Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, mendekatkan diri pada-Nya, dan tidak terjerumus dalam kubangan maksiat.
Namun bagaimana jika seseorang terlanjur terjerumus dalam dosa?
Jawabnya, ia punya kewajiban untuk bersegera bertaubat dan kembali pada Allah.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menyunnahkan sholat taubat ketika seseorang benar-benar ingin bertaubat.
Berikut tuntunannya.
sholat taubat adalah sholat yang disunnahkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ) إِلَى آخِرِ الآيَةِ
“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan sholat dua raka’at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.
” Kemudian beliau membaca ayat ini: “
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun kandungan ayat (Ali Imron ayat 135) sudah mendukung disyariatkannya sholat taubat.
sholat taubat ini bisa cukup dengan dua raka’at dan cukup niat dalam hati, tanpa perlu melafazhkan niat tertentu.
Kapan waktu pelaksanaan?
Tidak ada keterangan waktu pelaksanaannya, boleh dilakukan siang atau malam hari.
Bahkan di waktu terlarang untuk sholat sekalipun, seseorang boleh melakukannya.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَكَذَلِكَ صَلَاةُ التَّوْبَةِ فَإِذَا أَذْنَبَ فَالتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى الْفَوْرِ وَهُوَ مَنْدُوبٌ إلَى أَنْ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَتُوبَ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ
“Demikian pula sholat taubat (termasuk sholat yang memiliki sebab dan harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu terlarang untuk sholat).
Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib segera dilakukan.
Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan sholat taubat sebanyak dua raka’at.
Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”
Setelah seseorang mengetahui sholat taubat, ia pun harus memenuhi syarat-syarat taubat.
Apa saja syarat-syaratnya?
Secara ringkas dikatakan oleh para ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir,
“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu.
Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang.
Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”
Secara lebih rinci, syarat-syarat taubat adalah:
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali.
Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar,
“Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”
‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini.
Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat.
Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat.
Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).”
(QS. At Tahrim: 8)