Senin, 31 Mei 2021

3 Keutamaan Sholat Jumat



 Dinamakan Sholat Jumat karena sholat ini dikerjakan pada hari Jumat, hari yang paling agung dalam sepekan disebabkan banyak keutamaan di hari itu. 


Berbeda dengan sholat fardhu lainnya, pada sholat ini ada khutbah dengan beragam keistimewaan dan keutamaan.


Sholat jumat memiliki tiga keutamaan yang harus diketahui. 


#Pertama, 

Sholat jumat sebagai penghapus dosa.

    Ia bisa menjadi penghapus dosa di antara dua jumat. 


الصَّلاَةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ


“Sholat lima waktu dan Jumat yang satu ke Jumat yang berikutnya dapat menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan dosa besar.” 

(HR. Muslim).


#Kedua, 

0Sholat jumat memiliki nilai pahala yang besar, yakni setara dengan pahala qurban yang disesuaikan dengan waktu kedatangannya di masjid.


مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ


“Barangsiapa mandi pada hari Jumat sebagaimana mandi jinabat, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berqurban dengan seekor unta.

 

Barangsiapa yang datang pada saat kedua maka dia seolah berqurban dengan seekor sapi. 


Barangsiapa yang datang pada saat ketiga maka dia seolah berqurban dengan seekor kambing yang bertanduk. 


Barangsiapa yang datang pada saat keempat maka dia seolah berqurban dengan seekor ayam. 


Dan barangsiapa yang datang pada sat kelima maka dia seolah berqurban dengan sebutir telur. 


Dan apabila imam sudah keluar (menyampaikan khutbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” 

(HR. Bukhari dan Muslim).


#Ketiga, 

Ibadah sholat jumat yang sempurna dengan diawali mandi maka setiap langkahnya senilai sholat selama satu tahun.


مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ ، وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ ، وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا


“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat lalu ia bergegas pergi (ke masjid), mendapati khutbah mendengar dan memperhatikan, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa dan sholat setahun.” 

(HR. Tirmidzi; shahih).

Tak Sempat Sholat Tahiyatul Masjid Saat ke Masjid, Ganti Saja dengan Zikir Ini



Membaca zikir ini sebanyak empat kali, insya Allah dapat menggantikan kesunahan Sholat Tahiyatul Masjid.

Dream - Sebagai rumah ibadah, masjid tentu memiliki kedudukan istimewa bagi umat Islam. Terdapat perlakuan istimewa dari umat Islam saat hendak masuk, berada di dalam, atau ketika keluar dari masjid.


Adab berada di dalam masjid yang sudah kita ketahui seperti harus lepas alas kaki, tidak boleh makan atau tidur di dalam ruang utama masjid, tidak boleh ada kotoran, dan lain sebagainya. Itu perlakuan secara fisik.


Ada pula perlakukan secara rohani yang tentunya demi meraih keberkahan di dalam masjid. Bisa dengan zikir, membaca Alquran, dan amaliyah ibadah lainnya.


Salah satu amalan yang sangat dianjurkan setiap kali masuk masjid adalah sholat dua rakaat Tahiyatul Masjid. Sholat ini disunahkan sebagai penghormatan akan keberadaan masjid dan fungsi sebagai rumah ibadah.


Sayangnya, kadang kita tidak punya cukup waktu sehingga tak bisa menjalankan sholat sunah ini. Untuk menggantinya, dianjurkan membaca zikir ini sebanyak empat kali.


Amalan ini dianjurkan oleh Imam Malik. Imam Abu Hanifah, dan Imam Syafi'i. Sedangkan ketentuannya termaktub pada Kitab Al Fiqh 'Ala Madzahib Al Arba'ah.


2 dari 6 halaman


Zikir Pengganti Sholat Tahiyatul Masjid


Subhanallah walhamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar wa la khawla wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim.


Artinya,


"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali karena Allah."


3 dari 6 halaman


Selalu Lantunkan Lafal Zikir Penghapus Dosa Ringan

Dream - Setiap perbuatan pasti ada ganjarannya. Baik itu pahala maupun dosa. Kadarnya bergantung pada seberapa berat bobot perbuatan yang terjadi.


Semakin kecil kebaikan atau keburukan, maka semakin ringan pahala dan dosanya. Meski begitu, kita tetap harus waspada khususnya pada dosa. Sebab dosa dapat menghapus catatan amal berpahala kita.


Termasuk ketika kita melakukan dosa yang tergolong ringan. Pasalnya, dosa ringan yang menumpuk bisa mengurangi pahala kita.


Dianjurkan untuk selalu bertobat agar dosa-dosa ringan kita bisa terhapus. Caranya dengan merutinkan berzikir dengan lafal ini.


4 dari 6 halaman


Zikir Penghapus Dosa


La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu, lahul mulku wa lahul khamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qodir.


Artinya,


"Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatunya." (mut)


5 dari 6 halaman


Zikir Jelang Subuh Agar Diberi Kekayaan dan Jadwal Imsak 10 Mei 2021

Dream - Menjadi orang kaya mungkin menyenangkan. Dengan banyak harta, kita bisa nyaman menjalani hidup. Harta memang dapat memudahkan segala keperluan kita. Ingin makan, tinggal pilih menu.


Ingin punya sesuatu, tinggal beli. Butuh jasa, tinggal bayar.


Tapi yang paling utama, harta harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan harta yang melimpah, tentu bukanlah masalah bagi kita untuk berbagi lewat sedekah dan sebagainya.


Memang, kondisi setiap orang berbeda antara satu dengan lainnya. Tetapi, ingin kaya tentu jadi harapan semua orang.


Agar hal itu terwujud, dianjurkan memperbanyak zikir ini di sela waktu antara sholat sunah qabliyah dan sholat Subuh.


6 dari 6 halaman


Zikir Diberi Kekayaan


Subhanallahil adhim wa bihamdihi, subhana man yamunnu wa la yumannu 'alaih, subhana man yujiru wala yujaru 'alaih, subhana man yubrou minal hauli wal quwwati ilaih, subhana man at-tasbihu minnatun minhu 'ala man i'tamada 'alaih, subhana man yusabbihu kullu syaiin bihamdih, subhanaka la ilaha illaa anta, ya man yusabbihu lahul jami'u, tadarakni bi 'afwika fa inni jazu'un.


Artinya,


"Maha Suci Allah Yang Maha Agung dan bagi-Nya segla puji, Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Memberi dan tidak diberi, Maha Suci Allah Dzat Yang menolong dan tidak ditolong, Maha Suci Allah Dzat Yang tidak daya upaya dan kekuatan hanya dari-Nya, Maha Suci Allah Dzat Yang mana tasbih merupakan pemberian dari-Nya kepada orang yang selalu berpegang kepada-Nya, Maha Suci Allah Dzat Yang mana segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya, Maha Suci Engkau yang mana tiada Tuhan selain Engkau, wahai Dzat Yang mana segala sesuatu bertasbih kepada-Nya, selamatkanah aku dengan maaf-Mu, sebab aku adalah makhluk yang sering berkeluh-kesah."

Jumat, 28 Mei 2021

16 SYAWAL 1442. #JUM_AT 28 MEI 2021

ANCAMAN UNTUK ORANG YANG SUKA TERLAMBAT MENGHADIRI KHUTBAH DAN SHOLAT JUM’AT 16 SYAWAL 1442. #JUM_AT 28 MEI 2021

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

احْضُرُوا الذِّكْرَ وَادْنُوا مِنَ الإِمَامِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لاَ يَزَالُ يَتَبَاعَدُ حَتَّى يُؤَخَّرَ فِى الْجَنَّةِ وَإِنْ دَخَلَهَا


“Hadirilah khutbah dan mendekatlah kepada imam, karena sesungguhnya ada orang yang senantiasa menjauh sampai ia diakhirkan di surga meski ia memasukinya.” [HR. Abu Daud dari Samuroh bin Jundub radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 365]


#Beberapa_Pelajaran:


1) Celaan terhadap orang-orang yang tidak bersegera untuk menghadiri khutbah dan sholat Jum’at. Abu Ath-Thayyib rahimahullah berkata,


وَفِيهِ تَوْهِين أَمْر الْمُتَأَخِّرِينَ وَتَسْفِيه رَأْيهمْ حَيْثُ وَضَعُوا أَنْفُسهمْ مِنْ أَعَالِي الْأُمُور إِلَى أَسَافِلهَا


 “Dalam hadits ini terdapat perendahan terhadap perbuatan orang-orang yang suka terlambat dan celaan terhadap kebodohan mereka karena telah menurunkan diri-diri mereka sendiri dari amalan yang tinggi kepada yang amalan yang rendah.” [‘Aunul Ma’bud, 3/457]


2) Melambatkan diri dalam menghadiri khutbah dan sholat Jum’at adalah sebab diakhirkannya seseorang untuk masuk surga, bisa juga bermakna derajatnya di surga diturunkan.


3) Perintah bersegera menghadiri khutbah sebelum khatib naik mimbar.


4) Pentingnya mendengarkan khutbah, menyimak dan memahaminya dengan baik (apabila khutbahnya berdasarkan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sesuai dengan pemahaman Salaf), jangan tidur dan jangan berbuat sia-sia. Inilah maksud perintah mendekati imam.


5) Keutamaan sholat Jum’at di shaf pertama. Ini juga maksud perintah mendekati imam.


✏Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah


Semoga bermanfaat. Mohon ta’awun menyebarkan dakwah tauhid dan sunnah ini. Semoga menjadi sebab hidayah dan pemberat timbangan kebaikan kita di Hari Kiamat, insya Allah ta’ala.


Jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.

Rabu, 26 Mei 2021

Perbedaan Wirid dan Dzikir yang Wajib Diketahui, Terdapat Tata Cara dan Waktu yang Harus Diperhatikan

MANTRA SUKABUMI - Wirid dan Dzikir sering diartikan sama oleh sebagian muslim, padahal dari keduanya memiliki perbedaan satu sama lain.


Wirid dan Dzikir yang sering di dengar atau diamalkan bacaannya akan sama, seperti memuji ke Esaan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Namun, antara Wirid dan Dzikir memiliki tata cara dan waktu yang harus diperhatikan, agar amalan jadi sempurna.

Dilansir mantrasukabumi.com dari laman Dakwah Islam pada Senin 17 Mei 2021, berikut ini perbedaan Wirid dan Dzikir yang perlu diketahui.

Dzikir, dalam bahasa arab berarti "mengingat" sedangkan makna Dzikir dalam Al-Qur’an diartikan sebagai "mengingat Allah SWT". Sebagaimana firman Allah SWT.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al Ahzab: 41)

Halaman:

Editor: Robi Maulana

Di dalam Al-Qur’an tidak disebutkan kapan waktu khusus untuk berdzikir (mengingat) Allah SWT.

Akan tetapi yang sering adalah perintah untuk berdzikir (mengingat) Allah, kapanpun, tidak bergantung pada waktu.

Dan perlu diingat bahwasanya Dzikir yang benar adalah yang dilandasi keikhlasan niat dan dikerjakan dengan mengikuti Sunnah.

Sedangkan kata wirid sebenarnya adalah berasal dari bahasa Melayu yang berarti mengulang.

Awal mula pemakaian kata wirid, adalah pada saat penyebaran agama islam di Nusantara.

Selepas menunaikan ibadah sholat, umat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan wirid yang secara bahasa memiliki arti kata menyebut nama Allah SWT. Wirid merupakan amalan sholeh yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW.

Wirid digunakan sebagai kata untuk menjelaskan tata cara pembacaan kalimat thayyibah yang dilakukan secara berulang-ulang, di waktu-waktu tertentu, dengan tujuan tertentu (hajat).

Wirid memiliki jenis bacaan yang sudah ditentukan bahkan untuk tanda baca panjang pendeknya.

Oleh sebab itu Wirid membutuhkan alat bantu seperti tasbih, buku, dan amalan tertentu.

Selain itu, Wirid juga biasanya dibaca sesudah melaksanakan shalat untuk menyempurnakan amal ibadah umat Muslim.

Hal ini masih bisa dilihat pada para pelaku tarekat yang membaca kalimat-kalimat Allah tertentu (contohnya: Laa ilaaha illallaah).

Bisa disimpulkan, bahwa sebenarnya perbedaan antara kata Dzikir dan Wirid hanya pada waktu dan tujuannya serta di antara keduanya terletak pada segi ketentuan penyebutan dan pengucapan.

Dzikir dilakukan kapan saja dan bertujuan murni untuk mengingat Allah. Sedangkan Wirid diartikan sebagai ritual mengucapkan kalimat Allah di waktu-waktu tertentu dengan tujuan tertentu

14 SYAWAL 1442. #RABU 26 MEI 2021

Selasa, 25 Mei 2021

Shalat Jama’ah 5 Waktu, Wajib Ataukah Sunnah?



Saat ini kita lihat di mana masjid-masjid kaum muslimin tampak megah dan indah dengan berbagai hiasan dan aksesoris di dalamnya. Namun sangat-sangat disayangkan masjid-masjid tersebut sering kosong dari jama’ah. Ini sungguh sangat mengherankan, kita kadang melihat masjid yang megah dan besar hanya dipenuhi satu shaf padahal jumlah kaum muslimin di sekitar masjid itu amat banyak. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk dijelaskan kepada saudara-saudara kita ini mengenai hukum shalat jama’ah.


Diakui bahwa dalam hal ini terdapat perselisihan dikalangan para pakar fiqih apakah shalat jama’ah itu fardhu ’ain (wajib bagi setiap muslim), sunnah, atau fardhu kifayah (jika sebagian sudah menunaikannya maka gugur kewajiban yang lain). Namun kami tegaskan bahwa dalam setiap masalah perselisihan agama yang ada hendaklah kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah telah berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا


”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’ [4] : 59). Itulah yang seharusnya dilakukan seorang muslim.


Dalil dari Al Qur’an


Allah Ta’ala menceritakan dalam firman-Nya mengenai shalat khouf (shalat dalam keadaan perang),


وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ


”Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka’at) , maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, shalatlah mereka denganmu.” (QS. An Nisa’ [4] : 102)


Dari ayat ini, Ibnul Qoyyim menjelaskan mengenai wajibnya shalat jama’ah:


”Allah memerintahkan untuk shalat dalam jama’ah [dan hukum asal perintah adalah wajib[1] yaitu Allah berfirman: (فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ), ”perintahkan segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu”]. Kemudian Allah mengulangi perintah-Nya lagi [dalam ayat (وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ), ”dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat,perintahkan mereka shalat bersamamu”]


Ini merupakan dalil bahwa shalat jama’ah hukumnya adalah fardhu ’ain karena dalam ayat ini Allah tidak menggugurkan perintah-Nya pada pasukan kedua setelah dilakukan oleh kelompok pertama. Dan seandainya shalat jama’ah itu sunnah, maka shalat ini tentu gugur karena ada udzur yaitu dalam keadaan takut. Seandainya pula shalat jama’ah itu fardhu kifayah maka sudah cukup dilakukan oleh kelompok pertama tadi. Maka dalam ayat ini, tegaslah bahwa shalat jama’ah hukumnya adalah fardhu ’ain dilihat dari tiga sisi: [1] Allah memerintahkan kepada kelompok pertama, [2] Selanjutnya diperintahkan pula pada kelompok kedua, [3] Tidak diberi keringanan untuk meninggalkannya meskipun dalam keadaan takut.”[2]


Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,


يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ (42) خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ (43)


“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera .” (QS. Al Qalam [68]: 42-43)


Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menghukumi orang-orang tersebut pada hari kiamat. Mereka tatkala itu tidak bisa sujud karena ketika di dunia mereka diajak untuk bersujud (yaitu shalat jama’ah), mereka pun enggan. Jika memang seperti ini, maka ini menunjukkan bahwa memenuhi panggilan adzan adalah dengan mendatangi masjid yaitu dengan melaksanakan shalat jama’ah, bukan hanya melaksanakan shalat di rumah atau cuma shalat sendirian. Yang dimaksud dengan memenuhi panggilan adzan (dengan menghadiri shalat jama’ah di masjid), inilah yang ditafsirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits mengenai orang buta yang akan kami sebutkan nanti. [3]


Dalil dari As Sunnah


Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam memperingatkan keras pria yang meninggalkan shalat jama’ah yaitu ingin membakar rumah mereka. Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa shalat jama’ah adalah wajib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


والذي نفسي بيده لقد هممت أن آمر بحطب فيحطب ثم آمر بالصلاة فيؤذن لها ثم آمر رجلا فيؤم الناس ثم أخالف إلى رجال فأحرق عليهم بيوتهم


”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan shalat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka”. [4]


Diriwayatkan dari Abu Hurairah, seorang lelaki buta datang kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata,


يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِى قَائِدٌ يَقُودُنِى إِلَى الْمَسْجِدِ. فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّىَ فِى بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ « هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ». فَقَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَأَجِبْ ».


”Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rasulullah untuk tidak shalat berjama’ah dan agar diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian Rasulullah memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu hendak beranjak, Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya,“Apakah kamu mendengar adzan?” Ia menjawab,”Ya”. Rasulullah bersabda,”Penuhilah seruan (adzan) itu.” [5]


Orang buta ini tidak dibolehkan shalat di rumah apabila dia mendengar adzan. Hal ini menunjukkan bahwa memenuhi panggilan adzan adalah dengan menghadiri shalat jama’ah. Hal ini ditegaskan kembali dalam hadits Ibnu Ummi Maktum. Dia berkata:


يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ الْمَدِينَةَ كَثِيرَةُ الْهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَسْمَعُ حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ فَحَىَّ هَلاَ ».


“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan tersebut”.” [6]


Lihatlah laki-laki tersebut memiliki beberapa udzur: [1] dia adalah seorang yang buta, [2] dia tidak punya teman sebagai penunjuk jalan untuk menemani, [3] banyak sekali tanaman, dan [4] banyak binatang buas. Namun karena dia mendengar adzan, dia tetap diwajibkan menghadiri shalat jama’ah. Walaupun punya berbagai macam udzur semacam ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerintahkan dia untuk memenuhi panggilan adzan yaitu melaksanakan shalat jama’ah di masjid. Bagaimana dengan orang yang dalam keadaan tidak ada udzur sama sekali, masih diberi kenikmatan penglihatan dan sebagainya?!


Kesimpulan


Shalat jama’ah adalah wajib (fardhu ‘ain) sebagaimana hal ini adalah pendapat ‘Atho’ bin Abi Robbah, Al Hasan Al Bashri, Abu ‘Amr Al Awza’i, Abu Tsaur, Al Imam Ahmad (yang nampak dari pendapatnya) dan pendapat Imam Asy Syafi’i dalam Mukhtashor Al Muzanniy. Imam Asy Syafi’i mengatakan:


وأما الجماعة فلا ارخص في تركها إلا من عذر


“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” [7] Pendapat Imam Asy Syafi’i ini sangat berbeda dengan ulama-ulama Syafi’iyah.


Menurut Hanafiyyah –yang benar dari pendapat mereka- dan ini juga adalah pendapat mayoritas Malikiyah, juga pendapat Syafi’iyah bahwa shalat jama’ah 5 waktu adalah sunnah mu’akkad. Namun sunnah mu’akkad menurut Hanafiyyah adalah hampir mirip dengan wajib yaitu nantinya akan mendapat dosa. Dan ada sebagian mereka (Hanafiyyah) yang menegaskan bahwa hukum shalat jama’ah adalah wajib.


Lalu pendapat yang paling kuat dari Syaf’iyah, shalat jama’ah 5 waktu adalah fardhu kifayah. Pendapat ini juga adalah pendapat sebagian ulama Hanafiyah semacam Al Karkhiy dan Ath Thohawiy.


Namun sebagian Malikiyah, mereka memberi rincian. Shalat jama’ah menurut mereka adalah fardhu kifayah bagi suatu negeri. Jika di negeri tersebut tidak ada yang melaksanakan shalat jama’ah, maka mereka harus diperangi. Namun menurut mereka, hukum shalat jama’ah 5 waktu adalah sunnah di setiap masjid yang ada dan merupakan keutamaan bagi para pria.


Namun menurut Hanabilah, juga salah satu pendapat Hanafiyyah dan Syafi’iyyah bahwa shalat jama’ah adalah wajib, namun bukan syarat sah shalat.[8]


Itulah perselisihan ulama yang ada. Ada yang mengatakan shalat jama’ah 5 waktu adalah fardhu ‘ain, ada pula yang mengatakan fardhu kifayah, dan ada pula yang mengatakan sunnah mu’akkad. Namun, agar lebih-lebih hati-hati dan tidak sampai terjerumus dalam dosa, maka pendapat yang lebih tepat kita pilih sebagaimana dalil-dalil yang telah diutarakan di atas: shalat jama’ah 5 waktu adalah wajib, fardhu ‘ain.


Demikianlah penjelasan singkat mengenai hukum shalat berjama’ah di masjid dari Al Qur’an dan As Sunnah. Kami tegaskan bahwa untuk wanita, tidak diwajibkan bagi mereka untuk shalat jama’ah di masjid berdasarkan kesepakatan (ijma’) para ulama. [9]


Ya Allah dengan izin-Mu, berilah kami petunjuk kepada kebenaran atas semua perkara yang dipersilisihkan. Amin Ya Mujibbas Sa’ilin. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Awal shalat Subuh di Palu 13 SYAWAL 1442. #SELASA 25 MEI 2021

Keutamaan Membaca Al Quran Setiap Hari, Termasuk Mendapat Kesembuhan dari Penyakit



KABAR LUMAJANG - Setelah bulan suci Ramadhan berakhir, bukan berati amalan dalam membaca Al Quran ditinggalkan.


Justru dengan kegiatan bulan Ramadhan kemarin, kita dapat berlatih untuk selalu membaca Al Quran disetiap harinya meskipun hanya beberapa ayat saja.


Kegiatan membaca Al Quran serta memahami isi kandungannya serta dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, akan memberi banyak manfaat dan keutamaan dalam kehidupan.


Apa saja keutamaan membaca Al Quran setiap hari? KabarLumajang.com akan menjelaskannya berdasar saduran dari postingan YouTube Griya Twinza pada tanggal 14 Desember 2018 lalu dari sebuah video yang berjudul 12 Keutamaan Membaca Al Qur’an Setiap Hari.


Berikut adalah 12 keutamaan membaca Al Quran setiap hari, yaitu:


1. Menjadi manusia terbaik


Nabi Muhammad SAW bersabda.


"Sebaik-baik kalian adalah yang membaca Al Qur'an dan mengamalkannya" (HR. Bukhari).


Dalam hal ini, tentu kita ingin menjadi manusia yang terbaik dan mampu mengamalkan semua hal yang terdapat dalam Al Qur'an, sebab merupakan petunjuk bagi kehidupan umat manusia.


2. Mendapatkan pahala berlipat ganda


Rasulullah SAW bersabda,


"Siapa saja membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya" (HR. Tirmidzi).


3. Mendapat kebersamaan hidup bersama.para malaikat yang maha suci dan mulia


Nabi Muhammad SAW bersabda,


"Perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedang ia hafal, dengannya bersama malaikat yang maha suci dan mulia. Sedang perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala" (Mutaffaqun :alaih).


4. Orangtuanya dipakaikan mahkota cahaya kelak di hari akhirat


"Siapa saja membaca Al Qur'an, mempelajarinya dan mengamalakannya, maka dipakaikan kepada kedua orangtuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya dan sinarnya bagaikan sinar matahari. Dan dikenakan pada kedua orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia....". (HR. Hakim)


5. Mendapat syafaat di akhirat


Nabi Muhammad SAW bersabda,"Bacalah Al Qur'an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada para ahlinya" (HR. Muslim).


6. Dibanggakan oleh Allah di depan makhluk lainnya


Sabda Nabi Muhammad SAW,


"Tidak berkumoul suatu kaum di salah satu rumah Allah SWT, sedang mereka membaca kitabNya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi Rahmat, diliputi oleh para malaikat dan disanjung oleh Allah dihadapan para makhluk dan disisiNya," (HR. Abu Dawud)


7. Mendapatkan ketentraman hati dan curahan rahmat


Seperti yang disebutkan pada hadist nomor 6 diatas, orang-orang yang membaca dan mengkaji kitab-Nya akan dilimpahi ketenangan dan curahan rahmat. Tenang dan tentramnya hati merupakan rahmat yang tak terkira di zaman yang serba panas dengan dunia seperti saat ini. Biarlah orang lain bergelut dengan kesibukan dunia yang membuat hati dan pikiran stress. Sedangkan para pembaca dan pengamal Al-Qur'an, hatinya akan selalu diliputi ketentraman.


8. Mendapat kesembuhan dari penyakit


Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:"Hendaknya kamu menggunakan kedua obat-obatan; Madu dan Al-Qur'an." (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas'ud)


9. Memperoleh kedudukan yang tinggi dalam surga


Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam bersabda,dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an:


"Bacalah (Al-Qur'an) naiklah (pada derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukan derajatmu sehingga kadar akhir hayat yang engkau baca." (HR. Ahmad)


10. Orang yang membaca Al-Qur'an seperti orang yang bersedekah


Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam bersabda,"Orang yang membaca Al-Qur'an terang-terangan seperti orang yang bersedekah terang-terangan. Orang yang membaca Al-Qur'an secara tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara tersembunyi." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa'i).


11. Dikeluarkan dari kegelapan


Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam bersabda,


"Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al-Qur'an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh." (HR. Baihaqi).


12. Menjadi bagian dari keluarga Allah


Sabda Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wasallam,


"Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. Beliau Shalallahu'Alaihi Wasallam ditanya: 'Siapa mereka wahai Rasulullah?'


Beliau Shalallahu'Alaihi Wasallam menjawab: 'Mereka adalah Ahlul Qur'an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).


Itulah 12 keutamaan membaca Al Qur'an setiap hari bagi kita. Tetap istiqomah dalam meraih cinta dan surgaNya

Rabu, 19 Mei 2021

Nabi Isa Diangkat ke Langit, Bagaimana Kisahnya?



Nabi Isa ‘alaihis salam termasuk jajaran Nabi yang punya mukjizat luar biasa. Dengan izin Allah, beliau bisa menyembuhkan orang sakit, bahkan bisa menghidupkan yang mati. Nabi Isa pun termasuk dalam Nabi ‘Ulul ‘Azmi.


Ada beberapa keyakinan tentang Nabi Isa ‘alaihis salam yang perlu diketahui setiap muslim.


Allah Swt berfirman:


“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’: 157-159)


Dalam ayat di atas diceritakan oleh Allah bahwa Nabi ‘Isa tidaklah dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Orang Yahudi mengklaim telah membunuhnya dan hal ini pun dibenarkan oleh orang Nasrani. Namun yang sebenarnya dibunuh adalah orang yang diserupakan dengannya. Sedangkan Isa sendiri diangkat oleh Allah ke langit.


Nabi ‘Isa belumlah mati sebagaimana hal ini dikuatkan lagi dengan ayat-ayat dan hadits yang menceritakan bahwa beliau akan turun di akhir zaman. Ringkasnya, Isa bin Maryam belum mati. Namun beliau diangkat ke langit dan akan turun di akhir zaman sebagai tanda datangnya kiamat kubro (kiamat besar).


Siapakah yang sebenarnya menemui ajal dan diserupakan dengan Nabi Isa?


Yang sebenarnya diserupakan dengan Nabi Isa adalah murid beliau yang masih berusia muda dan setia padanya. Bukti dari hal ini adalah sebuah cerita yang dibawakan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim (4/1110), An-Nasa’i dalam tafsirnya (611), dan Ath-Thobari (34066), sanad riwayat ini hasan.


Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan, “Ketika Allah ingin mengangkat Isa -‘alaihis salam– ke langit, beliau pun keluar menuju para sahabatnya dan ketika itu dalam rumah terdapat 12 orang sahabat Al-Hawariyyun. Beliau keluar menuju mereka dan kepala beliau terus meneteskan air.


Lalu Isa mengatakan, “Sesungguhnya di antara kalian ada yang mengkufuriku sebanyak 12 kali setelah ia beriman padaku.” Kemudian Isa berkata lagi, “Ada di antara kalian yang akan diserupakan denganku. Ia akan dibunuh karena kedudukanku. Dia pun akan menjadi teman dekatku.”


Kemudian di antara para sahabat beliau tadi yang masih muda berdiri, lantas Isa mengatakan, “Duduklah engkau.” Kemudian Isa kembali lagi pada mereka, pemuda tadi pun berdiri kembali. Isa pun mengatakan, “Duduklah engkau.” Kemudian Isa datang lagi ketiga kalinya dan pemuda tadi masih tetap berdiri dan ia mengatakan, “Aku, wahai Isa.”


“Betulkah engkau yang ingin diserupakan denganku?” ujar Nabi Isa. Kemudian pemuda tadi diserupakan dengan Nabi Isa.


Isa pun diangkat melalui lobang tembok di rumah tersebut menuju langit. Kemudian datanglah rombongan orang Yahudi. Kemudian mereka membawa pemuda yang diserupakan dengan Nabi Isa tadi. Mereka membunuhnya dan menyalibnya. Sebagian mereka pun mengufuri Isa sebanyak 12 kali setelah sebelumnya mereka beriman padanya. Mereka pun terpecah menjadi tiga golongan.


Kelompok pertama mengatakan, “Allah berada di tengah-tengah kita sesuai kehendak-Nya kemudian Dia naik ke langit.” Mereka inilah Ya’qubiyah.


Kelompok kedua mengatakan, “Di tengah-tengah kita ada anak Allah sesuai kehendak-Nya kemudian ia naik ke langit.” Mereka inilah Nasthuriyah.


Kelompok ketiga mengatakan, “Di tengah-tengah kita ada hamba Allah dan Rasul-Nya sesuai kehendak-Nya kemudian ia naik ke langit.” Merekalah kaum muslimin.


Kelompok pertama dan kedua yang kafir akan mengalahkan kelompok ketiga yang muslim. Kelompok yang muslim itu pun sirna, sampai Allah mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”


Dalam Alquran, Allah berfirman:


“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’: 159)


Qatadah mengatakan maksud ayat ini adalah sebelum kematian Isa dan jika beliau turun ke muka bumi, semua agama akan beriman pada beliau.


Ibnu Zaid mengatakan bahwa ketika Isa bin Maryam turun lagi ke bumi, ia akan membunuh Dajjal. Lalu tidak akan tersisa lagi seorang pun Yahudi kecuali akan beriman padanya.


Jadi, sesungguhnya Nabi Isa alaihi salam belum meninggal. Allah lah yang menyelamatkannya dari kejahatan orang-orang yang ingin membunuhnya.

Jumat, 14 Mei 2021

BACAAN Niat Puasa Syawal 1442 H, Lengkap dengan Latin dan Artinya



 - Inilah bacaan niat puasa Syawal 1442 H, yang dilengkapi dengan latin dan artinya.


Puasa Syawal adalah puasa yang dijalankan selama enam hari setelah bulan Ramadhan.


Dikutip dari laman Kemenag Sumsel, Rasulullah saw bersabda:


"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti enam hari pada bulan Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa satu tahun" (HR. Muslim).


Dengan hadist di atas, Rasulullah saw sangat menganjurkan umat Muslim untuk melaksanakan puasa syawal selama enam hari.


Meskipun termasuk puasa sunnah, jika dilaksanakan, pahalanya sama dengan pahala satu tahun.


Namun, mereka yang berpuasa di luar tanggal tersebut, dan meskipun tidak berurutan tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal, yakni ia seakan puasa wajib selama satu tahun penuh.


Untuk mengawali puasa Syawal 1442 H, kita diharuskan untuk membaca niatnya terlebih dahulu.


Berikut bacaan niat puasa Syawal 1442 H:


نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى‎


Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.


Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”


Rahasia Dibalik Kesunahan Puasa Syawal


Terdapat beberapa rahasia dibalik kesunahan puasa Syawal.


Dikutip dari Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah, berikut rahasia dibalik kesunahan puasa Syawal:


Laksana Puasa Sepanjang Hari


Abu Ayub menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:


"Siapa yang berpuasa bulan Ramadhan kemudian diikutinya dengan enam hari Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang masa." (HR. Muslim).


Hal senada juga terungkap dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh jemaah ahli hadis, kecuali Bukhari dan Nasai, dengan lafaz senada dengan hadis di atas.


Dengan begitu, jika kita melaksanakan puasa Syawal, sama dengan kita mengerjakan puasa selama setahun penuh.


Ada sebagian ulama yang menganalogikan puasa Ramadhan sehari, nilainya sama dengan puasa selama 10 hari.


Sehingga, puasa selama sebulan sama dengan berpuasa 300 hari.


Demikian pula puasa enam hari di bulan Syawal, sehingga nilai semua menjadi 360 hari, alias setahun.


Benar tidaknya analogi di atas, yang jelas Rasulullah saw telah menunjukkan adan menegaskan bahwa dengan berpuasa selama enam hari bulan Syawal, setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, laksana melaksanakan puasa sepanjang tahun.


Boleh Berturut-turut, Boleh Tidak


Menurut Imam Ahmad, puasa enam hari pada bulan Syawal itu dapat dilakukan berturut-turut atau tidak berturut-turut.


Sedangkan menurut golongan Hanafi dan Syafi'i, lebih utama melakukannya secara berturut-turut yaitu sesudah Hari Raya Idul Fitri.

2 SYAWAL 1442. #JUM_AT 14 MEI 2021

Kamis, 13 Mei 2021

1 SYAWAL 1442 13 MEI 2021


 

Selamat Idul Fitri 2021.

 Mari lupakan segala kesalahan dengan saling memaafkan. 

Di hari yang fitri ini, Semoga #Allah_SWT melimpahkan banyak keberkahan dan kebahagiaan pada kita semua

Dengan perginya bulan Ramadan kemenangan telah diraih, hidup yang indah hanya dengan Ridha Allah, Allahu Akbar Allahu akbar Walillahilhan.


Kami seluruh keluarga menghaturkan Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan bathin, selamat  hari raya Idulfitri.

Rabu, 12 Mei 2021

#PUASA 30 RAMADHAN 1442. #Rabu 12 MEI 2021 #JELANG_BUKA_PUASA #MAGRIB_17_59

Tiada terasa bulan Ramadhan telah meninggalkan kita, mari kita bersihkan hati tuk saling memaafkan sesama, mohon maaf lahir dan batin

#Rabu 12 MEI 2021 #JELANG_MAKAN_SAHUR #IMSYAK_04_33 #SUBUH_04_43

 #PUASA 

30 RAMADHAN 1442.

Dengan perginya bulan Ramadan kemenangan telah diraih, hidup yang indah hanya dengan Ridha Allah, Allahu Akbar Allahu akbar Walillahilhan.Kami seluruh keluarga menghaturkan Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan bathin, selamat menyongsong esok hari raya Idulfitri.

Senin, 10 Mei 2021

PERASAAN ORANG YG SUDAH MATI"


Renungan . . . . .


Orang yg mati awalnya tdk mnyadari bahwa dirinya mati, dia mrasa dirinya sdang brmimpi mati,

Dia melihat dirinya di tangisi, di mandikan, di kafani, di sholati hingga di turunkan ke dlm kubur,

Dia mrasa dirinya sdang brmimpi saat dirinya di timbun tanah, dia brteriak teriak tpi ta ada yg mndngar triakannya...


Beberapa waktu kemudian.

Saat smw sudah pulang mninggalnya sndirian di bawah tanah,


Allah kmbalikan Ruh nya, dia mmbuka mata& trbngun dari " mimpi" buruknya, dia snang& brsyukur, bahwa trnyata ap yg tlah dialami hanyalah sbuah mimpi buruk& kini dia sudah trbangun dari tidurnya,


Kmudian dia mraba badannya yg hanya di slimuti kain sambil brtanya, kaget" kemana bajuku?, Kemana celanaku?, Lalu dia mraba skeliling nya yg brupa tanah, "di mn aku? , Tmpat apa ini?, Knp bau tanah?,

Dan sbnarnya ap yg dialaminya bukanlah mimpi..!

Ya dia sadar bahwa dirinya sudah mati,


Bertriak lah dia skeras krasnya, mmanggil orang2 trdekatnya, yg di anggap bisa mnyelamatkany,,

"Ibu...!", "Ayah...!", "Kakek"...!, "Nenek...! "Kakak...!, "Saudara...!"


Ta ad sorangpun yg mnjawabnya , dia yg slama ini lupa pd Allahpun ingat bahwa Allah adlh satu2nya harapan,

Mnangislah dia sambil minta ampun,,,


"Ya Allaaah... ya Allaaah..

Ampuni aku ya Allaaaaaah...?


Dia brtriak dlm ktakutan yg luar biasa yg blum prnah dirasakan spanjang hidupnya,

Jika ia orang baik,akn munculah malaikat dngn wajah trsnyum yg akn mnundukannya& mennangkannya, mnghiburnya& mlayaninya dngn playanan yg baik,


Jika ia orang buruk, maka dua malaikat akn mnambahkan ktakutannya& akan mnyiksanya ssuai dngn kburukannya,


Ya Allah Ampunilah dosaku, dosa ibu bapaku, saudaraku& stiap orang yg meng-klik suka, share& berkomentar "Amiin" & jangan engkau cabut nyawa kami saat tubuh kami tak pantas brada di syurgam-Mu, Amiiin...


Saudaraku, skarang kalian mmiliki dua pilihan.


1) mmbiarkan sdikit pngtahuan ini hanya di baca di sini,

2) mmbagikan pengetahuan in k smw tmn fbmu,


Kirim ini ke 5 grup dan semampumu dan seikhlasmu kepada sesama Muslim, sampaikanlah walau hanya pada 1 org..


Saya doakan semua yang membaca dan mengaminkan doa ini, di beri rezeki melimpah 7 turunan seperti air yg mengalir .. dan diundang segera oleh Allah menunaikah Haji dan Umroh dengan cara2Nya.

.


Aamiin.... 🤲


Semoga bermanfa'at.Aamiin yarobbal alamin

#PUASA 28 RAMADHAN 1442. #Senin 10 MEI 2021 #JELANG_BUKA_PUASA #MAGRIB_17_59

#PUASA 28 RAMADHAN 1442. #Senin 10 MEI 2021 #SAHUR_SAHUR_SAHUR #IMSAK_04_33 #SUBUH_04_43

Sabtu, 08 Mei 2021

Ikhlas Sedekah dengan Cara Ini


Rahasiakanlah sedekah kita. Menyembunyikan sedekah lebih utama daripada terang-terangan kecuali sedekah yang wajib. Menyembunyikan ini lebih dekat pada keikhlasan.


Allah Ta’ala berfirman,


إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ


“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271).


Syaikh As Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Jika sedekah tersebut ditampakkan dengan tetap niatan untuk meraih wajah Allah, maka itu baik. Dan seperti itu sudah mencapai maksud bersedekah. Namun jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka itu lebih baik. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama daripada dilakukan secara terang-terangan. Namun jika tidak sampai bersedekah karena ia maksud sembunyikan, maka tetap menyampaikan sedekah tadi secara terang-terangan itu lebih baik. Jadi semuanya dilakukan dengan kembali melihat maslahat.”


Kata Ibnu Katsir berkata bahwa tetap bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih afdhol karena berdasarkan hadits,


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ


“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata,


1- Imam (pemimpin) yang adil.


2- Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.


3- Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.


4- Dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.


5- Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan, “Sungguh aku takut kepada Allah.”


6- Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.


7- Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031).


Hadits di atas menunjukkan bahwa keutamaan sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Para ulama mengatakan bahwa inilah yang berlaku pada sedekah sunnah, secara sembunyi-sembunyi itu lebih utama. Cara seperti itu lebih dekat pada ikhlas dan jauh dari riya’. Adapun zakat wajib, dilakukan secara terang-terangan itu lebih afdhol. Demikian pula shalat, shalat wajib dilakukan terang-terangan, sedangkan shalat sunnah lebih afdhol sembunyi-sembunyi karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.”


Para ulama katakan bahwa penyebutan tangan dan kiri di sini hanyalah ibarat yang menggambarkan sedekahnya benar-benar dilakukan secara diam-diam. Tangan kanan dan kiri, kita tahu begitu dekat dan selalu bersama. Ini ibarat bahwa sedekah tersebut dilakuan secara sembunyi-sembunyi. Demikian kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Jumat, 07 Mei 2021

5 Shalat Sunnah Ini Boleh Dikerjakan Rutin Layaknya Shalat Wajib



 - Tidak semua shalat sunnah boleh dikerjakan secara rutin. Namun bagi seorang muslim yang merasakan nikmatnya shalat, 17 rakaat wajib tidaklah mencukupinya setiap hari. Shalat sunnah pun menjadi tambahan yang sangat sayang jika ditinggalkan.


Sunnah dalam hukum fiqh yakni mendapat pahala jika dikerjakan, namun tak berdosa jika ditinggalkan. Dalam hukum fiqh pula, tidak semua amalan sunnah boleh dikerjaan rutin sebagaimana amalan wajib. Namun ada 5 shalat sunnah yang dikecualikan darinya. Artinya, seseorang boleh merutinkan kelima shalat sunnah ini setiap harinya.


1. Shalat Rawatib


Shalat sunnah sebelum (qabliyah) dan setelah (ba’diyah) shalat wajib ini boleh dirutinkan pengamalannya. Mengingat keutamaan shalat rawatib sangatlah besar, yakni sebuah rumah di surga. Dari Ummu Habibah, Rasulullah bersabda,


“Barang siapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim).


Apa saja shalat rawatib itu? Masih dalam hadits yang diriwayatkan Ummu Habibah, nabiyullah menyebutkan, “Barang siapa sehari semalam mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 raka’at sebelum Dzuhur, 2 raka’at setelah Dzuhur, 2 raka’at setelah Maghrib, 2 raka’at setelah ‘Isya dan 2 raka’at sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).


Jika merasa berat untuk merutinkan 12 rakaat shalat rawatib, maka cukup rutinkan 2 rakaat sebelum shubuh. Shalat ini lah yang memiliki keutamaan lebih banyak dibanding sunnah rawatib yang lain. Nabiyullah pernah bersabda, “Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).


Rasulullah tak pernah merutinkan shalat sunnah kecuali dua rakaat sebelum shubuh. Sebagaimana yang dikabarkan Aisyah, “Rasulullah tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat (shalat sebelum) Shubuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).


2. Shalat Tahajud


Shalat malam atau tahajud merupakan kebiasaan orang-orang shalih. Merutinkan shalat sunnah ini tidaklah dilarang karena keutamaan shalat tahajud yang begitu banyak. Dalam Al Qur’an, Allah membedakan antara hamba-Nya yang shalat malam dan yang tidak. Rabb Ta’ala berfirman,


“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az Zumar: 9).


Rasulullah pun menyebut tahajud sebagai shalat yang paling utama setelah shalat wajib yang lima. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yakni Muharram). Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).


3. Shalat Witir


Rasulullah menyebut witir sebagai penutup shalat. Karena itulah shalat sunnah ini pun boleh dilakukan secara rutin setiap harinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Shalat witir dilakukan dalam rakaat ganjil seusai shalat malam atau shalat isya. Sebagaimana sabda nabi, kerjakanlah witir sebagai penutup setiap shalat sebelum memulai hari di waktu shubuh.


4. Shalat Dhuha


Ulama berbeda pendapat tentang bolehnya merutinkan shalat dhuha. Namun menurut beberapa ulama, salah satunya Imam Asy Syaukani, berpendapat bahwa sudah sepantasnya shalat dhuha dapat dikerjakan rutin mengingat keutamaannya yang sangat banyak. Salah satu keutamaan shalat dhuha yakni dua rakaatnya saja mampu mencukupi sedekah seluruh sendi manusia sejumlah 360 persendian.


Dari Abu Dzar, Rasulullah bersabda, “Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha 2 raka’at.” (HR. Muslim).


5. Shalat Isyraq


Yakni shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktu. Lebih tepatnya, ketika matahari setinggi tombak atau 15 menit setelah terbitnya matahari. Shalat ini tidaklah dikerjakan kecuali setelah berdiam diri di masjid seusai shalat Shubuh berjamaah. Balasan shalat sunnah Isyraq sungguh luar biasa, yakni senilai haji dan umrah mabrur.


Sebagaimana sabda Rasulullah, “Barang siapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna.” (HR. Ath Thabrani).


Masya Allah, lima shalat sunnah di atas memiliki keutamaan dan balasan pahala luar biasa. Maka sangat disayangkan jika seorang muslim yang mencintai Allah dan rasul-Nya, meninggalkan keutamaan lima shalat sunnah tersebut. Sangatlah disayangkan pula jika seorang muslim yang menginginkan pahala surga yang indah, melewatkan begitu saja shalat sunnah yang diperbolehkan untuk dirutinkan. Jadi, siap tambah kuantitas shalatmu?

#PUASA 25 RAMADHAN 1442. #Jum_at 07 MEI 2021 #JELANG_BUKA_PUASA #MAGRIB_17_59

#PUASA 25 RAMADHAN 1442. #Jum_at 07 MEI 2021 #SAHUR_SAHUR_SAHUR #IMSAK_04_33 #SUBUH_04_43

Kamis, 06 Mei 2021

Berniat Puasa Setelah Shubuh



jika ada yang berniat puasa setelah masuk waktu Shalat Shubuh (waktu fajar) -misal sudah jam 8 pagi-, apakah dibolehkan?


Dalam hadits disebutkan,


مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ


“Barangsiapa yang tidak berniat sebelum fajar (Shubuh), maka puasanya tidak sah.” (HR. Abu Daud no. 2454, Tirmidzi no. 730, dan An Nasa’i no. 2333. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Adapun hadits ‘Aisyah di mana ia berkata, “Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kurma, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” (HR. Muslim no. 1154)


Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Dalil di atas adalah dalil bagi mayoritas ulama bahwa boleh berniat di siang hari sebelum waktu zawal (matahari bergeser ke barat) pada puasa sunnah.”(Syarh Shahih Muslim, 8: 33)


Al Lajnah Ad Daimah, Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia ditanya, “Apa hukum berniat puasa di pagi hari setelah terbit fajar shubuh dan sebelumnya belum mencicipi makan dan minum sama sekali?”


Jawab para ulama Lajnah, “Jika puasanya adalah puasa sunnah, maka sah-sah saja berniat di siang hari. Sedangkan untuk puasa wajib tidaklah sah. Niat untuk puasa wajib haruslah dilakukan sebelum terbit fajar shubuh (di malam hari). Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada puasa bagi yang tidak berniat di malam hari (sebelum fajar shubuh, -pen)”.


Hanya Allah yang memberi taufik. Semoga shalawat dan salam tercurah pada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 17468, juz 9, hal. 150)


Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.