mungkin akan mengatakan (meskipun hanya dalam hati): “iiih … Kok gitu sih. Udah ngaji kok kelakuannya kayak gitu.”


Sebaiknya yang kita lakukan adalah:


Pertama: Berlindung dari perbuatan demikian. Banyak berdoa kepada Allah Ta’ala agar diberi ketetapan hati dan akhlak yang baik. Diantaranya doa:


يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ


“Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Hakim, dishahihkan al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi)


اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِيْ فَأَحْسِنْ خُلُقِيْ


“Ya Allah sebagaimana Engkau telah menciptakanku dengan baik maka perbaiki pula akhlakku.” (HR. Ahmad, dishahihkan al-Albani dalam al-Irwa’, 1/115)


Kedua: Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh hanya mengharap wajah Allah Ta’ala.


Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:


مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ ، لَا يَتَعَلَّمُهُ إلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا ، لَمْ يَجِدْ عَرَفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِيْ رِيْحَهَا


“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya itu demi mengharapkan wajah Allah, tetapi ia tidak mengharapkan kecuali bagian dari dunia maka ia tidak akan mencium bau surga. (HR. Abu Daud 2664, Ibnu Majah 252, Ahmad 2/338, Ibnu Hibban 78, al-Hakim 1/85, dan yang lainnya, dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 6159)


Mengamalkan ilmu yang kita dapat dengan sebaik-baiknya sesuai kemampuan. Jika kita belajar ilmu tentang nama dan sifat Allah, kita akan lebih berhati-hati dalam berbuat. Termasuk bagaimana akhlak kita dalam bergaul karena salah satu tanda keberkahan ilmu itu tercermin dari akhlaknya.


Ketiga: Bergaul dengan orang-orang shalih karena seseorang tergantung dari agama temannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


الْمرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدَكُمْ مَنْ يُخَالِلُ


“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah, no. 927)


Jika kita bergaul dengan teman yang shalih dan baik agamanya, semoga kita bisa baik pula.


Keempat: Melembutkan hati. Hati yang lembut bisa diusahakan dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala, membaca dan mentadaburi Alquran, merenungi ciptaan-ciptaan-Nya, datang ke majelis ilmu, dan lain-lain. Karena dengan hati yang lembut membuat kita mudah menerima nasihat ketika khilaf dan lalai.

💠 ﷽ 💠 💠#ljum_at💠 💠31 DESEMBER 2021💠 💠27 JUMADIL AWAL 1443💠


 

Kamis, 30 Desember 2021

Inilah Syarat Menikah dalam Islam

 



Perhatikan! 

Inilah Syarat Menikah dalam Islam


Umroh.com – Menikah adalah prosesi yang sakral dalam Islam. Pernikahan antara pria dan wanita disahkan melalui prosesi akad nikah. Syarat menikah dalam islam yang utama adalah dilakukannya akad nikah sebagai perjanjian yang kuat. Allah berfirman, “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat” (QS.An Nisa: 21).


Agar calon mempelai dinilai sah dalam melaksanakan pernikahan, maka ada syarat-syarat yang harus diperhatikan supaya dinilai sah dalam agama dan juga tidak melanggar hal apapun yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika akad sudah dilakukan tingga lanjut ke rencana para mempelai dan keluarga untuk merealisasikannya.


1. Ada Kerelaan pada Kedua Pihak Calon


Syarat menikah yang pertama adalah ada kerelaan, baik pada pihak mempelai pria maupun mempelai wanita. Tidak dibolehkan melakukan pernikahan dengan paksaan, sehingga timbul beban di dalam hati salah satu atau keduanya. Rasulullah berpesan kepada umatnya agar tidak menikahi wanita jika ia belum siap atau tidak memberi izin.


Diriwayatkan Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Tirmidzi, Rasulullah mengenai syarat menikah dalam islam, “Janganlah kamu menikahi wanita (baik yang masih kecil atau sudah besar) sampai kamu minta kesiapannya, dan janganlah kamu menikahi seorang perawan sampai kamu minta izinnya. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimanakah izinnya? Rasulullah menjawab: Dia berdiam diri.”


Pernikahan yang dilakukan dengan paksaan, atau tanpa ridha dari sang wanita disebut pernikahan haram. Allah berfirman di surat An Nisa’ ayat 19, “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa.”


2. Ada Wali bagi Wanita


Tidak boleh menikahi seorang wanita tanpa izin atau kehadiran walinya. Pernikahan yang dilakukan tanpa wali (mempelai wanita menikah sendiri), maka pernikahannya batal.


Dalam Islam, ‘Wali’ adalah seorang laki-laki muslim yang telah baligh atau dewasa, dan berakal. Wali hendaknya merupakan pihak keluarga dekat dari mempelai wanita, seperti ayah, kakek dari ayah, saudara laki-laki dari ayah, paman sepupu, paman dari ayah dan anak laki-laki mereka yang lebih dekat, anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah, dan saudara sepupu laki-laki.


Allah berfirman, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahaya-mu yang perempuan.” (QS.An Nur: 32).


Dalam surat itu tercantum lafal “ankihuu” (kawinkanlah), dimana firman tersebut ditujukan untuk wali. Firman serupa juga tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 221, “Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman.”


“Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya.” (QS.Al Baqarah: 232)


Rasulullah juga bersabda, “Tiada nikah kecuali hanya dengan wali.” (HR.Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ad Darami).


3. Ada Calon Mempelai yang Jelas


Ketika menikahkan seseorang, wali harus menyebut dengan jelas karaktersitik wanita yang akan dinikahkan. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan dalam menikahkan. Misalnya jika wali adalah seorang ayah, maka ia harus menyebut nama dan karakteristik lain dari mempelai wanita.


Misalnya dengan berkata, “Saya nikahkan Fulanah binti Fulan” atau “anak saya yang pertama”. Jika wali menyebut mempelai wanita yang akan dinikahkan secara kurang jelas, maka pernikahan menjadi tidak sah, karena syarat menikah dalam Islam yang satu ini tidak terpenuhi.


4. Dihadiri oleh Saksi


Syarat menikah dalam Islam selanjutnya adalah kehadiran saksi dalam akad nikah. Saksi harus merupakan seseorang yang dikenal adil, dan bisa diterima oleh masyarakat. Jumlah saksi yang hadir adalah dua orang. Bukan berasal dari keluarga (asal / ushul atau furu’) laki-laki, dan bukan berasal dari pihak wanita.


Ushul berarti keluarga yang berasal dari ayahnya ayah dan seterusnya ke atas. Furu’ adalah anak laki-laki dan seterusnya ke bawah. Namun, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa saksi dibolehkan berasal dari ushul atau furu’.


5. Sekufu’


Selain empat syarat menikah dalam Islam di atas, ternyata ada yanglain yang hendaknya diperhatikan, yaitu kesepadanan atau ke-kufu’an di antara kedua calon pengatin. Mayoritas ulama berpendapat bahwa kufu’ yang dimaksud adalah dalam hal agama, keturunan, kebebasan, dan profesi. Sementara madzhab Hambali dan Hanafi menambahkan bahwa sekufu dalam harta juga bisa menjadi pertimangan.


Hal yang harus diperhatikan adalah kesepadanan dalam hal agama. Sedangkan kesepadanan dalam hal lain tidak menjadi syarat sah pernikahan. Maksud dari kesepadanan dalam agama ialah menikahkan wanita yang muslim dengan lelaki yang muslim juga. Jadi, tidak sah jika seorang muslimah menikah dengan lelaki kafir. Syarat menikah ini tercantum dalam Al Quran.


Allah berfirman, “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu” (QS.Al Baqarah: 221).


Rasulullah juga berpesan agar menikahkan seseorang dengan memperhatikan agama dan akhlaknya, karena hal itu merupakan salah satu dari syarat menikah dalam islam. Beliau bersabda, “Apabila telah datang kepadamu seseorang yang kamu semua merasa ridha dengan agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia, karena jika tidak kamu nikahkan maka menjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Kalau anak memilih untuk beragama selain Islam bagaimana hukumnya ?

 


Kalau anak memilih untuk beragama selain Islam bagaimana hukumnya ?

Apakah orang tuanya ikut berdosa ?


Selama orang tua sudah mengajarkan tentang agama Islam, mendidiknya dengan agama Islam, mengenalkan Allah dan Rasul-Nya, lalu kemudian hidayah tidak sampai kepada dia maka itu tidak menjadi dosa kedua orang tuanya. Tetapi dengan catatan itu sudah diajarkan sejak dini.


Nah, namun beda konteksnya jika orang tuanya tidak mengajarkan, serta mengenalkan agama Islam kepada anaknya sendiri, sehingga anak memilih untuk murtad dan menjadi kafir. Maka di situ sebenarnya peran orang tua untuk mengajarkan kepada anak semaksimal mungkin.


Allah sebenarnya sudah mewanti-wanti kita dalam Alquran surah An Nisa ayat 9 :


“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.”


Hal ini, dalam artian lemah akidah, lemah agama, lemah keimanan, maka ajarkanlah mereka (anak-anak) untuk mengenal agama.


Tak hanya itu, ajarkan pula dengan lemah lebut. Sebagaimana Allah juga menjelaskan bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang ramah dan lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman.


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ


“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu.” [Ali Imran : 159].


Tapi jika anak sudah benar-benar dididik dengan baik dan benar, insya Allah anak itu tidak akan berpikiran untuk pindah kepada agama yang lain. Sebab, kebenaran hanya ada di dalam ajaran agama Islam.





Lantas, kenapa banyak yang pindah dari ajaran agama Islam?


Itu karena agamanya tidak ditanamkan semenjak dini oleh orang tua mereka. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang demikian dan selalu dilindungi anak cucu kita dari hal yang demikian, dan semoga kita selalu mempertahankan agama kita sampai akhir hayat, sehingga pada akhirnya akan menguntungkan kita pula kelak di akhirat.

Selasa, 28 Desember 2021

Benarkah Memegang Tangan Istri Akan Menggugurkan Dosa?

 



Benarkan ketika suami memandang istri dan istri memandang suami maka Allah akan melimpahkan rahmat untuk mereka berdua. Dan ketika mereka berpegangan tangan maka dosa-dosanya berguguran?


Terdapat hadis yang menyatakan,


إن الرجل إذا نظر إلى امرأته ونظرت إليه نظر الله إليهما نظرة رحمة فإذا أخذ بكفها تساقطت ذنوبهما من خلال أصابعهما


Apabila seorang suami memandang istrinya dan istrinya memandang suaminya maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan rahmat (kasih sayang). Dan jika suami memegang tangan istrinya maka dosa keduanya akan berguguran dari celah jari-jarinya.


Dalam silsilah ad-Dhaifah dinyatakan,


وهذا موضوع ؛ آفته التيمي هذا ؛ كان يضع الأحاديث وله أباطيل وبلايا تقدم بعضها والحسين بن معاذ قريب منه ؛ قال الخطيب :


 “ليس بثقة ، حديثه موضوع” .


Hadis ini palsu. Cacatnya adalah Ismail bin Yahya at-Tamimi. Dia suka memalsukan banyak hadis, dan suka menyebarkan kebatilan dan keanehan. Sementara Husain bin Muadz, tidak jauh darinya. Kata al-Khatib tentang Husain bin Muadz: “Bukan perawi terpercaya, hadisnya palsu.” (Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah, 7/275)


Kesimpulannnya, hadis ini adalah hadis yang palsu, sehingga tidak boleh kita dinyatakan sebagai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara masalah pahala dan dosa tidak ada yang tahu kecuali Allah, maka janji penghapusan dosa dalam hadis di atas, tidak bisa kita pastikan kebenarannya.


Motivasi Kerukunan dalam Rumah Tangga


Islam sangat memotivasi untuk membangun kerukunan dalam rumah tangga. Di sana terdapat banyak dalil dari al-Quran maupun sunah, yang mengajak masyarakat untuk membangun kerukunan dalam rumah tangga mereka. Sehingga semua sikap baik yang diberikan oleh suami kepada istrinya, dan layanan yang dilakukan istri kepada suaminya, akan bernilai pahala, jika diniatkan dalam rangka mengamalkan perintah Allah. Sehingga kita tidak butuh hadis dhaif, apalagi palsu untuk membangun motivasi itu.


Dalam al-Quran, Allah mengajarkan kepada suami untuk bersikap sebaik munkin terhadap istrinya.


وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا


Pergaulilah mereka (istrimu) dengan cara sepatutnya. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS. an-Nisa: 19).


Dengan semagat yang sama, islam juga memotivasi istri untuk taat kepada suami. Menjaga kehormatan dan semua rahasia rumah tangga suaminya.


فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ


Sebab itu, wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi menjaga diri ketika suaminya tidak ada, sesuai yang Allah perintahkan untuk mereka jaga. (QS. an-Nisa’: 34)


Demikian pula, mereka dimotivasi untuk menciptakan suasana saling mencintai. Seperti yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para istrinya.


Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita,


قَلَّ يَوْمٌ – إِلاَّ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدْخُلُ عَلَى نِسَائِهِ فَيَدْنُو مِنْ كُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ فِى مَجْلِسِهِ فَيُقَبِّلُ وَيَمَسُّ مِنْ غَيْرِ مَسِيسٍ وَلاَ مُبَاشَرَةٍ. قَالَتْ ثُمَّ يَبِيتُ عِنْدَ الَّتِى هُوَ يَوْمُهَا


“Jarang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan rutinitas menemui istri-istrinya, lalu mendekat ke mereka, mencium mereka, membelai mereka tanpa hubungan badan dan bercumbu. Kemudian beliau tidur di rumah istri yang menjadi gilirannya. (HR. Daruquthni 3781).


Dengan hanya mencukupkan diri pada yang halal, semoga bisa meredam nafsu sehingga tidak menginginkan yang haram.

Senin, 27 Desember 2021

5 Amalan Sebelum Tidur, Dosa Akan Di Ampuni Walau Sebanyak Buih di Lautan ,



- Tidur adalah kebutuhan setelah banyak melakukan aktivitas untuk mengistirahatkan tubuh.


Tidur itu perlu dan harus, agar dapat memulihkan otot-otot yang kaku.


Sedangkan dosa adalah kesalahan yang dilakukan secara sadar tetapi di luar kendali.


Dosa akan di ampuni jika seseorang bertaubat dengan taubat nasuha, sehingga berjanji tidak akan mengulanginya kembali.


"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. At-Tahrim [66]: 8).


Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang diceritakan dari Allah ‘Azza wa Jalla,


أَذۡنَبَ عَبۡدٌ ذَنۡبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغۡفِرۡ لِي ذَنۡبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذۡنَبَ عَبۡدِي ذَنۡبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغۡفِرُ الذَّنۡبَ وَيَأۡخُذُ بِالذَّنۡبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذۡنَبَ فَقَالَ أَيۡ رَبِّ اغۡفِرۡ لِي ذَنۡبِي. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبۡدِي أَذۡنَبَ ذَنۡبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغۡفِرُ الذَّنۡبَ وَيَأۡخُذُ بِالذَّنۡبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذۡنَبَ فَقَالَ أَيۡ رَبِّ اغۡفِرۡ لِي ذَنۡبِي. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذۡنَبَ عَبۡدِي ذَنۡبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغۡفِرُ الذَّنۡبَ وَيَأۡخُذُ بِالذَّنۡبِ وَاعۡمَلۡ مَا شِئۡتَ فَقَدۡ غَفَرۡتُ لَكَ .


“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia berkata ‘Allahummagfirli dzanbi’ (Ya Allah, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukum setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah ampuni dosanya), kemudian hamba tersebut berbuat dosa lagi, lalu dia berkata, ‘Ay rabbighfirli dzanbi’ (Wahai Rabb, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukum setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah ampuni dosanya), kemudian hamba tersebut berbuat dosa lagi, lalu dia berkata, ‘Ay rabbighfirli dzanbi’ (Wahai Rabb, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukum setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.” (H.R. Muslim No. 2758)


Sebenarnya, Istighfar juga merupakan salah satu cara bertaubat tetapi untuk pengingat diri.


"Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir)


Berikut 5 amalan sebelum tidur yang dapat menghapus dosa.


1. Membaca surat Al-Ikhlas 10 kali


"Barang siapa membaca surat Al-Ikhlas hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” [HR. Ahmad]


2. Membaca surat Al-Mulk


Dari Abdullah bin Mas'ud RA, ia berkata "Siapa yang membaca surat Al-Mulk setiap malam, Allah sWt akan menghindarkannya dari siksa kubur dengan surat tersebut."(HR. An-Nasa'i)


3. Membaca Subhanallah Wabihamdihi


Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa mengucapkan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut.” (HR Muslim dan Tirmidzi)


4. Membaca Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah


"Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan." (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808).


5. Membaca Laa ilaaha Illa Allah Wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syayi- in qodiir, subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha Illa Allah Allahu Akbar


"Apabila seseorang dari kalian menuju kasurnya, dan mengucapkan Laa ilaaha Illa Allah Wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syayi- in qodiir, subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha Illa, Allah Allahu Akbar, maka Allah ampuni dosa-dosanya meski sebanyak buih lautan di dunia ini."( HR. Ibnu Hibban)


Perbanyaklah amalan agar diri merasa dekat dengan sang pencipta, karena sejatinya tidur adalah mati yang sebentar.


Sehingga, jika kita mati dalam keadaan tidur dan telah mengamalkan amalannya, disebut sebagai meninggal yang Husnul khatimah.***

Minggu, 26 Desember 2021

Pertanyaan : 6 Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?

 Pertanyaan : Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?


Jawaban:


Banyak keutamaan shalat berjamaah menurut Sunnah Rasulullah Saw, berikut ini beberapa keutamaan tersebut:


1. Lipat ganda amal. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis:


.» صَلاَةُ اتصَْمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِ نَ دَرَجَةً «: عَنِ ابْنِ عُمَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- قَاؿَ


Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh tingkatan”. (HR. Muslim).


2. Allah Swt menjaga orang yang melaksanakan shalat berjamaah dari setan. Rasulullah Saw bersabda:


إِ لَّا ف ال لَّا يْطَافَ ذِئْبُ الإِ سَافِ ئْبِ الْ نَمِ خُ ال لَّا اةَ الْ اصِيَةَ وَالنلَّاا يَةَ فَ لَّاا مْ وَال دِّ عَابَ وَعَلَيْكُمْ بِاتصَْماعَةِ وَالْعَالَّامةِ والْمَسْ دِ


“Sesungguhnya setan itu bagi manusia seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka janganlah kamu memisahkan diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang banyak dan senantiasa memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).


Dalam hadis riwayat Abu ad-Darda’ disebutkan:


مَا مِنْ ثَلاَثَةٍ قَػ ةٍ وَلاَ بَدْوٍ لاَ تػ اُ فِي مُ ال لَّا صلاَةُ إِلالَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْ مُ ال لَّا يْطَافُ فَػعَلَيْكَ بِاتصَْمَاعَةِ فَ لَّا ا لُ الدِّ ئْبُ الْ اصِيَة


“Ada tiga orang yang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak dilaksanakan shalat berjamaah, maka sungguh setan telah menguasai mereka. Maka laksanakan shalat berjamaah, karena sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari jamaah”. (HR. Abu Daud).


3. Keutamaan shalat berjamaah semakin bertambah dengan banyaknya jumlah orang yang shalat.


Berdasarkan hadits dari Ubai bin Ka’ab. Rasulullah Saw bersabda:


وَإِ لَّا ف صَلاَةَ اللَّا جُلِ مَعَ اللَّا جُلِ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ وَ دَهُ وَصَلاَتُوُ مَعَ اللَّا جُلَ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ مَعَ اللَّا جُلِ وَمَا ثػ فَػ وَ أَ بُّ إِلَذ الللَّاوِ تَػعَالَذ


“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud).


4. Dijauhkan dari azab neraka dan dijauhkan dari sifat munafik, bagi orang yang melaksanakan shalat selama empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbiratul ihram bersama imam. Berdasarkan hadits Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ صَللَّاى لِللَّاوِ أَرْبَعِ ػوَْمًا ترََاعَةٍ دْرِؾُ التلَّاكْبِيرَةَ الأُولَذ تِبَتْ لَوُ بػ اءَتَافِ بػ اءَةٌ مِنَ النلَّاارِ وَبػ اءَةٌ مِنَ الندِّػفَاؽِ


“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari berjamaah, ia mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan dari dua perkara; dari neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi). Dalam hadis ini terdapat keutamaan ikhlas dalam shalat, karena Rasulullah Saw mengatakan: “Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt”. Artinya tulus ikhlas hanya karena Allah Swt semata. Makna dijauhkan dari kemunafikan dan azab neraka adalah: dilepaskan dan diselamatkan dari kedua perkara tersebut. Dijauhkan dari kemunafikan, artinya: selama di dunia ia diberi jaminan tidak melakukan perbuatan orang munafik dan selalu diberi taufiq oleh Allah Swt untuk selalu berbuat ikhlas karena Allah Swt. Maka di akhirat kelak ia diberi jaminan dari azab yang menimpa orang munafik. Rasulullah Saw memberi kesaksian bahwa ia bukan orang munafik, karena sifat orang munafik merasa berat ketika akan melaksanakan shalat.


5. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt hingga petang hari, berdasarkan hadis riwayat Jundub bin Abdillah. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ صَللَّاى الصُّبْحَ فَػ وَ ذِلَّامةِ الللَّاوِ


“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt”. (HR. Muslim).


6. Mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah. Berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:


قَاؿَ قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاوِ .» مَنْ صَللَّاى الْ دَاةَ ترََاعَةٍ ثُُلَّا قَػعَدَ الللَّاوَ لَّاتَّ تَطْلُعَ ال لَّا مْسُ ثُُلَّا صَللَّاى رَ عَتَػ ا تْ لَوُ جْ لَّا ةٍ وَعُمْ ةٍ .» تَالَّامةٍ تَالَّامةٍ تَالَّامةٍ « - -صلى الله عليو وسلم


“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah”. Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR. At-Tirmidzi).


7. Balasan shalat Isya’ dan shalat Shubuh berjamaah. Berdasarkan hadis riwayat Utsman bin ‘Affan. Rasulullah Saw bersabda:


مَنْ صَللَّاى الْعِ اءَ ترََاعَةٍ فَكَ لَّا ا قَاَ صْفَ الللَّايْلِ وَمَنْ صَللَّاى الصُّبْحَ ترََاعَةٍ فَكَ لَّا ا صَللَّاى الللَّايْلَ للَّاو


“Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”. (HR. Muslim).


8. Malaikat berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat Ashar. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:


ػتََػعَاقَػبُوفَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِالللَّايْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنلَّاػ ارِ ، وَيََْتَمِعُوفَ صَلاَةِ الْفَ وَصَلاَةِ الْعَصْ ، ثُُلَّا ػعَْ جُ اللَّا نَ بَاتُوا فِيكُمْ ، فَػيَسْ تعُمُْ وَىْوَ أَعْلَمُ مْ يْفَ تَػ تُمْ عِبَادِى فَػيَػ ولُوفَ تَػ نَاىُمْ وَىُمْ صَلُّوفَ ، وَأَتَػيْػنَاىُمْ وَىُمْ صَلُّوفَ


“Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt bertanya kepada mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hamba- Ku?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


9. Allah Swt mengagumi shalat berjamaah karena kecintaan-Nya kepada orang-orang yang melaksanakan shalat berjamaah.


إِ لَّا ف الللَّاوَ لَيَػعْ بُ مِنَ ال لَّا صلاَةِ اتصَْمِيعِ


“Sesungguhnya Allah Swt mengagumi shalat yang dilaksanakan secara berjamaah”. (HR. Ahmad bin Hanbal).


10. Menanti shalat berjamaah. Menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:


لاَ ػلََاؿُ الْعَبْدُ صَلاَةٍ مَا افَ مُصَلالَّاهُ ػنَْتَظِ ال لَّا صلاَةَ وَتَػ وؿُ الْمَلاَئِكَةُ الللَّا لَّا م ااْفِ لَوُ الللَّا لَّا م ارْتزَْو . لَّاتَّ ػنَْصَ ؼَ أَوْ دِثَ


“Seorang hamba yang melaksanakan shalat, kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya menantikan pelaksanaan shalat, maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah rahmat-Mu kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim).


11. Keutamaan shaf pertama. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:


لَوْ ػعَْلَمُ النلَّااسُ مَا الندِّدَاءِ وَال لَّا ص دِّ ف الأَلَّاوؿِ ، ثُُلَّا لدَْ يََِدُوا إِلالَّا أَفْ سْتَ مُوا عَلَيْوِ لاَسْتَػ مُوا


“Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkannya melainkan dengan diundi, pastilah mereka akan melakukan undian”. (HR. Al-Bukhari).


12. Ampunan dan cinta Allah Swt bagi orang yang ucapan “amin” yang ia ucapkan serentak dengan ucapan “amin” yang diucapkan malaikat. Berdasarkan hadits Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:


إِذَا أَلَّامنَ الإِمَاُ فَ دِّمنُوا فَ لَّاوُ مَنْ وَافَ تَ مِينُوُ تَ مِ الْمَلاَئِكَةِ اُفِ لَوُ مَا تَػ لَّادَ مِنْ ذَ بِوِ


“Apabila imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


13. Andai manusia mengetahui apa yang ada di balik shalat berjamaah, pastilah mereka akan datang walaupun merangkak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:


لَوْ ػعَْلَمُ النلَّااسُ مَا الندِّدَاءِ وَال لَّا ص دِّ ف الأَلَّاوؿِ ، ثُُلَّا لدَْ يََِدُوا إِلالَّا أَفْ سْتَ مُوا « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ - صلى الله عليو وسلم - قَاؿَ . » عَلَيْوِ لاَسْتَػ مُوا ، وَلَوْ ػعَْلَمُوفَ مَا التلَّاػ يرِ لاَسْتَبَػ وا إِلَيْوِ ، وَلَوْ ػعَْلَمُوفَ مَا الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَػوْهَُُا وَلَوْ بْػوًا


Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan cara melainkan diundi, mereka pasti akan melakukan undian. Andai mereka mengetahui apa yang ada di dalam Takbiratul-Ihram, pastilah mereka akan berlomba untuk mendapatkannya. Andai mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Isya’ dan shalat Shubuh pastilah mereka akan datang meskipun merangkak”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Wahai Para Istri, Buatlah Suamimu Tersenyum

 


 Kemilaunya intan dan permata terlihat indah di kelopak mata, tak akan sanggup mengalahkan perhiasan terindah di dunia, yaitu seorang wanita salehah. Wanita salehah mampu memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi suaminya dibandingkan kilatan permata yang menyilaukan mata. Di mata sang suami, wanita salehah mampu menjadi peredam dari gegap gempita kehidupan dunia. Ia bukan sekadar pendamping yang hebat, namun mampu menjadi penasihat yang kuat hingga pemompa semangat saat sang suami mulai penat.


Seorang wanita salehah mengetahui hak-hak suami yang harus ditunaikan. Karena hal itu merupakan kewajibannya. Meskipun, terkadang berat untuk taat atau lelah ketika tak bergairah. Namun, istri salehah tidak akan pernah putus asa untuk meraih kebahagiaan. Karena kebahagiaan itu akan abadi. Rasulullah saw bersabda, “Wanita mana pun yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, pasti masuk surga.” (Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Adapun kiat sederhana agar suami tersenyum adalah sebagai berikut:


Taat


Sehebat dan tangguh apa pun seorang wanita, maka kewajiban terhadap suami wajib ditunaikan. Suami adalah pemimpin rumah tangga.


“Seandainya aku perintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya.” (Riwayat Abu Dawud dan al-Hakim)


Hal ini merupakan sebentuk keadilan Allah swt kepada seorang suami. Karena segala yang ditetapkan Allah swt pasti adil dan baik bagi manusia. Namun, jangan disalahpahami bahwa ketaatan kepada suami menyebabkan seorang istri menjadi terkekang dan sengsara hidupnya. Karena di sisi lain, seorang suami diperintahkan oleh Allah swt untuk bergaul dengan baiik kepada istrinya dan dilarang menyusahkan wanita yang telah taat kepadanya.


Allah swt berkalam,


فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً


“Kemudian jika mereka menaati kalian, maka janganlah kalan mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 34)


Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik perilakunya terhadap istrinya. Dan aku adalah yang terbaik kepada istriku.” (Jami’ at-Tirmidzi, 3895)


Meski seorang istri wajib taat kepada suaminya, namun itu semua berlaku dalam hal yang baik dan benar saja. Di antara salah satu bentuk ketaatan seorang istri kepada suaminya adalah melayani kebutuhan biologis sang suami. Namun, apakah sekadar suami saja yang perlu dicukupi kebutuhan biologisnya? Tentu saja tidak. Kebutuhan biologis istri pun meski dipenuhi oleh suami. Dengan terpenuhinya kebutuhan biologis tersebut, niscaya keduanya lebih mudah untuk menjaga diri dari pebuatan nista.


Jagalah


Salah satu kewajiban lain yang mesti dipenuhi oleh seorang istri adalah menjaga kehormatan, kemuliaan, harta, anak-anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Allah swt telah berkalam,


فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ


“Maka wanita-wanita yang salehah adalah wanita-wanita yang taat kepada Allah swt lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Oleh karena itu, Allah telah memelihara mereka.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 34)


Demi menjalankan kewajibannya itu, seorang istri mempunyai wewenang untuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Tentu saja, semua itu tetap di bawah kendali kepemimpinan seorang suami.


Di Rumah Suami


Kewajiban seorang istri terhadap seorang suami adalah tinggal di rumah suami. Artinya, tidak keluar kecuali atas ijin dan ridhanya. Allah swt telah berkalam,


وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى


“Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian. Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.” (Qs. al-Ahzab [33]: 33)


Di samping itu, ia berusaha memelihara pandangan dan merendahkan suaranya dalam rangka mentaati perintah Allah Ta’ala,


وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا


“Katakanlah pada wanita-wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya.” (Qs. an-Nur [24]: 31)


Tenangkanlah


Di awal kenabian, ketika Nabi Muhammad saw berada dalam kegundahan, maka Khadijah menghibur dan menenangkannya. Seorang sitri salehah akan selalu berusaha menciptakan ketenangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Ia begitu menyenangkan saat dipandang, menarik hati sang suami, dan dapat meredam segala gejolak yang terjadi di dalam rumah tangga.


Rasulullah saw telah bersabda, “Wanita (istri) terbaik adalah jika engkau melihat padanya, ia akan menyenangkanmu. Jika engkau memerintah, ia akan taat kepadamu. Jika engkau pergi, ia menjagamu dengan menjaga dirinya dan hartamu.” (Riwayat Muslim dan Ahmad)


Seorang istri salehah yang sadar tentang kewajibannya tak hanya membahagiakan bagi sang suaminya. Lebih dari itu, sebenarnya ia telah membahagiakan dirinya sendiri. Wallahu a’lam bish shawwab. [Hamizan/Bersamadakwah]

Menyentuh Al-Qur'an Terjemah Harus Suci & Menutup Aurat?

 


Menyentuh Al-Qur'an Terjemah Harus Suci & Menutup Aurat?


#Soal:


Assalamualaikum Pak Ustad, mohon penjelasan bagaimana adab terhadap Al-Quran yang ada terjemahannya, apakah harus suci dan harus menutup aurat? Apakah boleh sambil tiduran atau harus duduk? Syukron.


#Jawab:


Wa'alaikumus salam warahmatullah.. Al-Hamdulillah. Shalawat dan salam atas Rasulillah dan keluarganya.


Al-Qur'an terjemah beda dengan mushaf yang asli (berisi ayat-ayat Al-Qur'an berbahasa Arab). Al-Qur'an terjemah sejenis kitab tafsir, menurut Syaikh Ibnu Bazz. Tidak berlaku padanya hukum atas mushaf Al-Qur'an.


فإذا أمسكه الكافر أو من ليس على طهارة فلا حرج، فليس له حكم القرآن


“Apabila orang kafir memegangnya atau orang tidak suci menyentuhnya, tidak mengapa. Ia tidak memiliki hukum (sama dengan) Al-Qur'an,” Tutur Syaikh Bin Bazz, di fatawanya berjudul (terjemah), “Apakah orang kafir boleh menyentuh mushaf teejemahan bahasa Inggris”.


Hukum Al-Qur'an hanya berlaku pada mushaf yang tertulis dengan bahasa Arab saja dan tidak ada keterangan tafsir di dalamnya. Jika di dalamnya terapat terjemahan maka ia sehukum dengan kitab tafsir. Kitab tafsir boleh dibawa dan dipegang orang yang berhadats, juga boleh dipegang orang kafir. Sekali lagi, karena ia bukan kitab Al-Qur'an, tetapi dikategorikan sebagai kitab tafsir. Demikian keterangan dari Syaikh Ibnu Bazz.


Hanya saja, karena di dalam mushaf terjemah terdapat kalamullah dan penjelasan tentangnya maka bersikap memuliakan itu lebih baik. Namun tak sekuat adab terhadap mushaf. Boleh dipegang dalam kondisi suci dan berhadats, juga tidak harus menutup aurat secara sempurna. Wallahu a'lam.

Bagaimana hukum perempuan mengejar cinta laki laki ?

 


1. Pria lebih melihat secara fisik


Dalam sebuah studi dari Medicis Aesthetics, seribu wanita dan pria disurvei untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang hubungan, pernikahan, dan perceraian. Hasilnya adalah penampilan fisik masih menjadi faktor penting bagi kedua jenis kelamin, namun jauh lebih penting bagi kaum pria.


Awalnya, pria akan tertarik pada seorang wanita yang memiliki koneksi fisik dengannya, baru kemudian tumbuh rasa cinta.


Tentu saja, seseorang bisa lebih baik ketika Anda benar-benar mengenalnya, namun apa yang menarik perhatian di awal selalu penampilan Anda.


2. Pria lebih impulsif


Mungkin Anda pernah mendengar tentang hal ini sebelumnya, namun ini benar-benar sebuah fakta. Inilah mengapa ketika seorang pria telah yakin terhadap cintanya kepada seorang wanita, ia tidak ragu untuk meminta wanita tersebut untuk menjadi pasangan hidupnya.


Kaum wanita cenderung lebih analitis, teliti, dan berpikiran jauh ke depan. Maka, jangan heran ketika Anda bertemu dengan seorang pria yang tega untuk mengakhiri hubungannya dengan seseorang hanya karena ia merasa tidak lagi ada koneksi dan memilih untuk membuat hubungan baru dengan wanita lainnya.


3. Pria lebih fokus terhadap gairah


Ya, kaum pria biasanya menunjukan perspektif mereka tentang cinta berfokus pada hal-hal yang menggairahkan. Mereka tidak menganggap perasaan jatuh cinta sebagai stabilitas emosional.


Mudah mengatakan seorang pria sebagai seseorang yang sangat nafsu, namun memang inilah yang dipikirkan oleh kaum pria, mereka menganggap cinta kurang bermakna, tanpa gairah.


4. Pria lebih suka bersenang-senang


Meskipun benar bahwa pria yang lucu dapat menarik banyak wanita, hal ini ternyata juga berlaku bagi wanita di mata kaum pria.


Kaum pria menginginkan seorang wanita yang bisa santai, bersenang-senang, tidak terlalu menganalisis, dan mudah bergaul. Hal-hal ini yang membuat pria merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan lebih terbuka kepada seorang wanita.


5. Pria cenderung sulit berbagi perasaan di awal perkenalan


Kaum pria sering memakan waktu lebih lama untuk mengekspresikan diri secara verbal dan emosional kepada seseorang yang mereka sukai. Mereka akan menunggu sampai mereka merasa aman dalam hubungan tersebut.


Selain itu, kaum pria cenderung mengekspresikan kasih sayang mereka dengan perbuatan, seperti seks.


Sedangkan, kaum wanita biasanya menghindari interaksi negatif dan menunjukkan kasih sayang mereka dengan cara lain.


6. Pria cenderung terlebih dahulu mengatakan "I love you"


Perbedaan dalam kesediaan untuk terbuka dan ekspresif tentang rasa cinta kepada pasangan dapat dipengaruhi banyak alasan.


Kaum pria akan terlebih dahulu melihat hasrat seksual pasangan mereka sebagai indikasi baik akan ketertarikan fisik dan emosional yang membuat mereka yakin untuk memproklamasikan rasa cinta mereka.

Sabtu, 25 Desember 2021

Pertanyaan : 5 Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah?

 #Pertanyaan : 

Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah?


#Jawaban:


Ya, berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman:


وَإِذَا نْتَ فِي مْ فَ قَمْتَ تعَمُُ ال لَّا صلَاة


“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka”. (Qs. An-Nisa’ *4+: 102).


Allah tetap memerintahkan shalat berjamaah ketika saat berperang jihad fi sabilillah, jika ketika berperang tidak menggugurkan shalat berjamaah maka tentunya pada saat aman lebih utama. Andai shalat berjamaah itu bukan suatu tuntutan, pastilah diberikan keringanan saat kondisi genting.


Rasulullah Saw mendidik para shahabat untuk shalat berjamaah secara bertahap, diawali dengan memberikan motifasi:


» صَلاَةُ اتصَْمَاعَةِ تَػفْضُلُ صَلاَةَ الْفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِ نَ دَرَجَةً « عَنْ عَبْدِ الللَّاوِ بْنِ عُمَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ - صلى الله عليو وسلم - قَاؿَ


Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendiri 27 tingkatan”. (HR. Al-Bukhari).


Kemudian dilanjutkan dengan inspeksi, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:


أَشَاىِدٌ فُلاَفٌ « قَالُوا لا . قَاؿَ .» أَشَاىِدٌ فُلاَفٌ « عَنْ أُ دَِّ بَ بْنِ عْبٍ قَاؿَ صَللَّاى بِنَا رَسُوؿُ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- ػوَْمًا الصُّبْحَ فَػ اؿَ إِ لَّا ف ىَاتَػ ال لَّا صلاَتَػ أَثْػ لُ ال لَّا صلَوَاتِ عَلَى الْمُنَافِ وَلَوْ تَػعْلَمُوفَ مَا فِي مَا لأَتَػيْتُمُوهَُُا وَلَوْ بْػوًا عَلَى ال بِ وَإِ لَّا ف « قَالُوا لا . قَاؿَ .» ال لَّا ص لَّا ف الأَلَّاوؿَ عَلَى مِثْلِ صَ دِّ ف الْمَلاَئِكَةِ وَلَوْ عَلِمْتُمْ مَا فَضِيلَتُوُ لاَبْػتَدَرْتُدُوهُ وَإِ لَّا ف صَلاَةَ اللَّا جُلِ مَعَ اللَّا جُلِ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ وَ دَهُ وَصَلاَتُوُ .» مَعَ اللَّا جُلَ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ مَعَ اللَّا جُلِ وَمَا ثػ فَػ وَ أَ بُّ إِلَذ الللَّاوِ تَػعَالَذ


Dari Ubai bin Ka’ab, ia berkata: “Suatu hari Rasulullah Saw melaksanakan shalat Shubuh bersama kami. Rasulullah Saw bertanya: “Apakah si fulan ikut shalat berjamaah?”. Mereka menjawab: “Tidak”. Rasulullah Saw bertanya: “Apakah si fulan ikut shalat berjamaah?”. Mereka menjawab: “Tidak”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya dua shalat ini lebih berat bagi orang-orang munafik. Andai kamu mengetahui apa yang ada dalam dua shalat ini, pastilah kamu menghadirinya walaupun kamu merangkak dengan lutut. Sesungguhnya shaf pertama seperti shafnya para malaikat. Andai kamu mengetahui keutamaannya, maka kamu akan segera menghadirinya. Sesungguhnya shalat satu orang bersama satu orang lebih baik daripada shalat sendirian. Shalat satu orang bersama dua orang lebih baik daripada shalat satu orang bersama satu orang. Lebih banyak maka lebih dicintai Allah”. (HR. Abu Daud).


Selanjutkan Rasulullah Saw memberikan ancaman bagi mereka yang menyepelekan shalat berjamaah:


لَ دْ هََُمْتُ أَفْ آمُ رَجُلاً صَلدِّى بِالنلَّااسِ ثُُلَّا « عَنْ أَبَِ ىُ ػ ةَ أَ لَّا ف رَسُوؿَ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم- فَػ دَ اسًا بػعَْضِ ال لَّا صلَوَاتِ فَػ اؿَ ػعَْنِِ .» أُخَالِفَ إِلَذ رِجَاؿٍ ػتََخَللَّافُوفَ عَنْػ ا فَآمُ مْ فَػيُحَدِّ قُوا عَلَيْ مْ بُِِلَِ اتضَْطَبِ بػيُُوتَػ مْ وَلَوْ عَلِمَ أَ دُىُمْ أَ لَّاوُ يََِدُ عَظْمًا تشَِينًا لَ دَىَا صَلاَةَ الْعِ اءِ .


Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw kehilangan beberapa orang pada sebagian shalat, maka Rasulullah Saw bersabda: “Aku ingin memerintahkan seseorang memimpin shalat berjamaah, kemudian aku menentang orang-orang yang meninggalkan shalat berjamaah, aku perintahkan agar rumah mereka dibakar dengan ikatan-ikatan kayu bakar. Andai salah seorang dari mereka mengetahui bahwa ia akan mendapati tulang yang gemuk (daging), pastilah ia akan menghadirinya”. Yang dimaksud Rasulullah Saw adalah shalat Isya’. (HR. Muslim).


Dalam hadits lain disebutkan:


.» لَيَػنْتَ لََّا رِجَاؿٌ عَنْ تَػ ؾِ اتصَْمَاعَةِ أَوْ لأُ دِّ قَ لَّا ن بػيُُوتَػ مْ « - عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَ دٍ قَاؿَ قَاؿَ رَسُوؿُ الللَّاوِ -صلى الله عليو وسلم


Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah mereka berhenti meninggalkan shalat berjamaah atau aku akan membakar rumah mereka”. (HR. Ibnu Majah).

Balasan Allah untuk yang Suka Sholat Subuh Berjamaah di Masjid, Syekh Ali Jaber Ungkap Dihitung Pulang Pergi

 


 Setiap hari pasti kita sebagai umat Islam tak meninggalkan yang namanya sholat subuh.


Karena, sholat subuh juga termasuk sholat wajib yang harus dikerjakan dan tak boleh ditinggalkan.


Akan tetapi, banyak juga yang kadang sering menyepelekan sholat yang jumlahnya paling sedikit dari seluruh ibadah sholat wajib, hanya dua rakaat ini.


Meskipun waktunya lebih lama daripada sholat maghrib, sholat subuh sebenarnya memiliki berbagai macam amalan dan manfaat tak terkira yang banyak orang jarang mengetahuinya.


Diungkap oleh almarhum Syekh Ali Jaber dalam akun YouTubenya, jika sholat subuh berjamaah memiliki banyak keistimewaan dan karunia dari Allah SWT.


"Salah satu karunia di subuh hari adalah kita bisa sholat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda barang siapa yang sholat subuh berjamaah ia masuk dalam lindungan Allah," jelas Syekh Ali Jaber.


Kita dilindungi Allah SWT dari berbagai keburukan, bahaya, kecelakaan hingga godaan setan serta jin.


"Selamat dari kecelakaan, selamat dari keburukan, selamat dari bahaya, selamat dari godaan setan, selamat dari godaan jin, DNA dan selalu dalam lindungan Allah SWT," tambah Syekh Ali Jaber.


Cukup mudah dan tak perlu ribet untuk mendapatkan lindungan dari Allah SWT yang luar biasa, hanya dengan sholat subuh berjamaah di masjid.


"Hanya syaratnya melaksanakan sholat subuh berjamaah," ungkapnya.


Bahkan ada sabda juga dari Rasulullah jika orang yang suka bangun, kemudian sering datang saat gelap ke masjid untuk mengikuti sholat berjamaah, akan mendapatkan keistimewaan.


"Berilah berita gembira, bagi orang yang suka datang ke masjid di saat gelap untuk melaksanakan sholat, akan Allah ganti dengan cahaya yang sempurna di hari kiamat," tutur Syekh Ali Jaber.


Orang-orang ahli subuh, yang suka bangun untuk sholat subuh berjamaah, juga dijamin satu hal ini dari Allah.


"Dan ahli subuh, yang mencintai subuh, yang mencintai sholat subuh, pasti dijamin dia selamat dari kematian buruk dan kematian mendadak, dan dijamin Insya Allah husnul khatimah," tambahnya.


Syekh Ali Jaber menerangkan sebab-sebab mengapa sholat subuh ini mendapat banyak manfaat dan balasan luar biasa oleh Allah SWT bagi yang benar-benar menjalankan amalannya.


"Kenapa begitu luar biasa berkahnya? Karena sholat subuh itu menjadi sholat yang cukup berat, bahkan paling berat bagi orang munafik. Sholat yang paling berat bagi orang munafik sholat subuh," jelas Syekh Ali Jaber.


Sebab, bangun pagi untuk sholat subuh terasa berat untuk bangun, tempat tidur hangat, suasana dinginnya angin dan lain-lain.


"Tapi kita mau datang ke masjid, berlangkah-langkah, gelap lagi, ini membutuhkan tenaga yang luar biasa, membutuhkan tekad yang luar biasa, membutuhkan kemauan, kegigihan yang luar biasa, dan itupun tidak bisa kalau bukan kesempurnaan iman," katanya.


Maka dari itu Syekh Ali Jaber mengungkapkan agar para jamaah yang sering dan setiap hari datang subuh ke masjid agar berbahagia


"Maka jamaah sekalian berbahagialah, bisa melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid, mendapatkan berita gembira dari Rasulullah SAW, akan Allah ganti dengan cahaya yang sempurna dan langkah-langkahmu, pulang pergi. Bukan hanya datang tapi pulangnya juga dihitung. Satu langkah satu derajat, satu langkah satu kebaikan, satu langkah menghapuskan dosa," pungkas Syekh Ali Jaber.***

Jumat, 24 Desember 2021

Kiat Agar Semangat dalam Belajar Islam



Setelah sebelumnya Rumaysho.com bahas mengenai semangat yang kendor dalam belajar Islam, saat ini kami akan membantu dengan menerangkan bagaimanakah agar terus punya rasa semangat dalam belajar. Hal ini pun bisa diterapkan dalam amalan ibadah lainnya. 


1- Luruskan niat dalam belajar


Kita tentu tahu bahwa kita diperintahkan untuk ikhlas dalam ibadah termasuk pula dalam belajar ilmu diin, sebagaimana Allah Ta’ala perintahkan,


وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ


“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).


Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى


“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khottob)


Karena ikhlaslah suatu kaum menjadi mulia. Sebagaimana Abu Bakr Al Marrudzi pernah mendengar seseorang berkata pada Abu ‘Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hambal mengenai jujur dan ikhlas. Imam Ahmad pun berkata,


بهذا ارتفع القوم


“Dengan ikhlas, semakin mulialah suatu kaum.” (Ta’zhimul ‘Ilmi, hal. 25).


Guru kami, Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi berkata,


وإنما ينال المرأ العلم على قدر إخلاصه


“Seseorang bisa meraih ilmu sesuai dengan kadar ikhlasnya”(Ta’zhimul ‘Ilmi, hal. 25). Artinya, semakin seseorang ikhlas dalam belajar, maka semakin mudah meraih ilmu. Jika semakin mudah, maka ia pun akan terus semangat dalam belajar.


Yang dimaksud ikhlas dalam belajar -sebagaimana kata Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi-:


a- Belajar agama untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri.


b- Belajar agama untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain.


c- Belajar agama untuk menghidupkan dan menjaga ilmu.


d- Belajar agama untuk mengamalkan ilmu.


Guru kami, Syaikh Sholih Al ‘Ushoimi lalu berkata,


فالعلم شجرة والعمل ثمرة وإنما يراد العلم بالعمل


“Ilmu itu ibarat pohon, amal itu buahnya. Ilmu itu dicari untuk diamalkan.”(Ta’zhimul ‘Ilmi, hal. 27).


Memperbaiki niat inilah yang membuat kita bisa terus semangat dalam belajar. Namun memperbaikinya tentu sulit dan butuh perjuangan.


Sufyan Ats Tsauri pernah berkata,


ما عالجتُ شيئاً أشدَّ عليَّ من نيَّتي ؛ لأنَّها تتقلَّبُ عليَّ


“Tidaklah yang paling sulit untuk kuobati selain daripada niatku. Karena niatku selalu berbolak-balik.” (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam).


Sulaiman bin Daud Al Hasyimiy berkata,


ربَّما أُحدِّثُ بحديثٍ ولي نيةٌ ، فإذا أتيتُ على بعضِه ، تغيَّرت نيَّتي ، فإذا الحديثُ الواحدُ يحتاجُ إلى نيَّاتٍ


“Terkadang ketika aku menyampaikan satu hadits, aku butuh pada niat. Lalu jika beralih pada hadits yang lain, maka berubah pula niatku. Sehingga satu hadits itu butuh pada beberapa niat.” (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam).


Bisa jadi seseorang dalam belajar pada awalnya ingin mengharap ridho selain Allah, namun ilmu nantinya yang mengantarkan dia pada ridho Allah. Ad Daruquthi berkata,


طلبنا العلم لغير الله فأبي أن يكون إلا لله


“Kami dahulu menuntut ilmu karena ingin gapai ridho selain Allah. Namun ilmu itu enggan, ia hanya ingin niatan tersebut untuk Allah.” (Disebutkan dalam Tadzkiroh As Saami’ wal Muta’allim, dinukil dari Ma’alim fii Thoriqi Tholabil ‘Ilmi, hal. 18).


2- Mengamalkan ilmu


Mengamalkan ilmu membuat seseorang semakin kokoh dan semangat untuk meraih ilmu lainnya. Sedangkan enggan mengamalkan ilmu adalah sebab hilangnya barokah ilmu. Bahkan karena tidak mengamalkannya, itu bisa jadi argumen untuk menjatuhkan diri seorang penuntut ilmu. Allah telah mencela orang-orang semacam ini dalam ayat,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)


“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 3).


Jika seseorang mengamalkan ilmu, maka Allah akan semakin memudahkan ia mendapatkan taufik untuk meraih ilmu lainnya. Selain itu, mengamalkannya semakin menolongnya membedakan antara yang benar dan yang keliru. Allah Ta’ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا


“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada ALlah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan (membedakan antara yang hak dan batil)” (QS. Al Anfal: 29).


Dalam ayat lain disebutkan,


وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ


“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. ” (QS. Muhammad: 17).


Ibnu Mas’ud berkata,


كان الرجل منا إذا تعلم عشر آيات لم يجاوزهن حتى يعرف معانيهن، والعمل بهن


“Dahulu orang-orang di antara kami (yaitu para sahabat Nabi) mempelajari sepuluh ayat Qur’an, lalu mereka tidak melampauinya hingga mengetahui makna-maknanya, serta mengamalkannya.” (Muqoddimah Tafsir Ibnu Katsir)


Adz Dzahabi berkata,


واما اليوم فما بقي من العلوم القليلة الا القليل في أناس قليل ما أقل من يعمل منهم بذلك القليل فحسبنا الله ونعم الوكيل


“Adapun hari ini: ilmu sedikit yang tersisa hanyalah sedikit yang ditemui pada orang-orang yang jumlahnya pun sedikit. Yang mengamalkannya pun sedikit. Hasbunallah wa ni’mal wakil, hanya Allah yang memberikan kecukupan dan pertolongan” (Tadzkirotul Hafizh, 3: 1031).


3– Bergaul dengan orang-orang yang sholih


Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu para sahabat Nabi untuk tetap semangat dalam iman adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,


وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ


“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101).


Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119).


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. Karena dengan sahabat baiklah yang membuat agama kita semakin kokoh. Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً


“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101)


Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.” (Fathul Bari, 4: 324)


Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.


Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata,


نَظْرُ المُؤْمِنِ إِلَى المُؤْمِنِ يَجْلُو القَلْبَ


“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.” (Siyar A’lam An Nubala’, 8: 435) Maksud beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah, mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.


‘Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin ‘Iyadh, kami akan semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.”


Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju Muhammad bin Waasi’.” (Lihat Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin Husain Al ‘Afani, hal. 466)


Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”. (Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, hal. 94-95)


4- Bersifat pertengahan


Di antara sebab yang membuat seseorang cepat futur dalam belajar adalah sikap terlalu berlebihan (esktrim). Terlalu mempress dirinya untuk belajar tanpa mengenal waktu, tanpa istirahat badan dan tidak memperhatikan tubuhnya.


Cobalah ambil pelajaran dari hadits berikut ini.


Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshor yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).


Kita mesti bersikap pertengahan termasuk pula dalam belajar agar sikap semangat bisa terus dijaga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehati ‘Abdullah bin ‘Amr,


لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ


“Dirimu itu memiliki hak yang mesti diperhatikan. Begitu pula keluargamu memiliki hak yang mesti diperhatikan.” (HR. Ahmad 2: 200. Sanad hadits ini hasan).


Begitu pula amalan yang terbaik adalah amalan yang pertengahan dan rutin, walau jumlahnya sedikit. Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ


“Sesungguhnya amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang rutin (kontinu) walau jumlahnya sedikit.” (HR. Bukhari no. 5861 dan Muslim no. 782).


5- Perbanyak do’a pada Allah agar tetap terus semangat


Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman, termasuk dalam hal ini adalah semangat dalam belajar. Allah Ta’ala berfirman,


وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ (146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (147) فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148


“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir‘. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).


Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,


رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ


“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah: 250)


Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran adalah,


رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ


“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)


Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,


يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ


“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”


Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,


يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ


“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Dalam riwayat lain dikatakan,


إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا


“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad 3: 257. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini kuat sesuai syarat Muslim)


Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat,


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ


“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30); ia pun berdo’a, “Allahumma anta robbuna, farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada kami).” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 245)


Semoga bermanfaat dan moga semangat tidak kendor dalam belajar ilmu diin. Hanya Allah yang memberi taufik.

Kamis, 23 Desember 2021

Suami, Pekalah Ketika Istrimu Lelah karena 10 Hal Ini



Sebagai ibu rumah tangga tentunya memiliki peran yang sangat banyak, tak heran bila lambat laun seorang istri akan mengalami kelelahan bahkan depresi.


Dalam menghadapi seorang istri yang begitu sibuk, disarankan agar suami memiliki kepekaan yang tinggi. Pasalnya tidak semua istri yang kelelahan mengungkapkan kondisinya terhadap suami.


Adapun sepuluh ciri-ciri istri yang sedang merasa kelelahan:


Pertama, jika seorang istri sering uring-uringan saat mengerjakan pekerjaan rumah ataupun mengasuh anak, maka bisa jadi itu merupakan pertanda bahwa istri mengalami kelelahan.


Kedua, kurangnya keseimbangan seperti, ketika istri membawakan minuman sampai tercecer bisa jadi hal tersebut dikarenakan istri kelelahan.


Ketiga, ketika istri nampak begitu mudah lupa atau menjadi pikun.


Keempat, menjadi pemarah. Seorang istri yang kelelahan akan lebih mudah melampiaskan emosinya.


Kelima, tidak mampu berkonsntrasi. Apabila anda bertanya kepada istri dan istri anda tidak fokus menjawab bisa jadi istri anda sedang kelelahan.


Keenam, lupa merawat diri. Jika istri kini mulai tidak pernah merawat diri dan bahkan seringkali wajahnya kusut tidak karuan, hati-hatilah karena bisa jadi itu merupakan tanda kelelahan yang tidak disadari seorang suami.


Ketujuh, ciri istri yang kelelahan selanjutnya adalah mudah gelisah dalam sikap diamnya. Jika terus dibiarkan kelelahan bisa menjadi stress yang berkepanjangan.


Kedelapan, mudah tertidur. Pasangan suami istri memang sudah seharusnya melaksanakan kebutuhan biologisnya. Meski begitu jangan langsung menyalahkan seorang istri jika ternyata istri mudah tertidur ketika suami tengah bersiap-siap. Kondisi ini memperlihatkan bahwa istri memang sangat kelelahan dengan aktivitasnya.


Kesembilan, salah satu gejala kelelahan atau kecapean menurut medis adalah flu dan batuk. Ini karena sistem imunitas ketika kelelahan akan menjadi lemah sehingga mudah dimsuki oleh virus atau bakteri. Oleh karenanya jangan remehkan kelelahan karena berdampak buruk bagi kesehatan.


Kesepuluh, seseorang yang mengalami kelelahan fisik juga memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi.


Dari penjelasan di atas, semoga para suami dapat lebih peka terhadap kelelahan dari istrinya.

Shalat Dhuha Bisa Menggantikan Sedekah dengan Seluruh Persendian



Sebuah hadits yang bisa kita renungkan hari ini adalah hadits yang berisi penjelasan mengenai kewajiban sedekah seluruh persendian. Dan sedekah ini bisa digantikan dengan shalat Dhuha. Semoga bermanfaat. 


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ، تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تََمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ


“Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”. [HR. Bukhari dan Muslim]


PENJELASAN HADITS 


(سُلاَمَى) bermakna persendian. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah tulang. Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan bahwa (سُلاَمَى) adalah persendian dan anggota badan.


Dinukil oleh Ibnu Daqiq Al ‘Ied bahwa Al Qadhi ‘Iyadh (seorang ulama besar Syafi’iyyah) berkata, “Pada asalnya kata (سُلاَمَى) bermakna tulang telapak tangan, tulang jari-jari dan tulang kaki. Kemudian kata tersebut digunakan untuk tulang lainnya dan juga persendian”.


Terdapat hadits dalam shohih Muslim bahwa tubuh kita ini memiliki 360 persendian. Di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ


“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 2377)


Inilah yang terdapat dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para dokter saat ini juga mengatakan seperti yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan. Maka hal ini menunjukkan bahwa risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar.


(كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ) bermakna setiap hari diwajibkan bagi anggota tubuh kita untuk bersedekah. Yaitu diwajibkan bagi setiap persendian kita untuk bersedekah. Maka dalam setiap minggu berarti ada 360 x 7 = 2520 sedekah.


Akan tetapi dengan nikmat Allah, sedekah ini adalah umum untuk semua bentuk qurbah (pendekatan diri pada Allah). Setiap bentuk pendekatan diri kepada Allah adalah termasuk sedekah. Berarti hal ini tidaklah sulit bagi setiap orang. Karena setiap orang selama dia menyukai untuk melaksanakan suatu qurbah (pendekatan diri pada Allah) maka itu akan menjadi sedekah baginya.


(تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ) adalah memisahkan di antara dua orang yang berselisih baik dengan cara mendamaikan atau dengan cara diadili.


Pertama adalah menyelesaikan perselisihan antara dua orang yang berselisih dengan cara mendamaikan. Ini dilakukan jika belum jelas mana yang benar di antara keduanya. Namun, apabila sudah jelas yang benar di antara keduanya, dilarang untuk melakukan islah (perdamaian). Kesalahan semacam inilah yang kadang dilakukan oleh seorang qodhi (hakim). Di mana hakim malah seriang mendamaikan (mengadakan islah) terhadap perselisihan antara dua belah pihak yang menuduh dan tertuduh, padahal sudah diketahui kebenaran pada salah satu pihak.


Jadi, menyelesaikan perkara antara dua orang yang berselisih baik dengan diadili dan didamaikan termasuk sedekah. Akan tetapi, jika telah diketahui bahwa kebenaran ada di salah satu pihak, maka dalam hal ini tidak boleh diadakan islah (perdamaian) bahkan harus diputuskan dengan memihak pada yang benar.


(وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا), maksudnya adalah menolong seseorang di atas kendaraannya -misalnya di zaman dahulu adalah unta-, dengan membantunya naik di atas kendaraannya adalah sedekah. Atau boleh jadi (تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ), dengan mengangkat barang-barangnya yang digunakan untuk bepergian jauh seperti makanan dan minuman, juga termasuk sedekah.


(وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ), kata-kata yang thoyib baik yang thoyib di sisi Allah seperti bacaan tasbih, takbir dan tahlil atau thoyib di sisi manusia dengan berakhlak yang baik, ini juga termasuk sedekah.


(وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تََمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ), setiap langkah kaki menuju shalat adalah sedekah baik jarak yang jauh maupun dekat.


Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً


“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim no. 1553)


Maka orang yang melakukan semacam ini akan mendapatkan dua kebaikan: [1] ditinggikan derajatnya, [2] akan dihapuskan dosa-dosa.


Catatan Penting:


Ada sebagian ulama yang menganjurkan bahwa setiap orang yang hendak ke masjid hendaknya memperpendek langkah kakinya. Akan tetapi, ini adalah anjuran yang bukan pada tempatnya dan tidak ada dalilnya sama sekali. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits hanya mengatakan ‘setiap langkah kaki menuju shalat’ dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan ‘hendaklah setiap orang memperpendek langkahnya.’ Seandainya perbuatan ini adalah perkara yang disyari’atkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menganjurkannya kepada kita. Yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah bukan memanjangkan atau memendekkan langkah, namun yang dimaksudkan adalah berjalan seperti kebiasaannya.


(وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ), menyingkirkan gangguan dari jalanan yang akan mengganggu orang yang lewat, baik berupa batu, pecahan kaca, kotoran. Maka segala sesuatu yang disingkirkan dari jalan yang akan mengganggu orang yang lewat adalah sedekah.


FAEDAH HADITS


Faedah Pertama, wajibnya sedekah bagi setiap orang dengan setiap anggota badannya pada setiap harinya mulai dari matahari terbit. Karena perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (عَلَيْهِ صَدَقَةٌ) menunjukkan wajibnya. Bentuk dari hal ini adalah setiap orang bersyukur kepada Allah setiap paginya atas keselamatan pada dirinya baik keselamatan pada tangannya, kakinya, dan anggota tubuh lainnya. Maka dia bersyukur kepada Allah karena nikmat ini.


Kalau ada yang mengatakan hal seperti ini sulit dilakukan karena setiap anggota badan harus dihitung untuk bersedekah?


Jawabannya : Nabi telah memberikan ganti untuk hal tersebut yaitu untuk mengganti 360 sedekah dari persendian yang ada. Penggantinya adalah dengan mengerjakan shalat sunnah Dhuha sebanyak 2 raka’at. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى »


“Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704)


Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan, “Maksudnya, semua shadaqah yang dilakukan oleh anggota badan tersebut dapat diganti dengan dua raka’at shalat Dhuha, karena shalat merupakan amalan semua anggota badan. Jika seseorang mengerjakan shalat, maka setiap anggota badan menjalankan fungsinya masing-masing. ”

Rabu, 22 Desember 2021

Haruskah Bertanya Masa Silam Calon Suami atau Istri?

 


Islam menganjurkan agar masing-masing individu merahasiakan setiap dosa dan kesalahan yang dia lakukan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ أَصَابَ مِنْ هَذِهِ الْقَاذُورَاتِ شَيْئًا فَلْيَسْتَتِرْ بِسِتْرِ اللَّهِ


“Siapa yang tertimpa musibah maksiat dengan melakukan perbuatan semacam ini (perbuatan zina), hendaknya dia menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, no. 1508).


Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras, menceritakan perbuatan maksiat yang pernah dia lakukan dalam kondisi sendirian. Menceritakan maksiat bisa menjadi sebab, Allah tidak memaafkan kesalahannya.


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ


Semua umatku akan diampuni, kecuali orang yang terang-terangan melakukan maksiat. Termasuk bentuk terang-terangan maksiat, seseorang melakukan maksiat di malam hari, Allah tutupi sehingga tidak ada yang tahu, namun di pagi hari dia bercerita,


‘Hai Fulan, tadi malam saya melakukan perbuatan maksiat seperti ini..’


Malam hari Allah tutupi kemaksiatanya, pagi harinya dia singkap tabir Allah yang menutupi maksiatnya. (HR. Bukhari 6069 & Muslim 7676)


Karena itulah, islam menganjurkan agar setiap muslim berusaha menutupi dan merahasiakan aib saudarannya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ


Siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. (HR. Bukhari 2442, Muslim 7028, dan yang lainnya).


Islam juga memberikan ancaman keras, bagi orang yang suka mencari-cari aib orang lain. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah naik mimbar dan bersabda,


مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِى جَوْفِ رَحْلِهِ


Siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang Allah cari aibnya, akan Allah permalukan meskipun dia berada di dalam rumahnya. (HR. Turmudzi 2164 dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani).


Islam tidak pernah mengajarkan tradisi buka-bukaan. Islam juga tidak menganjurkan agar calon pasangan suami istri untuk saling menceritakan masa lalunya. Yang akan menghisab amal istri bukan suami, demikian pula istri tidak bisa menghisab amal yang pernah dikerjakan suaminya.


Tidak Manfaat!


Apa manfaatnya masing-masing harus menceritakan dengan jujur masa silamnya setelah menikah?


Jika suami tidak terima dengan perbuatan buruk yang pernah dilakukan istrinya di masa silam, akankah suami akan memberikan pahala bagi amal baik istrinya di masa silam?. Jika orang mau adil, seharusnya ini seimbang.


Sebaliknya, jika istri tidak terima dengan perbuatan buruk yang pernah dilakukan suaminya, akankah dia akan memberikan pahala untuk amal soleh yang dilakuka suaminya?


Masa silam sudah berlalu. Baik suami istri jujur maupun bungkam tidak menceritakan, kejadian itu takkan bisa dihapus. Justru cerita yang anda dengar, akan menyayat hati anda sebagai pasangannya.


Masa Silam, Pertimbangan Sebelum Menikah


Benar, masa silam bisa dijadikan pertimbangan sebelum para calon ini naik ke pelaminan. Dengan ini, masing-masing bisa menentukan langkah, lanjutkan atau lupakan.


Pertama, Jika calon suami bersedia menerima calon istri dengan semua latar belakangnya, dan masing-masing menunjukkan perubahan untuk menjadi baik, bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Tugas dia selanjutnya, lupakan masa silam masing-masing, dan jangan lagi diungkit.


Kedua, Jika calon suami masih keberatan menerima latar belakang calon istrinya, atau selalu dibayang-bayangi kesedihan, atau kepercayaan kepada calon istri belum bisa tertanam, sangat disarankan agar tidak dilanjutkan, dari pada kebahagiaan keluarga harus tersandra dengan kecurigaan.


Allahu a’lam.

6 Tanda Shalat Kita Diterima Allah Ta'ala, Nomor 6 Jarang Yang Menyadari



SHOLAT lima waktu menjadi salah satu perintah wajib Allah Subhanahu wa ta'ala bagi seluruh Muslim. Sholat juga menjadi ibadah utama bagi, para pemeluk agama Islam untuk terhubung dengan Allah Azza wa Jalla.


Dalam ajaran agama Islam, sholat merupakan tiang agama, sekaligus dapat menjadi benteng untuk menjaga diri dari perbuatan keji dan munkar. Lantas, bagaimana tanda-tanda Allah Subhanahu wa ta'ala menerima sholatmu?


Memang setiap amalan, termasuk ibadah sholat, menjadi urusan setiap Muslim dengan Allah Subhanahu wa ta'ala. Namun, ada tanda-tanda ketika Allah Ta'ala menerima sholat yang telah dilakukan hamba-Nya.


Apa saja? Berikut 6 tanda Allah Subhanahu wa ta'ala menerima sholatmu, seperti dirangkum dari kanal YouTube Belajar Islam, Selasa (14/12/2021).


1. Tawadhu


Sholat yang diterima adalah sholat yang khusyuk, penuh menjiwai, mempunyai rasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, dan merendahkan diri di hadapan-Nya.


Orang yang sholatnya khusyuk memiliki sikap selalu tawadhu. Alhasil, orang-orang yang sholatnya diterima oleh Allah Subhanahu wa ta'ala adalah orang-orang yang rendah diri terhadap sesama, tidak sombong dan selalu mengagungkan kebesaran-Nya.


2. Tidak sombong kepada makhluk Allah Ta'ala


Sikap tawadhu dalam sholat melahirkan jiwa yang rendah hati, sehingga dalam pergaulannya dia tidak sombong kepada sesama manusia. Kekuasaan, kekayaan, dan ilmu pengetahuan tidak membuatnya tinggi diri.


Hal ini juga tertuang dalam sebuah hadis qudsi yang berbunyi: "Sesungguhnya Aku (Allah) hanya akan menerima sholat dari hamba yang dengan sholatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong kepada makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangi maksiat kepada-Ku. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan muliakan salat hamba itu dengan kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya.


3. Tidak mengulang maksiat


Seperti disebutkan dalam hadis sebelumnya bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala menerima sholat orang-orang yang tidak mengulangi maksiat. Sebab, barang siapa sholatnya tidak membuatnya menjauhi kekejian dan kemunkaran, maka ibadahnya itu akan membuatnya tambah jauh dari Allah Ta'ala.


4. Mampu mengontrol hawa nafsu


Orang-orang yang sholatnya diterima Allah Subhanahu wa ta'ala biasanya mampu dalam mengendalikan hawa nafsu. Sebab dalam sebuah hadis juga dituliskan bahwa barang siapa yang sholatnya tidak mencegah dari kejelekan dan kemunkaran, maka sholatnya hanya akan menjauhkan dirinya dari Allah Subhanahu wa ta'ala.


5. Selalu berzikir dan mengingat Allah Ta'ala


Orang-orang yang sholatnya diterima Allah Subhanahu wa ta'ala akan selalu mengingat-Nya kapan pun. Oleh karena itu, dia akan selalu berzikir. Tidak hanya saat selesai sholat, tetapi juga di siang hari, malam hari, bahkan ketika urusan dunianya sangat sibuk, lidahnya tidak akan kering dari menyebut nama Allah Ta'ala.


6. Menyayangi orang miskin


Tanda atau ciri lainnya adalah, selain sholat, mereka juga mencintai sesama mahkluk Allah Subhanahu wa ta'ala. Mereka tidak hanya menjaga hubungannya dengan Allah Ta'ala, tetapi juga dengan sesama manusia, terutama orang-orang miskin.


Mereka memikirkan penderitaan sesama dan rela menyisihkan waktu dan rezekinya untuk membahagiakan orang lain, termasuk orang-orang tidak mampu.


Wallahu a'lam bishawab


Orang Yang Tidak Berpegang Pada Sunnah Itu Kafir?



Semoga Allah melimpahkan kebaikan kepadamu wahai Syaikh. Berilah pemahaman kepada kami wahai Syaikh, apakah orang yang tidak berada di atas sunnah Nabi itu bukan Muslim? Apakah ini juga bisa diterapkan pada setiap penyelisihan terhadap sunnah dan tiap masalah?


Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah menjawab:


Aku tidak pernah mengatakan demikian. Aku tidak pernah mengatakan bahwa setiap yang menyelisihi sunnah itu bukan Muslim. Yang aku katakan, penyelisihan terhadap sunnah itu bermacam-macam, dan kekafiran itu pun bermacam-macam. Diantaranya jika seseorang menyelisihi suatu hal dalam aqidah yang benar, semisal ia berbuat syirik terhadap Allah atau berdoa kepada selain Allah atau menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah, ini bukanlah seorang Muslim. Adapun jika ia menyelisihi sunnah dalam perkara-perkara yang hukumnya mustahab (dianjurkan) atau hukumnya wajib, berarti ia menyimpang, namun tidak kafir. Penyimpangannya itu sesuai kadar bid’ah yang ia lakukan dan ia mendapatkan ancaman dosa karenanya.


Hal ini tidak disikapi secara mutlak, melainkan ada rinciannya. Na’am. Oleh karena itulah seorang muslim hendaknya giat menuntut ilmu. Karena terkadang seseorang berdalil dengan nash secara zhahirnya lalu mengkafirkan orang lain. Namun ia tidak rujuk kepada ulama, serta tidak merujuk pada dalil-dalil lain yang menjelaskan nash tersebut. Ia akhirnya mengkafirkan orang lain karena tidak paham dan tidak mengerti.

Selasa, 21 Desember 2021

Penting! Ini Hukum Laki-laki Sholat di Rumah

 


Umroh.com – Bagi setiap muslim, sholat lima waktu merupakan suatu kewajiban yang harus dipatuhi, karena itu merupakan pokok tiang agama dan diperintahkan langsung oleh Allah SWT, agar hambyaNya selalu berdoa dan bersujud kepada Allah SWT. Berikut akan dijelaskan hukum laki-laki sholat di rumah yang jarang diketahui. Apa hukumnya?


Pengertian sholat


Umroh.com merangkum, sholat berasal dari Bahasa Arab yang artinya ‘doa’sedangkan menurut istilah sholat adalah suatu ibadah yang sangat mulia dan dimulai dengan membaca takbiratul ikhram dan diakhirinya dengan mengucapkan salam tentunya dengan syarat-sayarat dan ketentuan yang sudah diajarkan oleh Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.


Dalam sholat segala perkataan dan perbuatan yang termasuk rukun sholat didalamnya, maka mempunyai arti dan makna tertentu yang bertujuan untuk mendekatkan hamba dengan PenciptaNya dengan sholat pula maka iman orang tersebut akan menjadi bertambah dan akan semakin takut dengan melakukan segala aktivitas yang tidak disukai oleh Allah SWT.


Hukum sholat berjamaah


Sholat berjamaah sangat dianjurkan di dalam Islam. Dalil anjuran tersebut bisa berasal dari perkataan Rasulullah SAW itu sendiri maupun perbuatan yang diterapkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadits riwayat al-Bukhari dan muslim, Rasulullah SAW bersabda, “sholat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibandingkan sholat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Ulama juga ada yang berbeda pendapat mengenai hukum sholat berjamaah : ada yang berpendapat bahwa sholat berjamaah merupakan fardhu kifayah, pendapat ini paling kuat dan diantara ulama yang mengikuti pendapat ini adalah imam al-Nawawi. Sementara Imam al-Rafi’I mengatakan bahwa sholat berjamaah merupakan sunnah muakkad.


Berikut rincian sholat berjamaah menjadi tujuh hukum yang ditulis oleh Hasan bin Ahmad Al-Kaf:


Sholat berjamaah fa’rdhu a’ain, wajib hukumnya dilakukan dan khusus pada hari Jumat bagi setiap kaum laki-laki. Jika sholat jumat tidak dikerjakan secara berjamaah, maka hukumnya tidak sah.


Sholat berjamaah fardhu kifayah dalam konteks sholat wajib lima waktu bagi orang yang mampu melaksanakannya dan menetap. Fardhu kifayah berati kewajiban kolektif. Kalau sudah ada sebagian masyarakat yang mengerjakannya, kewajiban masyarakat lainnya sudah gugur. Sebaliknya, kalau tidak ada yang mengerjakannya, seluruh masyarakat kampung bisa berdosa.


Sholat berjamaah disunnahkan pada sholat sunnah yang disyariatkan berjamaah, seperti sholat dua hari raya: idul fitri dan idul adha, dan sholat istisqa.


Sholat berjamaah dianggap mubah pada sholat sunnah yang tidak disyariatkan berjamaah, seperti sholat dhuha dan rawatib.


Sholat berjamaah dianggap khilaful ula bila yang menjadi imam dengan niat sholat ada’, sementara makmumnya niat qadha’, ataupun sebaliknya.


Sholat berjamaah makruh bila yang menjadi imam orang fasik.


Sholat berjamaah dihukumi haram, meskipun sholatnya tetap sah, bila dilaksanakan di area ghosob, atau sholat di atas tanah hasil rampasan atau diperoleh dari cara yang tidak halal.


Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!


Hukum laki-laki sholat di rumah


Bagi para kaum laki-laki, banyak sekali sebuah pertanyaan yang membahas mengenai bagaimana hukum laki-laki yang sholat di rumah? Rasulullah SAW bersabda “barangsiapa yang mendengar adzan namun ia tidak memenuhi panggilan tersebut (tidak datang ke Masjid), maka tidak ada sholat baginya kecuali udzur.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslin dan lainnya bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada seseorang yang buta “ apakah anda mendengar hayya ‘alas shalah hayya ‘alal falah? Lalu ia menjawab “iya saya dengar” nabi bersabda “Jika demikian maka penuhilah panggilan itu, karena saya tidak menemukan adanya rukhshah bagimu.”


Melancarkan rezeki Anda, yuk pilih paket umroh terbaik cuma di Umroh.com!


Para kaum laki-laki sangat dianjurkan untuk sholat di Masjid, karena jika dia tidak melakukan sholat berjamaah di masjid tanpa udzur syar’I, maka dia termasuk ke dalam golongan yang melanggar syariat agama, yaitu melalaikan sholat berjamaah. Bukan hanya melanggar tetapi meninggalkan salah satu amalaan yang wajib yaitu sholat berjamaah di Masjid. Padahal dengan sholat berjamaah di Masjid, maka dia akan mendapatkan amalan yang amat besar pahalanya. Kaum laki-laki yang tidak sholat berjamaah di Masjid, maka secara perlahan-lahan mulai meninggalkan syariat Islam, untuk meninggalkan sholat berjamaah tentu tidak perlu banyak alasan bahwa dia tidak bisa melakukannya, dengan berbagai alasan apapun, maka sholat berjamaah di Masjid wajib hukumny bagi kaum laki-laki


Perkembangan zaman seperti ini, tentu sangatlah mudah mencari Masjid yang berada disekitar kita, tentu hal itu lah yang seharusnya menjadikan semangat dalam sholat berjamaah di Masjid, maka Masjid akan tetap memiliki fungsinya karena dapat digunakan untuk sholat berjamaah bagi kaum pria dan tidak membiarkan Masjid kosong dan tidak digunakan pada waktu sholat tiba, dengan banyaknya jamaah yang sholat di Masjid maka akan semakin berkembangnya agama Islam dan semakin banyak pula majelis-majelis yang diadakan di dalam Masjid.


Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!


Oleh karena itu, meninggalkan sholat berjamaah tanpa udzur syar’I itu berdosa bahkan termasuk ke dalam salah satu dosa besar.