USTAZ Adi Hidayat (UAH) dalam sebuah kajian menjelaskan ada 5 tanda yang menunjukkan bahwa salat yang kita lakukan diterima oleh Allah Swt.
"Jika salah satu dari kelima tanda itu ada pada kita, (insya Allah) salat kita diterima. Tapi jika tidak ada satu pun tandanya, maka ada yang salah pada salat kita," ucap UAH dalam video yang diunggah kanal YouTube Busana Hati Ustad Adi Hidayat.
Salah satu tanda yang amat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yang menunjukkan salat kita diterima, telah disebutkan Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 45.
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab (Alquran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Menurut UAH, pada hakikatnya keburukan dan kejahatan yang dilakukan manusia berpangkal dari 2 hal yaitu fahsya (bersumber dari nafsu syahwat) dan munkar (bersumber dari nafsu perut).
Keburukan fahsya biasanya berupa kesukaan kepada hal-hal yang berbau syahwat seperti pornografi dan pornoaksi. Bisa dalam bentuk gambar atau video erotis, gosip, hingga kata-kata kotor.
Sedangkan keburukan munkar biasanya berwujud kejahatan yang diakibatkan atau dilakukan demi kebutuhan perut. Bisa dalam bentuk pencurian, perampokan, penipuan, juga korupsi.
Ketika kita selesai melaksanakan salat, maka kita seharusnya berada dalam kondisi mengingat Allah. Kita mengharapkan keridaan Allah. Dan jika mengingat Allah, tidak akan ada keinginan dalam hati kita untuk berbuat maksiat.
Sebaliknya, ketika salat kita ternoda atau tidak dijalankan dengan baik, maka akan sulit bagi kita menghadirkan Allah dalam jiwa kita.
Tengoklah orang yang datang ke masjid, berbaur dengan jamaah lain, lalu berpura-pura ikut salat. Baru saja rakaat pertama selesai, dia kabur setelah mencuri tas jamaah lain. Atau membawa kabur kotak amal.
Atau seseorang yang tubuhnya melaksanakan gerakan salat tapi pikirannya terjebak dalam kesibukan dunia. Setelah mengucap salam, berdiri terburu-buru tanpa berdzikir sedikit pun. Kembali tenggelam dengan rutinitas.
Adapun bagi kita yang berusaha melaksanakan salat dengan tuma'ninah dan khusyuk, maka sekembalinya dari tempat salat, kita akan disirami kekuatan "tanha anil fahsya wal munkar" yaitu kemampuan untuk mencegah diri melakukan dosa yang bersumber dari syahwat dan perut. Ketika kembali ke meja kerja, maka kita tidak akan tergoda untuk menandatangani laporan keuangan yang di-mark up atau menulis sendiri angka dalam cek kosong.
Saat ada orang meminta kita berbuat curang, kita mampu mengatakan dengan tegas, "Maaf saya tidak bisa. Saya malu, jari saya baru saja dipakai tahiyat, tidak bisa dipakai maksiat!"
Siapa yang mampu menaati larangan, maka insya Allah mendapat pahala. "Karena pahala tidak hanya datang dari perintah tapi juga dari larangan," ujar UAH.
Mari melihat kembali diri kita, apakah fahsya dan munkar masih ada atau sudah menghilang? Semoga kita termasuk muslim yang mendapati salat kita diterima Allah Swt. sebelum kita disalatkan.
Wallahu a'lam bishshawab.